6.

6.5K 469 81
                                    

Matahari baru saja muncul dari peraduannya dan beberapa saat lalu pemuda yang tadinya tengah menyelami alam mimpi itu sudah terbangun sembari berpikir dengan keadaan masih terlentang diatas tempat tidur.

"kenapa aku kerap kali tak bisa terbangun ketika aku tidur diwaktu sore hari?"

"kenapa juga aku selalu merasa kenyang ketika kerap kali aku meninggalkan waktu makan malamku karna tertidur? Apakah mereka tak membangunkanku?"

Itulah pertanyaan yang kerap kali hadir dalam pikiran afgan. Semenjak ia masuk rumah sakit diusianya yang ke 5 tahun, dirinya merasa tak seperti remaja pada umumnya dan seperti ada sebuah rahasia besar yang selalu ditutupi keluarga besarnya dari dirinya.

Pernah pada waktu kelas 6 SD ia bertanya mengapa dirinya bisa merasa kenyang dan pada waktu itu juga dirinya melupakan makan malamnya, apakah kalian tau jawabannya? Mereka serempak saling diam dan saling memandang hingga beberapa menit kemudian sang mama menjawab bahwa dirinya pasti bermimpi bahwa ia makan sehingga rasa kenyangnya dapat ia rasakan hingga kedunia nyata.

Mungkin masa itu dia dengan mudahnya menerima jawaban itu namun semakin dirinya tumbuh dewasa, dirinya semakin ragu untuk jawaban itu. Apakah memang benar bila kita bermimpi makan akan terasa kenyang hingga kedunia nyata?

Itu seperti sesuatu yang mustahil, mengapa keluarganya selalu menjawab seperti itu? Dia bukan anak kecil lagi yang akan dengan mudah melupakannya.

"afgan, apa yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat begitu serius baby?" tanya sang mama.

Sebenarnya hani telah berdiri disisi pintu sejak sang putra baru membuka mata, dirinya sudah tak terkejut lagi ketika melihat putranya tampak berpikir, namun dirinya juga takut ketika anaknya banyak pikiran akan membuat dirinya jatuh sakit. Hani juga tau apa yang tengah dipikirkan putranya itu namun dia selalu berpura-pura tak tau dan menanyakannya hanya sekedar untuk menenangkan hatinya yang selalu dilanda rasa cemas.

"ehh... Ga ada kok mama, aku cuma lagi mikir ada PR dari sekolah atau tidak saja." elak afgan.

"baiklah ayo bangun dan segeralah mandi, atau tak usah berangkat saja baby?" tanya hani sembari mengelus rambut afgan yang halus ditelapak tangannya.

"No mama, aku mau berangkat sekolah!" cemberut afgan yang dihadiahi kecupan sang mama yang gemas melihat ekspresinya.

Setelah bersiap dengan dibantu sang mama, afgan turun menuju meja makan dengan riang. Dia telah membuat rencana jail untuk nantinya dilaksanakan bersama kedua sahabatnya namun langkah riangnya terhenti ketika melihat dua kembar memakai seragam yang sama, tapi tunggu.... SERAGAM MEREKA SAMA DENGAN SERAGAM DIRINYA! what the hell !!!

"kok seragamnya... " belum sempat ia melanjutkan kalimatnya suara sang papa menghentikannya.

"mulai hari ini mereka akan satu sekolah denganmu!"

Pupus sudah harapan afgan untuk kebebasannya disekolah, mungkin jika dirumah masih bisa diterima tapi apa ini? Disekolah juga ia akan diawasi oleh si kembar?

Bagaimana nanti dirinya akan melakukan kenakalan atau melakukan sesuatu rahasia yang keluarganya tidak tau?

Sungguh ini terasa menjengkelkan untuk afgan lalui seorang diri, mengapa kedua sahabatnya tak mendapat kekangan yang sama seperti dirinya bahkan mereka dibebaskan memilih apa yang mereka inginkan.

"tapi papa... "

"ngga ada tapi-tapian afgan, mulai hari ini mereka akan mengawasimu ketika disekolah!"

"satu hal lagi, mereka akan berada dikelas yang sama denganmu!" sambung candra.

Sebentar, otak afgan sedang berpikir! Apa tadi kata papanya? Mereka akan berada dalam kelas yang sama dengannya? Ini tidak bisa dibiarkan!

"kok mereka bisa dikelas yang sama kaya aku sih? Kan aku abangnya!" protes afgan yang merasa dirinya lebih tua namun bagaimana bisa mereka diletakkan dikelas yang sama dengannya? Ini tidak adil!

"karena...... Kamu tidak perlu tau alasannya yang penting mulai sekarang mereka akan satu kelas denganmu." jawab sang mama yang tak mungkin afgan bisa membantahnya.

Sarapan telah selesai namun si kembar pergi meninggalkan meja makan terlebih dahulu membuat dahi afgan mengernyit bingung,

'Memangnya mereka mau kesekolah naik apa?'

'Apakah mungkin mereka bisa menghilang dan langsung tiba disekolah?'

'Atau mereka bisa terbang?'

Itulah isi kepala afgan sembari netranya melihat kepergian si kembar.

Sedangkan deka yang berada disamping afgan ikut memperhatikan apa yang membuat adiknya tampak berfikir keras hingga akhirnya ia memilih untuk bertanya.

"apa yang membuatmu nampak begitu serius hmm?"

"memangnya mereka mau naik apa kesekolah? Kok ga bareng sama aku? Jangan-jangan mereka bisa sulap menghilang kak?" tanya afgan dengan polosnya.

Candra yang tengah minum teh tersedak mendengar pertanyaan polos dari sang putra, sedangkan dika yang tengah minum kopi sambil menatap ipad saja sampai menyemburkan kopinya mendengar pertanyaan adik tengahnya yang tak masuk akal.

"baby mereka ga bisa sulap." ungkap hani sembari mengelus lembut rambut sang anak.

"lalu bagaimana mereka akan kesekolah....." belum selesai afgan berbicara, ucapannya telah dipotong sang papa.

"sudah-sudah nanti kita bahas lagi sekarang waktunya kamu berangkat sekolah!"

Afgan dengan lesu menyandang tas dan berpamitan kepada mama dan juga kedua abangnya.

Setibanya disekolah ternyata kedua adik kembarnya sudah menunggu didepan sekolah, terlihat banyak anak murid perempuan yang menatap keduanya kagum bahkan ada yang diam-diam mengambil gambarnya.

Memang tak perlu diragukan bahwa kedua kembar itu tampak tampan dengan seragam yang dipakai rapi, rambut yang agak berantakan dan jangan lupakan wajah yang mempesona.

"kalian tadi naik apa? Kok ga bareng sama aku?" tanya afgan yang baru saja turun dari mobil.

"kalian punya sulap menghilangkan diri terus bisa sampai sini ya?" sambung afgan, sungguh ia benar-benar merasa penasaran untuk sekarang.

Arka dan raka yang ditanya hanya diam sesekali mengelus rambut abangnya yang terus berceloteh mempertanyakan hal yang tak masuk akal bagi keduanya.

Mereka mulai masuk kedalam sekolah dengan afgan yang berada ditengah dan kedua tangan yang dipegang oleh arka dan raka dikedua sisinya, mereka hanya ingin menjaga afgan agar tak terjatuh.

"ini kenapa aku digandeng kaya gini? Seharusnya aku yang gandeng kalian, lihat sekarang aku malah terlihat seperti anak kecil diantara kalian padahalkan aku abangnya!"

Afgan yang terus cemberut disepanjang jalan membuat orang-orang merasa gemas dengan ekspresinya namun tak ada yang berani mendekat melihat ada kedua pawang yang menjaga dikedua sisi afgan dengan wajah dingin dan datar mereka.

.
.
.
.
.
.
.
TBC

makasih buat yang udah rela nunggu cerita ini update, maaf baru bisa update sekarang.

Semoga kalian suka ceritanya!

AfganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang