GETIR 11

179 59 2
                                    

"Nana itu berharga.. mereka saja yang buta!"

"Begitu menurut kamu?" tanya Shenna yang langsung mendapat anggukan pasti.

"Tapi kata mereka aku jahat, sumber masalah. Mereka bilang aku anak kurang ajar, pembangkang, susah diatur, pembuat onar." Shenna mengadu, mengabsen setiap umpatan yang sering kali ia dengar. Padahal tidak semua yang mereka katakan benar. Beberapa kali ia memang sempat melawan, tapi itu karena dirinya tidak terima dengan tuduhan palsu yang dilemparkan padanya. Shenna tidak pernah merasa gentar dalam hati, selama kebenaran ia kantongi.

"Itu karena mereka tutup mata, gak mau benar-benar memahami kamu, sejauh aku mengenalmu, Na.."

Shenna memilih menyandarkan kepalanya pada bahu remaja di sampingnya tanpa berniat menanggapi. Menikmati semilir angin segar di sore hari, ditengah-tengah padang dandelion yang belum lama ini mereka temukan. Si putih lepas dari putiknya, terbang mengikuti arah mata angin, mereka terlihat seperti lukisan indah yang nyata.

Gadis itu mengulurkan tangan ke depan lalu menengadah. Menanti serpihan kecil bunga-bunga itu hinggap di telapak tangan. Shenna bergumam, menyebut nama orang yang kini menjadi tempatnya bersandar.

"Hm?"

"Kamu sayang aku?"

"Tentu saja," jawabnya sambil mengelus kepala Shenna yang ada di bahunya. Keduanya tumbuh bersama dan saling bergantung satu sama lain, saling melindungi meskipun tak sedarah.

"Kalau begitu jangan pergi.. apapun yang terjadi nanti."

"Aku gak pergi kemana-mana. Aku selalu ada disini, jangan khawatir.." Remaja laki-laki itu berkata sambil menyentuh tepat di dada kirinya, ia memberi senyum menenangkan. Sorot matanya begitu teduh menatap manik hitam milik Shenna. "Jangan sedih.. Nana."

"Karena aku gak akan suka.."

Teng!

Teng!

Teng!

Teng!

Shenna tersentak dari tidurnya. Bunyi suara lonceng yang dipukul empat kali menggema di seluruh penjuru sekolah, menandakan selesainya kegiatan belajar mengajar.

Gadis itu terduduk linglung sembari mengumpulkan nyawanya yang masih belum genap. Menyentuh dada yang berdetak cepat, ia teringat kembali akan mimpi yang baru saja datang. Mimpi indah tapi terasa menyakitkan di satu waktu.

Hatinya bergemuruh, pikirannya mulai keruh saat ingatan tentang hari itu serasa mencekik kuat lehernya.

Shenna bergerak mengusap keringat yang mengalir melewati dahi sembari mengatur nafas yang tak beraturan. Matanya mengedarkan ke sekeliling tempat itu, mencoba mencerna situasi.

Ah ternyata ia ketiduran di rooftop, sejak jam istirahat terakhir.

Tak langsung turun, Shenna menunggu sepi dulu sebelum beranjak meninggalkan kawasan sekolah.

Dua puluh menit kemudian Vespa hijau itu melaju membelah jalan raya, melewati jalanan sepi yang hanya muat untuk satu mobil, pohon-pohon besar tampak tumbuh menjulang di sekitaran sana. Memilih melewati jalan memutar, menutup hari dengan kembali masuk ke penjara paling mewah. Mansion Martinez.

GETIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang