GETIR 08

243 76 8
                                    

"Lo suka malam atau siang?"

"Gelap lebih menenangkan. Jadi, meski banyak pilihan gue tetep suka malam tanpa bintang."

"Seperti biasa, jawaban lo terdengar aneh di telinga gue." Tanggapan dari sang pemuda membuat Shenna terkekeh geli hingga punggungnya bergetar.

Dibawah langit malam. Shenna dan Sky duduk saling membelakangi dengan punggung menempel. Di atas bangku kayu panjang, disebuah taman kota yang tidak banyak pengunjung.

Shenna bersandar pada punggung kokoh Sky, menyamankan posisi duduk kemudian menjatuhkan kepala di atas bahu kanan laki-laki itu. Menatap lurus ke arah langit. Bintang-bintang malam ini bersinar begitu terang. Menunjukkan titik-titik yang tersambung menjadi sebuah lukisan indah di atas sana. Menikmati perasaan nyaman sekaligus hangat, yang perlahan menelusup masuk memenuhi hati. Perasaan menenangkan yang ia sukai akhir-akhir ini.

Beberapa Minggu belakangan keduanya disibukkan dengan ujian kenaikan kelas. Setelah itu kembali disibukkan oleh kegiatan awal semester kelas sebelas. Sampai akhirnya, malam ini mereka memiliki waktu untuk sekedar menikmati kebersamaan.

"She?"

"Hm." Shenna hanya bergumam, masih enggan mengalihkan pandangan dari langit malam.

"She.. gue suka lo."

Sontak saja gadis itu terbelalak, tampak tercengang mendengar pengakuan tidak terduga yang sangat tiba-tiba.

"Lo--apa?" Shenna menegakkan punggung lalu menoleh ke belakang dengan perasaan campur aduk, ingin memastikan telinganya tidak salah dengar.

Pemuda itu merubah posisi duduknya yang langsung diikuti Shenna. Memiringkan badan hingga saling berhadapan. Tangan Sky bergerak menggenggam tangan dingin Shenna diatas pangkuan.

Ditatapnya lekat netra sehitam jelaga milik gadis di sampingnya. Sorot matanya memancarkan cinta yang besar.

"Gue suka lo. Sayang banget gue sama lo, Shenna." Ungkap Sky pelan, penuh perasaan. Sudah cukup selama ini ia menahan diri hanya karena status persahabatan yang tersemat diantara hubungan keduanya.

Mendapati keterdiaman Shenna, kepala Sky menggeleng pelan. "Bukan.. bukan sebagai sahabat. Gue sayang lo--gak, lebih tepatnya gue jatuh cinta sama lo, Shenna.. udah dari lama."

"Gue sadar, perasaan yang gue miliki akan buat persahabatan kita gak lagi sama. Tapi, She.. gue gak bisa nahan perasaan ini lebih lama lagi." Sky mengambil jeda sejenak untuk mengamati ekspresi Shenna yang terlihat berusaha mencerna ucapannya. "Izinin gue memberi warna lain di hidup lo ya? Kasih gue kesempatan buat bikin lo bahagia.."

Shenna melepas genggaman tangan mereka lalu mengangkat tangan kanannya, mengusap rahang tegas Sky dengan pandangan yang tak sedikitpun lepas dari netra abu-abu itu. Namun jauh di dalam lubuk hati terdalam, Shenna merasakan bahagia yang membuncah. Ternyata. Selama ini ia tidak jatuh cinta sendiri. Ternyata, laki-laki itu memiliki rasa yang sama.

"Lo serius sama ucapan lo barusan?" tanyanya lirih.

"Gue gak pernah seserius ini." Sky mengambil tangan Shenna yang masih bertengger di rahangnya kemudian membawanya ke depan bibir, mengecupnya dalam waktu lama. Laki-laki itu memejamkan mata, menikmati debaran jantung yang menggila di dalam dada, namun terasa menyenangkan. "Gue jatuh cinta, Shenna."

GETIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang