14.

1.3K 65 0
                                    

Sesuai janji kini afgan kembali duduk di taman setelah memastikan sekitarnya aman dari mata-mata papanya, mengamati sekitarnya menunggu sosok yang kemarin menemaninya dengan perjanjian membawa banyak permen untuknya.

"hallo afgan, udah lama nunggu?" tanya sosok yang baru saja mendudukkan tubuhnya disamping afgan sambil meletakkan satu kantong plastik.

Afgan cukup terkejut namun melihat siapa sosok disampingnya membuat senyumnya merekah, dan kini pandangannya teralihkan kearah kantung plastik yang berada diantara dirinya dan paman jk duduk.

"aku baru aja sampai, paman jk bawa apa?" pandangan afgan tak teralihkan dari kantong plastik yang berhasil membuatnya penasaran.

"coba kamu buka." senyuman tipis paman jk perlihatkan ketika melihat tatapan penuh penasaran dari afgan, rasanya ia begitu bahagia hanya dengan duduk dan mengobrol bersama afgan.

"boleh?" tanya afgan yang merasa perlu memastikan kembali karena sesuatu didalam plastik itu bukan miliknya sendiri.

"tentu saja, itu milikmu." dengan gemas paman jk mengusak pelan rambut afgan yang berhasil membuat dirinya terkejut karena rambut pemuda disampingnya sangat halus.

Dengan semangat afgan membuka plastik putih, mata afgan melebar disertai pekikan kecil karena didalamnya penuh dengan makanan kesukaannya yang selalu saja dibatasi oleh sang mama.

"kamu suka?"

Pertanyaan dari paman jk membuat afgan menatap pria yang menampilkan senyum tipis kearahnya, dirinya begitu bahagia sehingga mengangguk penuh antusias membuat paman jk tertawa melihatnya yang seperti anak kecil mendapatkan mainan incarannya.

"suka banget, makasih paman jk. Afgan sayang paman jk banyak-banyak!" reflek afgan memeluk tubuh paman jk karena kebiasaannya ketika senang adalah memeluk orang yang membuatnya senang tersebut.

Disisi lain paman jk menegang merasakan pelukan dari tubuh mungil yang terasa hangat dan nyaman, jikalau bisa ia tak ingin pelukan ini terlepas. Dengan ragu ia membalas pelukan afgan sambil membubuhkan kecupan di rambut afgan yang ternyata harum strawberry.

"ahh...maaf paman jk, aku memelukmu tanpa permisi karena tadi aku terlalu senang jadinya reflek memelukmu." tersadar dari perbuatannya afgan melepas dengan cepat pelukannya dari tubuh paman jk.

"tidak masalah, lain kali kalo kamu mau peluk paman peluk saja ga perlu takut." terlepas dari pelukan afgan membuatnya merasa kehilangan, rasa nyaman yang tadi dirasakannya menghilang dalam sekejap tergantikan udara.

"boleh aku makan brownis ini?" tunjuk afgan kearah brownis yang telah menggodanya sedari ia membuka bungkusan plastik itu karena letaknya berada paling atas.

"hahaha...tentu saja boleh, semuanya adalah milikmu." tawa paman jk mengudara melihat tatapan lugu dari afgan membuat tangannya gatal ingin mencubit pipi bakpao itu yang sedikit kurus.

Pandangan paman jk terus terarah pada afgan yang dengan lahap memakan brownis tanpa menawarkan pada paman jk, meskipun begitu perasaan paman jk terasa hangat melihat afgan yang terlihat begitu senang menikmati brownis yang dibawanya.

Mengusap pelan sudut bibir afgan. "lain kali kalo makan pelan-pelan, jadi berantakan kan?"

"hehehe...brownis ini sangat enak paman, aku tak bisa berhenti memakannya." cengir afgan sambil melahap brownis terakhir.

"tapi...aku tak mungkin bisa menghabiskan semuanya, bisakah paman bagikan yang tersisa untuk orang tak mampu dijalan?" pintanya dengan ekspresi memohon, ia ingin bisa berbagi makanan sekarang.

Meskipun bingung dengan permintaan afgan namun paman jk tetap mengangguk mengiyakan keinginan sederhana dari afgan, ditatapnya mata afgan yang mulai sayu meskipun ia tau afgan tengah berusaha menahan kantuk yang datang kepadanya.

"maaf paman jk, aku tidak bisa lebih lama disini menemanimu. Aku merasa mengantuk sekarang." rasa bersalah merasuki relung hati afgan, mata sayunya menatap penuh permintaan maaf karena kantuk berat telah menghampirinya.

"baiklah tak apa, tapi bisakah besok kita bertemu lagi disini?" tanya paman jk yang ingin selalu berada disisi afgan.

"tentu saja, aku pamit kembali ke ruangan milikku paman." setelahnya afgan berlalu meninggalkan paman jk yang masih diam duduk ditempatnya mengamati dari jauh punggung kecil yang perlahan menghilang setelah berbelok.

*****

Agim dan ilham tengah berada didalam kelas mengamati guru gendut yang tengah mengajar, tatapan keduanya menilai guru yang tengah mengajar mereka.

"shut....ham, kira-kira kalo kita ajakin bu mila lari lapangan mau ga ya?" pertanyaan konyol dari agim mengalihkan atensi ilham yang melamun.

"ga tau...kalo belum dicoba." jawaban dari ilham membuat keduanya menyeringai seolah pemikiran keduanya langsung terkoneksi satu sama lain sehingga mereka tau apa rencana yang akan dilakukan hanya dengan saling pandang.

"OY CEWEK!" teriakan agim mengalihkan semua siswi didalam kelas termasuk bu mila yang kini menatap kearahnya.

"kalian semua ngapain liatin gue? Gue tau kok kalo gue itu gantengnya kebangetan." ujar agim sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan bantuan jemari tangannya.

"idih najis ngelihatin lo, yang ada mata gue sakit." ucap riya yang memang tak menyukai perilaku agim yang terlalu tinggi kepercayaan dirinya.

"gue bukan manggil lo ya, gue manggil bu mila yang cantik dan bahenol." pandangan sinis agim arahkan kepada riya yang mendengus jengkel.

"iya tuh, situ jangan kepedean dong." sahut ilham kemudian bertos ria dengan agim disampingnya.

"udah ributnya, mau kalian apa sebenarnya? Ibu lagi ga minat dengan segala kenakalan kalian berdua." ujar bu mila menghela nafas lelah menghadapi kedua siswanya yang tak pernah kapok dengan segala hukuman yang selalu keduanya terima selama ini.

"kita ga mau banyak kok bu, cuma satu macam aja." jawab ilham yang disambutan anggukan antusias agim pertanda ia setuju dengan ucapan ilham.

"iya tuh, kita sekarang punya niat baik buat ngajakin ibu lari lapangan biar kurusan dikit." sambung agim dengan santainya mengabaikan raut merah padam dari snag guru yang siap menyemburkan kemarahannya.

"secara ga langsung kalian mengatai saya gendut?" geram bu mila melihat keduanya yang dengan wajah polosnya mengangguk membenarkan.

"kami ga bilang gitu loh tadi ibu bilang sendiri." ungkap agim menyulut emosi guru didepan sana.

"gimana kalo kalian aja yang lari dilapangan sampai jam pulang sekolah."

Tawaran bu mila tentu saja dibalas tatapan melotot dari keduanya. 'padahal niat kita baik biar guru gendut itu jadi kurusan kenapa malah marah sih?' batin keduanya seolah tak mengerti kesalahan mereka.

"ga mau ah bu, nanti kulit saya jadi hitam dan ga ganteng lagi." tolak agim melihat kulit putihnya yang akan menghitam jika harus berlarian ditengah panas dilapangan.

"betul banget tuh, mending ibu aja biar ga gendut lagi." sahutan ilham membuat guru didepan mereka tersenyum misterius kearah keduanya.

Belum sempat keduanya menghindar kini telinga mereka menjadi sasaran amukan dari guru itu, lalu membawa keduanya keluar dari ruang kelas menuju ruang konseling.

Cklek...

Baru saja pintu terbuka pemandangan didepan mata membuat ketiganya terdiam kaku, disana ada pak guntur yang menangis bersimbuh didepan bu mawar yang terkejut.

"bu mawar terima saya jadi pacar bu mawar, saya cinta banget sama bu mawar kalaupun jadi yang kedua juga gapapa."

Tawa agim dan ilham pecah mengisi ruangan konseling yang hening karena perkataan pak guntur.

.
.
.
.
TBC

Hallo ada yang nungguin afgan?

Afgan sering mengantuk karena penyakitnya yang entah apa namanya afgan tak tau.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

See you
Papay.

AfganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang