GETIR 06

267 71 3
                                    

Suasana kantin di jam istirahat pertama begitu ramai. Meja kursi hampir penuh. Ada sebagian siswa yang mengantri di depan stan. Beberapa lagi terlihat mulai menyantap makanan setelah mendapatkan apa yang mereka mau.

"Shenna kenapa gak masuk, Ngga?" tanya Biru menatap cowok yang duduk berhadapan dengannya.

Sangga mengedikkan bahu acuh seraya menyuapkan bakso ke dalam mulut.

"Kak Shenna gak masuk?" Arabella mengerutkan kening dengan ekspresi bingung. Pasalnya ia melihat kakaknya itu pergi terburu-buru, pagi-pagi sekali, menaiki motor. Shenna juga menggunakan seragam sekolah seperti biasa.

"Gak. Lo tahu dia kemana?"

Meski ragu, gadis itu menggeleng pelan. Matanya melirik Sangga yang terlihat tidak perduli. Menghela nafas pelan merasa miris dengan hubungan buruk antara kedua kakaknya.

"Kak, lo ta-"

"Nggak tahu dan nggak mau tahu," potong Sangga cepat. Pembicaraan mengenai Shenna selalu berhasil menghancurkan mood.

"Wah parah sih lo.. ternyata rumor anak pertama Martinez itu benar?" heboh cowok bernama Nakula. Beberapa hari ini banyak rumor buruk tentang keluarga terpandang itu yang berseliweran di masyarakat. Didukung dengan tidak pernah-nya Shenna dilibatkan dalam acara-acara penting keluarga. Ada juga rumor yang menyebutkan bahwa putri pertama Martinez itu terlalu berharga, sehingga sengaja disembunyikan dari publik.

Ya. Tidak banyak yang tahu kalau Shenna termasuk bagian dari Martinez, kecuali Sky, Biru dan Nakula. Gadis itu tidak menyandang marga keluarga di belakang namanya. Juga hubungan ketiga saudara itu terlalu asing untuk orang yang memiliki darah yang sama. Tidak ada interaksi berarti, bahkan mereka hampir tidak pernah saling bicara saat tidak sengaja berpapasan di koridor.

"Tutup mulut lo," tegas Sky dengan tatapan menghunus tajam ke arah Nakula.

"Elah, santai kali. Gue 'kan cuma nanya.."

"Pertanyaan lo bikin darting, goblok!" cibir Biru menyumpal mulut Nakula dengan tahu goreng.

Nakula mengunyah tahu goreng dengan santai kemudian menelannya. "Sialan lo! Kalau mau kasih tahu jangan cuma satu, sepabrik-pabriknya biar keren, gak usah kaya gembel," gerutunya bergerak menyeret piring gorengan, memindahkannya tepat di hadapannya.

Sky menghela nafas pelan kemudian menatap Sangga serius, mengabaikan Biru dan Nakula yang masih sibuk berdebat.

"Lo jadi ikutan lomba?" tanyanya. Sangga yang mendengar pertanyaan itu ditujukan untuknya memutuskan meneguk air mineral di tangannya lebih dulu, sebelum menanggapi ucapan Sky.

"Ya. Ini impian gue dari lama, lo tau itu."

"Tapi, lo udah kelas dua belas. Gak takut ketinggalan pelajaran?"

"Kak, ini mimpi kak Sangga sedari kecil." Arabella ikut menimpali, tangannya terulur menggenggam tangan Sky yang ada di atas meja. Sky menoleh dan mendapati gadis di sampingnya tengah melempar senyum manis. "Dia udah berjuang sekeras itu sampai bisa lolos seleksi ketat dan menjadi salah satu anggota tim estafet untuk kejuaraan nasional tahun ini," imbuhnya.

Sky mengangguk saja. "Lo lebih tau, Ngga.. mana prioritas. Universitas impian lo atau mimpi lo. Semua balik lagi ke diri lo sendiri, kita cuma bisa dukung apapun keputusan lo."

GETIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang