GETIR 02

524 109 1
                                    

Ingat kata pepatah.
Jika suatu hari kamu merasa kurang tentang hidup ini, sesekali coba
tengok ke bawah.
Karena matahari yang kamu damba bisa membuat mata buta..

#####

Dia, Shenna Bayanaka. Gadis dengan mata sehitam malam yang langka. Terlahir menjadi sulung dari keluarga Martinez tak membuat Shenna diperlakukan selayaknya anak pertama. Dia diharuskan mengalah perihal apapun, termasuk kasih sayang kedua orang tua.

Hidup dalam lingkup perbandingan membuatnya muak. Protes dan perlawanan yang sering ia lakukan, nyatanya tak sedikitpun menggerakkan hati. Berontak juga tak mampu menarik secuil simpati. Katakanlah Shenna miskin kasih sayang. Karena nyatanya itu adalah benar.

Gadis berambut sebahu itu berjalan santai sepanjang koridor sekolah. Entah sudah berapa kali helaan nafas kasar keluar dari bibirnya. Perih mendera hati tiap kali mengingat perlakuan tidak adil orang tuanya. Kepalanya mengangguk sesekali, saat beberapa adik kelas menyapa ramah.

SMA Airlangga bukan hanya tempat para elit. Mereka, kalangan menengah pun ikut berbaur menjadi satu.

Shenna menyeka keringat yang mengalir di dahi. Badannya panas namun ia merasa kedinginan.

Dengan langkah berat kaki jenjangnya melangkah memasuki ruang kelas XII IPA 2. Kemudian berjalan menuju bangku paling belakang.

Kelas masih sangat sepi.

Gadis itu melipat kedua tangan di meja, lalu meletakan kepala di atas lipatan tangan.

Perlahan netra hitamnya mulai terpejam.

___

Terlihat seorang siswa laki-laki dengan seragam sedikit berantakan berjalan memasuki ruangan kelas. Keningnya berkerut saat mendapati teman sebangkunya tengah tidur dengan kepala yang diletakkan di atas meja. Ia memperbaiki letak kacamatanya, kemudian berjalan mendekat.

Demian Nataniel. Laki-laki itu mendudukkan diri di bangku sebelah Shenna, tangannya terulur menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah. Dia mengusap pelan pipi tirus yang terlihat memerah. Beberapa saat kemudian sorot matanya berubah khawatir ketika mendapati suhu panas pada kulit milik gadis itu.

Tangannya beralih mengelus pelan kepala Shenna saat gadis itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Netra laki-laki itu tak sedikitpun beralih dari wajah damai Shenna, tidak ada tatapan sinis atau malas yang sering gadis itu berikan.

Para penghuni kelas mulai berdatangan, menduduki tiap bangku yang kosong hingga kelas terasa lebih ramai.

Teriakan beberapa siswa membuat Shenna terganggu dan terpaksa membuka mata yang terasa lengket.

Wajah khawatir Demian menjadi pemandangan pertama yang Shenna lihat begitu netra hitamnya terbuka. Laki-laki yang belum lama ini bersikeras mendekat meski telah ia usir berkali-kali. Menawarkan pertemanan yang sudah tidak terasa menarik lagi untuknya.

"Badan lo panas, lo sakit?" tanya Demian begitu netra hitam itu terbuka sempurna.

Shenna menggeleng pelan. "Nggak." Kemudian merubah posisi menjadi duduk. "Gue baik." Ia masih belum terbiasa dengan perhatian-perhatian kecil yang diberikan Demian. Terasa aneh karena sedari kelas sepuluh mereka hampir tidak pernah berinteraksi, meskipun berada di kelas yang sama.

GETIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang