12.

1.6K 94 0
                                    

Hari ini sudah seminggu afgan belajar berjalan dengan dokter fahmi, sudah banyak perkembangan yang terjadi padanya. Jikalau hari biasanya ia akan ditemani oleh dokter fahmi dengan kakanya deka namun berbeda sekarang ia ditemani sang papa membuatnya semakin bersemangat.

Dari jarak beberapa langkah sudah ada papanya yang merengtangkan tangan menunggu dirinya yang harus berjalan, dengan kaki gemetar ia mencoba terus melangkah menghampiri sang papa.

Senyum afgan mengembang ketika telah menyelesaikan satu langkahnya tinggal beberapa langkah lagi untuk menggapai tubuh papanya berada, meskipun hendak jatuh karena kakinya bergetar sebisa mungkin ia menjaga keseimbangan tubuhnya.

Happ...

"akhirnya anak papa bisa berjalan kembali, selamat ya." puji candra dengan menghujami ciuman di wajah afgan setelah berhasil mengambil beberapa langkah tadi.

Sungguh candra merasa memiliki anak kecil yang sedang belajar berjalan mengingatkannya pada afgan kecil yang juga bersemangat tiap kali diajari berjalan.

"untuk sekarang sudah dulu ya? Besok kita latihan lagi." ucap dokter fahmi karena ia memiliki jadwal lain.

"baiklah terima kasih fahmi." ungkapan terima kasih tak luput dari candra ketika melihat dokter satu itu tak putus asa mengajari putranya berjalan kembali.

"sama-sama om, aku pamit dulu."

Setelahnya hanya tinggal afgan dan candra di dalam ruangan, afgan yang sudah merasa lelah meminta kembali ke kamar dan langsung dikambulkan sang papa.

*****

Di tempat lain, agim dan ilham memiliki rencana yang tersusun diotaknya karena bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Keduanya dengan santai keluar dari kelas ketika bel pergantian pelajaran berdering, bahkan ketua kelas saja tak mereka hiraukan.

Lama menghilang dari kelas, mereka berdua kembali memasuki kelas dengan sesuatu yang berada didalam saku celananya. Baru membuka pintu sudah terlihat seorang pria paruh baya yang tengah mengajar fisika di depan kelas.

"kenapa kalian telat masuk kelas?" tanya guru itu melihat kedua anak murid badungnya baru saja memasuki kelas.

Agim dan ilham serempak mengangguk seolah tengah bertelepati dan saling mengerti kode satu sama lain.

"loh bapak lupa? Kan hari ini hari ulang tahun bapak!" agim mengerut dengan wajah pura-pura terkejut melihat gurunya yang linglung.

"masa sih perasaan masih satu minggu lagi ulang tahun saya." guru itu tampak bingung mengingat tanggal, seingatnya memang hari bertambah usianya akan terjadi satu minggu lagi.

"iya ih, masa bapak masih umur segini udah pikun." timpal ilham mengangguk seolah menyetujui ucapan agam.

"enak aja kamu bilang bapak pikun, bapak ingat kok hari ini itu masih tanggal 23. Kemarin bapak baru aja lihat di kalender."

Pria paruh baya itu berusaha mengingat terakhir kali melihat kalender adalah kemarin, sepertinya. Dengan tergesa ia kembali menuju kantor karena tadi handphone miliknya tertinggal di meja kantor.

Sepeninggalan guru itu agim dan ilham tertawa keras sembari mengajak semua temannya pergi keluar, kecuali afgan dan si kembar yang memang tidak berangkat.

Tanpa banyak bicara mereka segera bangkit dari bangku masing-masing, belum sempat mereka pergi kehadiran guru tadi membuat semuanya kembali duduk rapi ditempat kecuali agim dan ilham yang kebingungan.

"lah kenapa pada duduk lagi sih?" bingung agim melihat teman-temannya yang tadi terlihat semangat kini menunjukkan raut takut dan kembali duduk rapi.

"hooh tadi kalian semangat banget waktu kita ngajak keluar, kenapa sekarang pada kicep kaya orang sariwan massal?" ilham yang tak kalah bingung menatap seisi kelas dengan kening berkerut, jangan lupa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

AfganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang