18.

1.5K 61 13
                                    

Sudah kami bilang,
kelakuan kami akan selalu membuat kalian gemas tak terlupakan.

.
.
.
.
.

Setelah tingkah kejahilan mereka terendus oleh pihak konseling disinilah mereka berada, duduk menghadap bu mawar selaku guru konseling.

Melihat ketiga siswanya yang sudah berformasi lengkap tentu membuat bu mawar meningkatkan kewaspadaannya padahal tanpa afgan pun kedua anak didiknya juga selalu membuat onar hingga menyebabkan guru harus mengurut kepalanya pusing menghadapi tingkah mereka yang tak bisa dihentikan.

"kalian tau apa yang sudah kalian lakukan?" tanya bu mawar menatap ketiganya yang mengangguk serempak bagai anak TK yang paham ketika ditanya 'sudah paham anak-anak? '

"jika kalian tau kenapa masih ngelakuin hal itu? Kalian membuat kelas menjadi kotor dan teman sekelas kalian basah karenanya." geram bu mawar menghadapi ketiganya yang akan menggangguk seolah paham kemudian dilakukan lagi dihari berikutnya.

"lagian niat kita baik kok bu." ucap agim yang disetujui ilham dan afgan serempak.

"iya tuh, seharusnya ibu berterima kasih sama kita." sambung ilham melanjutkan ucapan agim yang sangat ia setujui.

"baik dari mana? Seharusnya kalian meminta maaf kenapa sekarang saya yang harus berterima kasih sama kalian?" menghela nafas kesal menghadapi kelakuan ketiganya yang tak pernah lelah ataupun bosan meski telah dihukum berulang kali.

"gini ya bu, kami itu kasih kerjaan buat tukang bersih-bersih sekolah daripada mereka makan gaji buta karena tugas mereka diambil alih sama murid yang dihukum." jelas afgan dengan santai sambil melipat tangannya di dada seolah bangga dengan apa yang sudah ia katakan.

Sedangkan bu mawar yang sudah menjabat sebagai guru konseling selama hampir 4 tahun baru menemukan siswa dengan tingkah absurd dan kenakalan seperti ini dan ia cukup bangga dengan dirinya sendiri karena mampu menghadapi ketiga siswanya selama 1.5 tahun.

"kali ini hukuman apa yang bisa membuat kalian jera berbuat jahil seperti ini lagi." keluhan dari bu mawar hanya dianggap hal biasa bagi ketiganya.

Afgan, agim dan ilham mulai bosan berada dalam ruangan yang sama setiap kali melakukan kenakalan padahal mereka kan juga ingin menjelajahi ruangan guru yang lain juga.

Ketiganya seolah memiliki pikiran yang saling terpaut seolah ada benang pengikat ketiganya hingga membuat ketiganya dengan serempak keluar dari ruang konseling dengan pelan tanpa diketahui bu mawar yang tengah berpikir sambil menutup matanya.

Ketika sudah cukup jauh keberadaan mereka barulah mereka bisa bernapas lega, kini ketiganya tengah duduk diatas pohon mangga dibelakang sekolah yang sering digunakan untuk lalu lalang para siswa.

"gue bosen banget, tadi kurang puas mainnya." ungkap agim menjadikan lengannya sebagai bantal di atas dahan pohon.

"gue juga ngerasa gitu sih, beli plastik lagi dari bu kantin boleh ga ya?"

Mendengar pertanyaan dari ilham membuat afgan dan agim serempak melompat turun kemudian berlari pergi menuju kantin.

"lah gua ditinggalin? Mana sepi lagi. AFGAN! AGIM! tungguin gua." teriak ilham setelah turun dari pohon dan berlari mengejar keduanya yang sudah sangat jauh dari posisinya.

Ketiganya sudah siap diatas pohon mangga tadi dan tak butuh waktu lama mereka naik keatas dahan yang sangat lebat daunnya, mereka saling memberi isyarat ketika bel istirahat berbunyi nyaring dan tak lama beberapa siswa melewati tempat mereka.

Masing-masing tangan mereka sudah membawa satu buah plastik berisi air bercampur tepung yang telah diikat, pandangan mereka fokuskan kearah target sebelum menyerang.

Ctakk...

