"Maaf."
Hening.
"Maaf."
Masih hening.
"Maafin gue."
"Lo kehabisan kosa kata?"
"Shenna, gue minta maaf." Sky menatap penuh penyesalan.
Tadi selepas menerima pesan ancaman dari Adella, Sky memutuskan pergi mencari Shenna dan entah keberuntungan dari mana saat diperjalanan ia melihat Shenna duduk di trotoar, di sebelah gerobak penjual nasi goreng.
"Gue muak denger kalimat maaf lo."
"Gue punya alasan kenapa jauhi lo selama ini. Hari itu nyokap lo ngancem gue," bebernya.
Shenna tidak terlihat terkejut mendengar kejujuran Sky, wajahnya tanpa ekspresi, menatap lurus ke depan. Memasang rungu dengan baik, memberi kesempatan laki-laki itu menjelaskan sekali lagi. Walaupun sebenarnya Shenna tidak lagi perduli.
"Gue frustasi, kacau. Pikiran gue buntu dan gue gak punya pilihan lain selain ikuti kemauannya. Gue tau gue udah banyak nyakitin lo.. tapi, saat itu yang ada di pikiran gue cuma keamanan lo. Gue gak mau lihat lo berdarah, She." Kemudian Sky mulai menceritakan semua yang terjadi, tanpa ada yang ditutupi. Dimulai dari malam setelah ia pulang dari mengantar Shenna juga tawaran Arabella. Semua ia ceritakan dengan runtut tanpa ada yang terlewatkan.
Sky bukannya membela diri, dia tau dia salah. Kalimat maaf yang terucap sebagai ungkapan rasa bersalah juga kekecewaan terhadap dirinya sendiri. Shenna pun memiliki hak menolak permintaan maaf darinya.
Tidak ada riak dari raut tanpa ekspresi Shenna.
Tebakannya tepat. Tidak ada yang melesat dari insting tajamnya. Ia peka dan mudah membaca situasi. Sebenarnya Shenna tidak marah atas pilihan Sky waktu itu. Ia coba pahami bagaimana sulit posisinya atas pilihan yang diberikan. Setiap pilihan yang memiliki konsekuensi dibelakangnya.
Tapi meskipun begitu ia tetap tidak suka dengan orang yang lancang dan merasa paling tahu, merasa paling berhak menentukan pilihan atas keberlangsungan hidup orang lain.
"Lo bisa jelasin tentang Damien ke gue?" Shenna bertanya dengan nada dingin yang sontak membuat tubuh Sky menegang kaku. Bagai disambar petir, lidah Sky kelu.
Laki-laki itu menelan ludah dengan susah payah, kepalanya tertunduk tidak berani menatap mata Shenna. "Gue khawatir, gue minta dia gantiin posisi gue jadi teman lo."
"Apa yang lo janjikan?"
"Biaya perawatan rumah sakit adiknya." Sky semakin menunduk dalam. Mendengar itu Shenna berusaha menekan perasaan kecewa. Hatinya bergemuruh, merasa dipermainkan oleh dua laki-laki itu.
Dari awal Shenna sudah tahu. Sky dan Damien memiliki perjanjian yang melibatkannya. Beberapa kali memergoki Sky memberi amplop coklat pada Damien, padahal yang Shenna tahu merasa tidak dekat.
Ia tahu namun memilih diam dan mengikuti alur permainan.
"Lo bukan siapa-siapa, lo gak punya hak atas hidup gue. Sky, lo benar-benar gak berhak permainin gue.." Shenna menekan setiap kata. Gadis itu memalingkan wajah diikuti helaan nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GETIR
General FictionBisakah kau ulangi sekali lagi? Patahkan hatiku lebih keras, agar harapan itu mati dengan pantas... _Sheena Bayanaka_ . . WARNING!! Mohon bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini terdapat beberapa adegan kekerasan yang tidak patut ditiru!!