Pagi yang cerah tak seperti suasana hati Arabella yang diselimuti awan kelabu. Wajahnya kusut dengan lingkar hitam di bawah mata.
Mungkin orang akan menganggapnya lebay, hanya karena tak mendapati kabar ia sampai tidak tidur semalaman. Namun, tidak akan ada yang mengerti ketakutannya."Ara, kenapa sayang?" tanya Adella yang sedari tadi mengamati tingkah aneh putrinya. Gadis itu menggeleng dengan wajah lesu, memainkan nasi goreng di atas piring tanpa ada niatan untuk makan.
"Nasi goreng buatan Mama gak enak ya? Ara mau sarapan roti aja?" Adella kembali bertanya lembut, membuat dua orang lainnya ikut memusatkan perhatian pada gadis manis itu.
Sangga hanya menatap tanpa bertanya, karena ia sudah tau apa yang menjadi penyebab adiknya itu tak bersemangat.
Sedangkan sang kepala keluarga bergerak mengusap pelan rambut panjang putri kesayangannya yang duduk tepat di sebelah kanan kursinya. "Princess Papa kenapa, ada yang gangguin kamu di sekolah?" Darius bertanya pelan dengan tatapan tajam menyorot Sangga penuh tuduhan. Yang ditatap memilih menunduk, memutar kedua bola mata malas.
Arabella mendongak dengan senyum lemah. Melirik ke arah Mamanya sebentar kemudian kembali memusatkan pandangan pada sang Papa. "Ara baik-baik aja, Pa. Cuma kurang tidur, tadi malam belajar sampai larut karena hari ini ada ulangan." Alibinya.
Darius menurunkan tangannya, beralih mengusap pipi gembul Arabella menggunakan ibu jari. Ekspresinya tampak khawatir saat mendapati wajah pucat itu.
"Jangan terlalu memforsir diri untuk belajar lebih keras, Ara. Kamu tau.. Papa gak pernah nuntut kamu dapat nilai sempurna."
"Habiskan sarapanmu. Hari ini Papa antar kamu sekolah," lanjutnya, kemudian kembali fokus menyantap makanan di depannya, diikuti oleh yang lain. Mereka melanjutkan makan tanpa suara.
Beberapa menit setelahnya mereka selesai. Bersiap menuju tempat tujuan masing-masing. Adella menjadi yang pertama meninggalkan mansion. Setelah memberikan undangan pada Arabella untuk dibagikan pada teman-teman sekolahnya, wanita paruh baya itu pergi dengan mobil mewahnya diikuti beberapa bodyguard di mobil yang berbeda.
"Ayo, Ara.." Darius melihat jam di pergelangan tangan. Pagi ini ia mempunyai pertemuan penting dengan klien dari luar negeri. "Ayo berangkat, pagi ini Papa punya meeting penting," ajaknya sekali lagi. Keningnya berkerut saat mendapati putrinya melamun di kursi teras.
"Ara." Panggilannya sedikit lebih keras membuat gadis itu tersentak.
"Kenapa, Pa?" tanyanya linglung.
"Kalau sakit gak usah sekolah, biar Sangga izin ke wali kelas kamu nanti."
"Papa duluan aja. Aku bareng kak Sky."
"Sky?" Darius mengedarkan pandangan namun tak menemukan pemuda itu.
Mengetahui siapa yang tengah dicari oleh Papanya, Arabella buru-buru menyahut. "Iya.. dia udah dijalan. Papa pergi aja, aku nunggu kak Sky ditemani kak Sangga," ujarnya meyakinkan.
Menghela nafas pelan, Darius berjalan mendekati anak perempuannya. "Kalau ada apa-apa bilang sama Sangga. Oke princess?" pesannya.
"Siap, Papa sayang!"
Setelah memberikan kecupan di kening putrinya, pria paruh baya itu berjalan menuju mobil. Dengan sigap seorang bodyguard membukakan pintu untuk sang tuan. Sekali lagi Darius menoleh ke belakang sebelum masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
GETIR
General FictionBisakah kau ulangi sekali lagi? Patahkan hatiku lebih keras, agar harapan itu mati dengan pantas... _Sheena Bayanaka_ . . WARNING!! Mohon bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini terdapat beberapa adegan kekerasan yang tidak patut ditiru!!