Plastik pecah menyebabkan air yang tercampur tepung memenuhi rambut siswa yang lewat namun sebisa mungkin mereka menahan tawa ketika orang yang mereka serang tengah menatap sekitarnya untuk mencari pelaku.

Ketika korban mereka tadi sudah pergi kini datang lagi korban selanjutnya lalu mereka melakukan hal yang sama kearah siswa yang tengah lewat.

Ctakk...

Hal yang sama terjadi pada korbannya membuat ketiganya segera menutup mulut sebelum tawa ketiganya meledak membuat keberadaan mereka diketahui.

Sedangkan sang korban sudah sangat kesal sembari berkeliling disekitar belakang sekolah namun tak menemukan apapun yang menjadi petunjuk.

"WOY SIAPA YANG NGELEMPAR GUE SINI MAJU KALO BERANI!" teriakan siswa tadi semakin membuat ketiganya kesusahan dalam menahan tawa apalagi wajah korban mereka sangatlah merah.

Beberapa saat setelah siswa tadi pergi ketiganya bisa dengan leluasa mengeluarkan tawa mereka yang sengaja mereka tahan, namun tawa mereka tak bertahan lama ketika terdengar tawa lain yang berasal dari belakang mereka.

"Aaaaa..."

Teriakan membahana mereka sebelum terjatuh dari atas dahan ketika melihat sebuah kain putih yang berada tepat dibelakang mereka, ketiganya berlari tunggang langgang meninggalkan tempat kejadian.

Beberapa sosok siswa tertawa melihat bagaimana reaksi afgan, ilham dan agim yang pergi dengan wajah pucat setelah mereka jahili.

"gila keren banget ide lo dani, mereka sampe lari kaya tadi." ungkap salah satu siswa yang tadinya menjadi korban dari kejahilan ketiganya.

"iyalah mereka bertiga tuh emang ga bakal kapok kalo ga dihubungin sama hal-hal berbau mistis kaya gini." jelas dani sambil meredakan tawanya melihat bagaimana ketiga adiknya yang ketakutan.

"lagian lo tau darimana kalo mereka yang buat kita jadi kaya gini?" tanya korban kedua trio kenakalan.

"gue dikasih tugas bu mawar tadi buat hukum mereka bertiga karena buat kerusuhan dikelas sampe kelas mereka basah dengan semua teman sekelasnya."

Penjelasan dari dani membuat mereka yang ikut menjahili afgan beserta kedua temannya menggeleng miris dengan mereka yang menjadi teman sekelas merwka yang paatinya akan selalu terkena tingkah kejahilan ketiganya.

"tumben lo mau bantuin guru biasanya juga kabur." ucapan dari korban ketiga afgan karena setahunya dani anak nakal juga namun tak separah ketiga adik kelasnya.

"nilai gue dikasih plus semua dong."

Mendengar ucapan dani membuat yang lainnya juga ingin dimintai tolong jika balasannya nilai mereka tak ada yang merah.

"beruntung banget lo."

"tapi gue bersyukur banget sih ga jadi teman sekelas mereka, kalo beneran ga tau bakal gimana kehidupan sekolah gue. Mungkin gue bakal milih pindah sekolah deh ga tahan sama tingkah absurd dan kejahilan mereka."

Mendengar ucapan teman mereka membuat yang lain mengangguk setuju, mereka tentu mengucap syukur karena tak satu tingkat apalagi satu kelas dengan ketiganya yang tak pernah kebahisan ide untuk membuat keonaran.

"gue baru sadar betapa beruntung gue ga satu kelas sama mereka bertiga." ucap dani yang diangguki yang lainnya, mereka jadi sama-sama mengucap syukur didalam hati mereka masing-masing karena terhindar dari ketiga pengrusuh yang tak pernah kehabisan akal.

"udahlah yuk kita lihat afgan, ilham sama agim dulu. Gue sekarang kasihan inget wajah ketiganya yang pucet habis kita kerjain tadi."

Meskipun mereka kesal karena menjadi korban kejahilan afgan, ilham dan agim namun tak membuat mereka menjadi marah, mereka sangat menyayangi ketiganya yang sudah mereka anggap adik sendiri.

.
.
.
.
TBC

Capek sama kelakuan ketiganya yang ga ada habisnya, selalu aja punya ide kejahilan xixixi...

Sampai jumpa di part selanjutnya.

See you
Papay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AfganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang