Dalam diam menyimpan seribu duka.
Lalu, di balik ketidak pedulian menyiratkan berjuta kecewa.###
Malam itu berakhir begitu saja. Tanpa ada tanggapan atau penjelasan dari Adella terkait fakta yang ia ucapkan terakhir kali. Wanita paruh baya itu berlalu tanpa mengeluarkan sepatah kata. Tidak ada sangkalan apalagi kalimat menenangkan untuknya yang diliputi rasa sesak.
Setelah mengunci pintu, Shenna melemparkan tas ke arah sofa kemudian berjalan menuju sudut kamar. Gadis itu melepas kaos yang ia kenakan kemudian melemparnya asal, menyisakan sport bra hitam yang membalut tubuh rampingnya. Memperlihatkan perut sixpack yang terbentuk sempurna karena rajin berolahraga.
Hati-hati dengan mulut kamu Shenna. Jangan melewati batas.
Semua karena dosa kamu pada Ara. Kamu menuai hasil dari kejahatan kamu sendiri.
Mengingat kembali ucapan Adella, Shenna berdecih. Meluapkan segala emosi yang terpendam sambil menghantam tinju pada samsak di depannya.
Semakin lama gerakannya kian cepat dan intens.
"Lo tau apa yang buat orang-orang disisi lo pergi? Itu karena lo.. lo sendiri yang buat mereka milih pergi. Setan gila kaya lo emang pantas ditinggalkan." Ujar Sangga menggebu-gebu.
Dengan penuh tenaga Shenna kembali melayangkan pukulan, menganggap benda yang menggantung adalah orang yang membuatnya merasa kecewa, berupaya melepaskan emosi yang bercampur aduk dalam dada.
"Bella cewek gue. Kalau lo gak bisa liat dia sebagai adek lo, setidaknya hargai dia sebagai cewek gue." Desis Sky tepat di depan wajahnya.
Tubuh serta wajah gadis berambut bob itu mulai basah, banjir oleh keringat yang mengalir. Nafas terdengar berat dengan punggung tangan mulai lecet. Namun itu tak membuat Shenna ingin berhenti.
Ingatannya tumpang tindih, suara mereka menggema di dalam kepala. Apa dirinya memang seburuk itu sampai harus menanggung semua kesalahan? Sekotor apa ia di mata mereka hingga mereka tak sudi berada di dekatnya dan lebih memilih menjauh?
Shenna mulai memutar kembali percakapannya dengan Sky beberapa waktu kebelakang.
"Sky, bisa tolongin gue?"
"Gue ada janji sama Bella."
"Bisa jemput gue, Sky?"
"Gue lagi nemenin Bella, di rumah gak ada orang. Lo sendiri tahu, Bella takut sendiri."
Hanya kalimat penolakan yang Shenna dapatkan saat meminta sedikit bantuan Sky. Dan itu bukan pertama kali. Entahlah, apa mereka masih pantas disebut sahabat disaat hubungan terasa lebih dingin layaknya dua orang asing.
"Gue butuh lo.. Sky gue butuh lo.. please.."
"Bella lebih butuh gue, dia sakit."
Masih sangat jelas dalam ingatan.
Hari itu Shenna tengah berada dalam pelarian dan mendapat luka di kaki kiri. Terlalu lama bersembunyi hingga kehilangan banyak darah. Shenna mencoba menghubungi Sky dengan secercah harapan dalam hati, berharap sedikit saja belas kasih dari laki-laki itu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GETIR
General FictionBisakah kau ulangi sekali lagi? Patahkan hatiku lebih keras, agar harapan itu mati dengan pantas... _Sheena Bayanaka_ . . WARNING!! Mohon bijak dalam memilih bacaan. Cerita ini terdapat beberapa adegan kekerasan yang tidak patut ditiru!!