Rey tiba di Rumah Sakit Medika Pratama, rumah sakit terdekat dari rumahnya. Ia langsung menghampiri ibunya yang berada di ruang UGD.
“Sus, ranjang Ibu saya di mana ya? Atas nama Sarah Lestari.”
“Oh, Bu Sarah Lestari ada di bilik nomor dua.”
“Oke, Sus. Makasih.”
Rey menghampiri bilik yang dimaksud. Bilik nomor dua Di sana ia melihat sosok priaibunya yang sedang terbaring lemas ditemani seorang pria. Pria itu adalah Ryan Dirgana Pratama.
“Kamu sudah pulang sekolah, Rey.”
“Iya, bagaimana kondisi Ibu sekarang? Ibu kenapa?”
“Ibumu baik-baik saja, Rey. Magnya kambuh.”
“Iya, Rey. Ibu baik-baik saja. Ibu hanya lupa makan jadi saja magnya kambuh.”
“Astaga, Ibu. Kan Rey sudah sering ingatin Ibu jangan lupa makan. Rey nggak mau Ibu sakit. Om, terima kasih ya sudah bawa Ibu ke rumah sakit.”
“Sama-sama, Rey. Om senang bantu Ibumu. Oh, iya dia juga sudah boleh pulang.”
“Bentar ya, Bu. Rey urus dulu administrasinya biar Ibu bisa pulang sekarang.”
“Tidak usah, Rey. Om sudah bayar semuanya.”
“Sudah dibayar? Jadi berapa, Om? Biar Rey ganti.”
“Nggak usah diganti. Saya ikhlas bantu Ibumu.”
“Rey jadi nggak enak, Om. Biar Rey ganti ya?”
“Nggak usah, Rey. Lebih baik sekarang saya antar pulang ya? Biar Ibumu bisa istirahat di rumah.”
“Makasih, Om. Maaf, merepotkan.”
—OoO—
“Sudah sampai, Sar. Kamu jangan lupa makan dan istirahat.”
“Iya, Yan. Thanks ya!”
“Oh, iya kamu sudah bilang sama Rey?”
“Belum, Yan. Aku takut Rey marah dan tidak bisa terima kamu.”
“Hmm, bagaimana kalau aku yang bilang ke Rey?”
“Kamu yakin?”
“Yakin, ayo kita turun! Kita bicarakan hal ini. Rey sudah nungguin tuh.”
Sarah dan Ryan turun dari mobil.
“Rey, Om Ryan mau ngomong hal penting sama kamu.”
“Hal penting apa, Om?”
“Kita bicarakan di dalam saja, Rey. Ayo, Ryan kita masuk!”
“Okay.”
Saat ini, mereka bertiga tengah duduk di ruang tamu. Ryan hendak membicarakan maksudnya.
“Om Ryan mau minum apa? Biar Rey siapkan.”
“Hmm, apa saja Rey. Maaf, jadi merepotkan.”
“Nggak repot kok, Om. Sebentar ya!”
Rey pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.
“Ryan, kamu yakin mau bicara sekarang?”
“Iya, Sar. Aku yakin.”
“Kalau Rey marah bagaimana?”
“Kamu tenang saja. Aku akan bicara baik-baik. Semoga saja dia bisa terima.”
“Amin.”
Tak lama, Rey kembali membawakan sebuah gelas berisi teh.
“Silakan diminum, Om.”
“Terima kasih, Rey.”
Ryan mulai menyeruput teh yang telah dihidangkan.
“Oh, iya Om Ryan mau ngomong hal penting apa sama Rey?”
“Jadi gini, Rey. Om mau minta izin sama kamu. Om mau menikahi Ibumu. Apakah Rey mengizinkan?”
“Apa? Om Ryan mau menikahi Ibu? Rey nggak setuju, Om,” tolak Rey cepat.
“Tapi Rey…”
“Kasihan Ayah, Bu. Pokoknya Rey nggak setuju Ibu menikah lagi. Permisi, Om.”
Rey langsung beranjak meninggalkan Sarah dan Ryan ke kamarnya.
“Tuh kan, Yan. Rey jadi marah . Bagaimana nih? Dari awal aku ragu bilang hal ini ke dia.”
“Maaf, Sar. Mungkin dia perlu waktu untuk memikirkannya.”
“Menurutku, lebih baik kita bersahabat saja. Aku tolak lamarannya.”
“Aku cinta sama kamu, Sar. Tolong pikirkan lagi keputusanmu.”
“Hmm, aku juga cinta sama kamu, Yan, tapi kalau Rey tidak mengizinkan aku tidak bisa memaksakan. Aku nggak mau Rey membenciku. Aku harap kamu ngerti.”
“Ya sudah, aku pamit harus balik ke kantor. Oh, iya untuk masalah lamaran, aku anggap jawabanmu masih dipertimbangkan. Aku tunggu jawabanmu. Sudah ya!”
Ryan beranjak dari tempat duduknya meninggalkan rumah itu. Sementara Sarah masih diam di tempat.
“Rey, Ibu janji nggak akan terima lamaran Ryan kalau kamu nggak setuju.”
Tiba-tiba Rey muncul menghampiri Sarah kembali.
“Bu, maafin Rey. Rey nggak bermaksud bikin Ibu sedih. Rey belum siap punya Ayah baru untuk menggantikan Ayah.”
“Ibu ngerti. Kalau kamu tidak setuju, Ibu akan tolak lamaran Om Ryan.”
“Hmm, Ibu cinta sama Om Ryan?”
“Kalau kamu tanya, Om Ryan itu cinta pertama Ibu sebelum bertemu Ayahmu di SMA. Waktu SMP dulu, kita bersahabat. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Setiap dekat dengannya, Ibu merasa nyaman. Namun, belum sempat Ibu menyatakan perasaan Ibu yang sebenarnya, Om Ryan pindah ke Surabaya.”
“Kalau gitu ceritanya, Rey akan mempertimbangkan lagi.”
“Kamu mau mempertimbangkan lagi?”
“Iya, Bu. Sekarang Ibu istirahat ya! Biar Rey antar ke kamar.”
“Makasih, Rey. Oh, iya kalau kamu bingung, kamu bisa kenalan dulu. Jangan langsung mengambil keputusan. Om Ryan orangnya baik, Rey. Ibu sudah kenal dia cukup lama.”
“Iya, Bu.”
Rey mengantar Sarah ke kamarnya.
To be continued...
©2021 By WillsonEP
Hai, Nikah Lagi update lagi nih...
Jangan lupa vote dan commentnya...
Kira-kira Rey ambil keputusan apa ya?
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi
RomanceSetelah menjanda kurang lebih 10 tahun, Sarah memutuskan untuk menikah lagi dengan sahabat lamanya, Ryan. Akan tetapi, pernikahan tersebut mendatangkan masalah besar untuk kedua anak mereka. Kedua anak mereka, Rey dan Nadia saling bermusuhan dan mem...