GETIR 04

547 120 9
                                    

Kita yang jauh sebelum waktunya..
Dekat namun memiliki sekat. Tetap beradu pandang tapi penuh kehampaan..

Genggam tangan kita telah memudar
Sebab jarak semakin jauh..
Lebur ditelan ego. Asing dimakan waktu. Dan hilang terganti kisah baru..

Diujung senja asa kita terjeda. Dan indahnya cakrawala tak lagi mampu menyamarkan lara..

Namun inilah kita, memilih menyudahi tanpa kata..

####

"Apa impian lo dalam hidup ini?"

"Nggak ada," jawab Shenna santai.

"Emang lo nggak ada tujuan hidup?"

"Entahlah.. hidup gue bukan hak gue--" Shenna menghentikan ucapannya seolah tersadar baru saja keceplosan. Lukanya hanya milik dirinya sendiri dan orang lain tidak berhak tahu. "Lupakan," lanjutnya mengibaskan tangan.

Sky masih terdiam menatap ujung anak tangga, matanya mengerjap saat tiba-tiba percakapannya dengan Shenna di masa lalu kembali terdengar di telinga.

Shenna itu misterius. Dia terlalu menutup diri tentang hal-hal pribadi, membuat dinding tebal agar seseorang tak dapat menembusnya.

Muak?

Sky tidak sungguh-sungguh saat mengatakannya, ia hanya ingin Shenna berhenti memancing keributan yang tidak akan berakhir baik. Saat melihat kekecewaan di netra hitam itu, kenapa sesak kian menghimpit dada? Seolah menyuruhnya berhenti melontarkan kata yang akan semakin melukai gadis itu.

Namun Sky juga punya alasan sendiri kenapa dirinya menjauh. Bukankah tidak semua hal bisa diceritakan? Ada beberapa hal yang harus tetap tersimpan rapat.

"Aku nggak suka kamu kasar ke kak Shenna."

Suara gadis di sebelahnya membuat Sky memutuskan lamunannya, kepalanya menoleh kesamping dimana Arabella tengah berdiri menatapnya sendu.

"Kasar? Apa gue terlalu kasar?" tanyanya yang sebenarnya ditujukan untuk dirinya sendiri.

"Kak, kasar nggak melulu tentang main tangan," jeda beberapa detik sebelum Arabella kembali meneruskan ucapannya. "Aku nggak tahu kalian ada masalah apa sebenarnya. Karena yang aku tahu kalian pernah sedekat urat nadi. Tapi, kalau emang itu benar kenapa kata-kata kasar bisa keluar dari mulut kakak yang katanya sahabat kak Shenna?"

Suasana ruang tamu mendadak hening. Helaan nafas berat keluar dari bibir tebal Sky. Dirinya memang keterlaluan.

"Halah nggak usah pedulikan si setan.. nggak penting, Sky juga nggak akan perduli," sergah Sangga menatap malas adiknya.

"Kak Sangga juga, kita bertiga itu saudara. Harusnya saling menyayangi.."

"Lah gue 'kan emang sayang lo, Bell."

Arabella memutar kedua mata malas, menatap Sangga penuh kekesalan. "Lo dan kak Shenna pernah berbagi rahim. Sembilan bulan dalam perut yang sama.. kenapa lo kelihatan benci banget sama dia, kak?"

GETIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang