17.

979 48 4
                                    

Berbagi tawa itu lebih baik daripada berbagi kesedihan.

.
.
.
.
.


Hari ini setelah sekian lama afgan ijin sekolah, kini ia sangat senang dan bersemangat bahkan ia sudah duduk diam diatas bangkunya meskipun baru beberapa siswa yang ada didalam kelas.

Senyum cerah dengan wajah bahagia terpancar begitu apik pada ekspresi wajahnya yang bisa membuat orang silau ketika menatap wajahnya, bahkan beberapa pasang mata yang sudah berangkat dan didalam kelas mencoba menghiraukan sinar dari sosok afgan namun mereka tak bisa.

"rasanya aku tak bisa fokus membaca ketika afgan terus saja menampilkan ekspresi menggemaskan itu sedari aku tiba dikelas." lirihan salah satu teman afgan menatap sosok afgan yang bersinar sangat terang dengan senyum 1000 watt miliknya.

Meskipun suasana sepi karena tak ada keributan apapun namun mereka benar-benar tak bisa mengalihkan atensi dari sosok afgan yang menyapa teman-teman yang masuk kedalam kelas dengan riang bahkan dengan lambaian tangan membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

"astaga apa yang harus aku lakukan? Rasa-rasanya aku tak bisa berpaling dari sosok afgan kepada buku yang harus aku baca." keluhan itu tak berlangsung lama ketika sosok afgan memilih keluar kelas masih dengan aura kebahagiaan yang terpancar.

"syukurlah aku tak harus terus menahan diri melihat keimutannya."

"benar, aku bahkan sedari tadi berusaha menahan diriku agar tak menerjang afgan dan mencubit pipi gembulnya."

"aku juga jadi tak bisa fokus dalam membaca buku."

Mereka terus mengobrol dengan topik yang sama yaitu tak tahan dengan keimutan sosok afgan yang baru berangkat lagi setelah melakukan libur panjang.

Afgan memutari koridor sambil menyapa orang-orang yang dikenalnya ataupun sekedar membalas sapaan orang lain yang tak dikenalnya, Ngomong-ngomong dia itu terkenal loh kawan-kawan.

Bicara soal terkenal, afgan hari ini sangat bahagia karena apaan tuh? Karena kedua adik kembarnya yang mengambil atensi orang banyak harus kembali ke jepang dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan karena katanya ada urusan yang sangat penting.

"AFGAN!" suara teriakan yang cukup jauh membuat afgan membulatkan matanya sebelum membalas sapaan orang yang menjadi sahabatnya.

"ILHAM! AGIM!"

Mereka berlarian kecil menghampiri satu dengan yang lain seolah tengah melakukan drama india ditengah koridor diantara banyak siswa yang berlalu lalang.

Ketiganya menjadi pusat perhatian bukan hanya karena teriakan menggelegar ketiganya yang merusak indra pendengaran namun juga cara berlari mereka yang membuat banyak orang menahan tawa.

"astaga kita kangen banget sama lo." ucap agim dengan dramatis tak lupa pura-pura menghapus air mata yang keluar dari matanya, padahal tak ada satu bulir pun yang turun dari pelupuk matanya.

"huum lama bener, kita nunggu lo dikelas sampe lumutan tau." keluh ilham kemudian merangkul pundah afgan dan agim untuk kembali ke kelas.

"yaelah kalian kan juga tau kondisi gua kaya gimana." jawab afgan dengan merotasikan matanya malas, namun tak mengelak jika ia merindukan kedua sahabat yang setia berbuat kejahilan bersamanya.

"udahlah gue kangen banget ngelakuin kejahilan sama lo." ungkap agim sambil melepaskan rangkulan ilham yang membuatnya kesulitan bernapas.

Ketiganya berjalan kembali menuju kelas, tak lupa perjalanan yang penuh dengan canda dan tawa membuat ketiganya tanpa sadar sudah sampai kedalam kelas.

Tak lama bel sekolah pertanda masuk sudah berbunyi namun tak ada tanda-tanda satu guru pun yang memasuki kelas mereka, hingga pemberitahuan dari ketua kelas membuat kelas yang awalnya sunyi menjadi ramai bagai pasar.

"bagus banget nih, hari pertama masuk langsung free class, bisa kali nih kita bikin kejahilan." ucap agim yang duduk disampingnya afgan.

Ketiganya memilih menduduki bangku berderet tiga yang sebelumnya ditempati afgan bersama kedua adik kembarnya namun karena keduanya tengah cuti jadilah mereka bisa duduk bersama.

"bisa dong, apa sih yang ga bisa dilakuin afgan."

Dengan berbisik ketiganya mengatur sebuah strategi yang akan membuat gempar kelas karena kejahilan mereka yang seakan sudah mendarah daging, banyak pasang mata mengamati ketiganya yang terlihat mencurigakan karena biasanya ketika terlihat serius maka saat itulah mereka akan melancarkan aksi.

"nah bagus tuh." ungkap ilham mengangguk semangat tak lupa agim yang ikut mengangguk meski terlihat kebingungan dari ekspresi wajahnya.

"lo tau kan apa yang harus dilakuin?" tanya afgan yang dibalas anggukan ilham berbeda dengan agim yang seperti orang bodoh yang mengamati keduanya yang seolah bisa saling membaca pikiran.

"tau banget dong." jawaban penuh percaya diri dari ilham semakin membuat kening agim mengerut bingung bercampur penasaran.

Menggaruk pelan belakang kepalanya sebelum menatap kedua sahabatnya yang berbinar dengan rencana yang bahkan tak dipahami satupun oleh otaknya selain kedip-kedip diantara mereka.

"ini sebenarnya rencananya apaan sih? Dari tadi afgan cuma bilang wswswswsws... Dan lo ham ngangguk-ngangguk paham sambil kedip-kedip manja." rasa kesal agim semakin membumbung tinggi ketika lelah memikirkan apa yang hendak mereka lakukan karena rencana yang menggunakan bahasa alien.

"lo ga paham daritadi gue ngomong apa gim?" tanya afgan dengan wajah syok yang terlihat dibuat-buat.

"Ho'oh seriusan lo ga paham sama rencana si afgan?" tanya ilham dengan dramatis sambil menutup mulutnya dengan tangan seolah tak percaya dengan kenyataan bahwa agim kebingungan.

"ini gimana sih, sumpah gue kaga paham secuil pun dari rencana yang kalian omongin. Coba jelasin ke gue seberapa paham lo sama rencana afgan deh ham siapa tau gue jadi paham juga." pasrah agim yang otaknya sudah mengepulkan asap lelah berpikir keras.

"emang gue tadi bilang paham ya?" tanya ilham membuat agim mengerutkan keningnya.

"emang daritadi lo ngangguk juga ga paham?" tanya balik agim yang dibalas gelengan dengan ekspresi polos milik ilham.

Meraup wajahnya sendiri agim mencoba menghilangkan kekesalan didalam dirinya sebelum menggeplak kepala ilham yang membuat ilham mengaduh kesakitan tak lupa memegang bagian yang terkena pukulan maut dari agim.

"bego ah, mending langsung aja. Pusing gue bikin rencana sama kalian yang gunain bahasa alien pluto." kesal agim berlalu keluar kelas yang diikuti ilham dan afgan bagai anak ayam yang mengikuti induknya.

Tak lama kemudian mereka kembali kedalam kelas sambil membawa plastik besar dengan senyum lebar yang terpajang diwajah imut mereka bertiga.

Mereka mengangguk sekilas seolah saling memberi kode untuk memulai sebelum mengambil satu buah palstik yang telah diikat berisi air kedalam kelas hingga membuat keributan karena mereka yang berada didalam kelas berusaha menghindar dari serangan air dari ketiga bocah nakal yang melempar air sembarang arah.

"hahaha...rasain." ketiganya tertawa sambil terus melemparkan air dari dalam plastik besar yang mereka bawa.

Kelas menjadi sangat kotor dengan air yang menggenang dilantai tak lupa para teman sekelas mereka yang basah karena ulah mereka membuat ketiganya semakin tertawa puas.

"hukuman apa yang cocok untuk kalian bertiga ya?" suara pelan dari belakang ketiganya membuat mereka menoleh sebelum mengeluarkan suara melengking mereka sangking terkejutnya.

"Aaaaa... "

.
.
.
.
.
TBC

Lucu dan gemes banget sama kelakuan ketiganya yang suka banget ngelakuin kejahilan.

Sampai jumpa di part selanjutnya

See you
Papay.

AfganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang