GETIR 12

186 66 5
                                    

"Dari awal lo tau kan hubungan seperti apa yang kita jalani. Kita udah sepakat, Bell." geram Sky. "Jadi, bisa lo jelasin ke gue maksud dari chat itu?"

Hawa dingin nan mencekam menyelimuti ruang tamu penthouse. Arabella mendongak, berusaha tetap tenang disaat hatinya diliputi perasaan cemas bercampur takut. Netra abu-abu itu menyorot tajam, membuatnya merasa terintimidasi. Mengawasi setiap pergerakannya sehingga ia harus berhati-hati dalam mengatur ekspresi.

"Aku juga gak tau, kenapa Mama bisa mutusin hal sebesar itu tanpa ajak kita diskusi." Arabella terdiam sebentar, terlihat memikirkan sesuatu. Ditatapnya Sky dengan serius sebelum ia kembali melanjutkan kalimatnya. "Kita bisa lakuin sesuai keinginan Mama kalau ingin kak Shenna tetap aman. Seperti biasa. Kita bisa pura-pura sekali lagi, kamu gak keberatan kan, kak?"

"Ingat kak, kita lakuin ini buat lindungi kak Shenna," imbuhnya berusaha meyakinkan.

"Jadi menurut lo, kali ini kita juga harus pura-pura tunangan biar nyokap lo gak nyentuh Shenna lagi?" Sky berkata dengan nada suara rendah, kepalanya tertunduk, terlihat sekali pemuda itu berusaha menekan emosi yang meledak-ledak dalam dada.

Melihat Sky menunduk, Arabella menebak kekasihnya itu tengah bersedih. Ia mengulum bibirnya, menahan senyum kemenangan. Ternyata Sky-nya masih sama bodohnya jika itu menyangkut Shenna.

"Kita gak punya pilihan."

"Lo gak masalah pura-pura tunangan sama gue?" Sky bertanya pelan tanpa mengubah posisinya. "Kalau gak salah lo pernah cerita, lo punya seseorang yang lo cinta."

"Biar itu jadi urusan aku, kak. Saat ini aku cuma mau fokus bantuin kak Sky sama kak Shenna," balasnya yang diakhiri hembusan nafas lega, gadis itu mulai melemaskan tubuhnya yang sedari tadi dibuat tegang.

Keheningan kembali mengambil alih. Keduanya sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Arabella kembali mengingat isi chat tersebut. Sekali lihat pun langsung tau itu nomor Adella yang sudah ia hafal diluar kepala.

|Segera bawa orang tuamu ke mansion Martinez untuk menentukan tanggal pertunangan, atau.. jangan salahkan saya untuk luka yang akan ditanggung Shenna.

|Batas waktu, sebelum acara ulang tahun Ara.

Setelah terdiam cukup lama, tiba-tiba saja pemuda itu tertawa terbahak-bahak hingga membuat Arabella yang melamun berjengit kaget.

Sky mulai bisa mengurai benang kusut. Mendapati sumber dari segala kejanggalan yang ia rasakan. Kini ia menyadarinya meski sangat terlambat.

"Ke-kenapa?" tanya Arabella terbata namun raut wajahnya menunjukkan kebingungan.

"Ah, ternyata ini tujuan lo." Kali ini tawanya lenyap berganti menjadi kekehan kecil, meski begitu ekspresinya tetap datar. Mata tajamnya memerah, terlihat menakutkan di mata Arabella.

"Ma-maksudnya?"

"Betapa bodoh gue yang baru sadar dari ilusi ciptaan lo--ah bukan lo, tapi kalian. Tipu muslihat yang buat gue kejebak dalam kebohongan. Lo anggap gue boneka? yang akan terus patuh sama semua kemauan lo?" Udara sekitar mereka menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Kepalan tangan Sky semakin kuat, menahan diri agar tidak melayang menghantam wajah sok polos gadis di depannya.

"Tujuan lo tercapai, Arabella." Sky mendesis pelan. "Lo berhasil pisahin gue dari Shenna. Dan setelah itu lo masih belum puas juga?"

GETIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang