Diselimuti rasa cemburu
Namun cermin kembali menjelaskan siapa diriku..#####
Takdir...?Sebuah garis hidup yang tidak bisa siapapun tolak, siap tidak siap dia akan datang membawa nasib baru, entah itu baik atau buruk.
Seperti takdir yang membawa Shenna terlahir di tengah-tengah keluarga Martinez yang dikenal akan kedermawanannya, karena berbaik hati merawat ribuan anak yatim. Tetapi kenapa merawat satu dari dua putrinya saja mereka tidak mampu?
Seperti takdir yang mengirimkan Sky, namun kembali merenggutnya tanpa perasaan.
"Ara mau pesta meriah, Pa. Di hotel Papa yang dekat pantai itu.. Ara juga mau gaun rancangan Miss Valencia."
"Apapun untuk putri cantik Papa, tapi ingat, princess nggak boleh kecapekan.. atau Papa akan marah." Darius tersenyum lembut seraya mengusap surai hitam putri bungsunya.
"Siap, komandan!" seru Arabella membuat gerakan hormat yang membuat tiga orang di ruang tamu terkekeh gemas.
"Bell, lo mau kado apa?" tanya Sangga yang duduk memainkan ponsel, remaja yang lebih tua satu tahun dari Arabella.
Tidak langsung menjawab, si bungsu Martinez itu terlihat berfikir. "Gue udah punya semua, Kakak, Mama, Papa yang sayang gue. Lalu kak Sky. Gue nggak butuh apa-apa lagi sebenernya.. tapi, jalan-jalan berdua bukan ide buruk. Gimana?" Arabella menatap sang kakak penuh harap.
"Apapun untuk adik manis kakak," jawab Sangga seraya tersenyum penuh kasih sayang.
"Ayo, buka lagi mulutnya," sela Adella yang duduk di sebelah kiri Arabella, menyuapkan potong apel ke dalam mulut putrinya.
"Udah, Ma.. Ara kenyang," ujar Bella disela mengunyah.
"No! Princess harus banyak makan buah atau mau pestanya batal," tegas Darius menatap wajah cemberut Arabella.
"Nah, dengar apa kata Papa? Ayo buka lagi mulutnya.."
"Yang nurut, Bell.. jangan bandel," sahut Sangga ikut menimpali.
Mereka benar-benar terlihat seperti keluarga bahagia penuh perhatian. Harusnya Shenna tidak hadir di tengah bahagia yang terasa sempurna itu 'kan? Ya, seharusnya memang begitu.
Tetapi, takdir.. takdir yang membuatnya berada di antara mereka. Jika boleh menawar, Shenna ingin terlahir dari keluarga sederhana yang menyayanginya.
Gadis berambut bob sebahu itu bersandar di dinding pembatas, menatap kosong langit-langit ruang tengah. Mencuri dengar obrolan mereka sama saja menabur luka dengan sengaja.
"Ma, kak Shenna diajak 'kan?" Suara Arabella kembali terdengar membuat Shenna sedikit berharap.
Bukan tentang ulang tahun mewah adik yang ia benci, tetapi ini tentang bagaimana respon kedua orang tuanya. Apakah masih sama atau sedikit melunak?
"Sayang, kamu masih ingat 'kan gimana kejadian ulang tahun kamu dulu saat dia hadir?"
"Ma, berapa kali aku harus bilang.. kejadian itu bukan karena kak Shenna. Kenapa Mama terus salahin dia..?"
"Anak itu terus buat kamu celaka. Ara, tolong mengerti Mama.. Mama cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa," jelas Adella menatap sendu putrinya.
Anak itu, ya..?
"Ma--"
"Bell, ngapain sih? Si setan nggak tahu diri itu bakal makin gila kalau dibaikin. Udah, jangan pedulikan dia," potong Sangga cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GETIR
General FictionBisakah kau ulangi sekali lagi? Patahkan hatiku lebih keras, agar harapan itu mati dengan pantas... _Sheena Bayanaka_ . . WARNING!! Mohon bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini terdapat beberapa adegan kekerasan yang tidak patut ditiru!!