08 - Pendekatan

45 9 0
                                    

Keesokan harinya...

Waktu telah menunjukkan pukul 05.30. Nadia masih tertidur pulas di kasur kesayangannya yang empuk. Tak lama, Ryan datang.

“Astaga, Nadia sayang. Kamu belum bangun juga? Ini sudah jam berapa? Bangun sekarang dan cepat mandi!”

“Ah, Papa… Nadia masih ngantuk. Hari ini Nadia nggak sekolah ya?”

“Nggak ada, kamu sekolah hari ini! Cepat mandi! Nanti Rey keburu datang, masa kamu belum siap.”

“Iya, iya, Nadia mandi sekarang. Papa keluar, anak gadis Papa mau mandi dulu.”

“Oke, Papa tunggu.”

Ryan keluar kamar. Ia memutuskan untuk menunggu di ruang makan. Sambil menunggu, Ryan memutuskan untuk memulai sarapannya terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian, terdengar suara bel rumah berbunyi.

“Itu pasti Rey.”

Ryan langsung beranjak dari kursi meja makan untuk membukakan pintu. Sesuai dugaan Ryan, memang Rey yang datang.

“Selamat pagi, Om,” sapa Rey ramah sambil menyalami Ryan.

“Pagi, Rey. Terima kasih sudah bersedia jemput Nadia, anak Om.”

“Sama-sama. Oh, iya Nadianya sudah siap, Om?”

“Hmm, sepertinya dia masih bersiap. Ayo, Rey masuk dulu! Kamu sudah sarapan belum? Mau sarapan bareng, Om?”

“Rey sudah sarapan, Om. Terima kasih atas tawarannya.”

“Ya sudah, ayo masuk! Kamu tunggu Nadia di dalam saja.”

“Iya, Om.”

Ryan mengajak Rey untuk duduk di ruang tamu.

“Silakan duduk, Rey. Biar Om panggilkan Nadianya.”

Okay, Om. Rey tunggu sini.”

Ryan kembali menghampiri anaknya ke kamar.

“Nadia, Reynya sudah datang nih. Kamu cepat ya!”

“Iya, Pa. Ini juga baru selesai.”

Tak lama, Nadia keluar kamarnya.

“Akhirnya kamu selesai juga. Ayo, kita hampiri Rey sekarang!”

“Sekarang? Nadia kan belum sarapan, Pa. Nadia mau sarapan dulu.”

“Iya, sekarang. Kamu sarapannya di sekolah saja. Kalau kamu sarapan sekarang, kalian bisa telat ke sekolah.”

“Tapi, Pa…”

“Sudah, nggak ada tapi-tapian. Makanya kalau mau sarapan di rumah bangunnya lebih pagi. Ayo, kita ke Rey sekarang! Dia sudah nunggu.”

“Iya, iya.”

Ryan dan Nadia menghampiri Rey ke ruang tamu.

“Akhirnya lo selesai juga, Nad. Lama amat sih? Lo tahu sekarang jam berapa? Kita bisa telat nih.”

“Suruh siapa lo jemput? Gue bisa ke sekolah sendiri.”

“Sudah, malah berantem. Sekarang lebih baik kalian pergi. Nanti keburu macet.”

“Baik, Om. Ayo, Nad! Kita berangkat sekarang!”

“Iya, iya.”

Tanpa berdebat lagi, mereka berdua langsung menuju motor Rey dan segera berangkat. Tak lupa, mereka berpamitan terlebih dahulu sebelum berangkat.

“Semoga saja pendekatan ini berhasil.”

Tak lama, ponsel Ryan berdering. Tertera nama Sarah Lestari melakukan panggilan video.

Nikah LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang