Sekitar pukul 17.00, Sarah bangun dari tidurnya. Ia hendak memasak untuk makan malam. Saat hendak beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba Ryan menarik lengan Sarah mencegahnya pergi.
“Kamu mau ke mana, Sar?”
“Hmm, kamu sudah bangun juga, Yan. Aku mau masak buat makan malam, sudah jam segini.”
“Oh, kamu mau masak. Ya sudah, aku bantu ya! Ayo!”
Ryan dan Sarah keluar kamar. Mereka langsung menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.
“Kamu mau makan malam apa, Yan?”
“Bagaimana kalau makanan favoritku? Kamu masih ingat ‘kan makanan favoritku?”
“Masih, kalau tidak salah kamu suka sayur brokoli ‘kan?”
“Iya, kamu masih ingat saja.”
“Masihlah, Yan. Kamu kan sahabat aku, pasti aku tahu makanan favoritmu. Kalau Nadia, dia suka makan apa?”
“Kalau Nadia, dia suka apa saja. Semua masakan Bi Nenes pasti dia suka.”
“Okay deh. Oh, iya Bi Nenes ke mana? Kok dari tadi aku nggak lihat dia?”
“Dia sedang izin pulang kampung. Ibunya sakit.”
“Oh, gitu. Ya sudah, sekarang kita mulai masaknya. Hari ini aku mau masak sayur brokoli dan tempe goreng.”
Di sisi lain, Nadia baru saja terbangun dari tidurnya. Ia terbangun karena perutnya sudah merasa lapar. Nadia mulai mencari keberadaan ponselnya.
“HP gue mana? Biasanya kalau di ranjang nggak ada, pasti ada di nakas. Kok nggak ada ya? Apa jatoh?”
Nadia menengok ke arah kolong kasur, tetapi ia tetap tidak menemukan benda pipih tersebut. Nadia pun berusaha mengingat-ingat kembali di mana ia terakhir memegang ponsel.
“Oh, iya! Waktu di gereja, gue titip HP gue ke Rey. Pasti HP gue masih ada di Rey.”
Nadia keluar kamar menghampiri kamar Rey.
“Kira-kira Rey masih tidur nggak ya? Rey, gue masuk ya?”
“Nggak ada jawaban, mungkin dia masih tidur. Gue langsung masuk saja deh, ambil HP.”
Nadia mulai memasuki kamar Rey. Kondisi kamarnya masih gelap.
“Tuh, kan kamarnya gelap. Pasti dia masih tidur. Kira-kira Rey taruh HP gue di mana ya?”
Tiba-tiba Rey keluar kamar mandi dengan bertelanjang dada. Sontak saja, Nadia kaget dan langsung berteriak.
“Aaaaaa, gue nggak lihat!” teriak Nadia sambil memejamkan kedua matanya.
“Lo ngapain di kamar gue? Lo mau ngintip gue?”
“Enak saja! Gue ke sini mau ambil HP gue. HP gue di lo ‘kan?”
“Iya, ada. Lo sih pakai titip segala.”
“Cepat pakai baju lo! Lo kenapa sih keluar kamar mandi nggak pakai baju? Terus kenapa kamarnya nggak dikunci?”
“Iya, bentar. Suka-suka gue dong. Makanya kalau masuk kamar orang jangan sembarangan.”
Setelah mengeringkan badannya yang masih basah, Rey memakai kaos yang tadi sudah ia siapkan.
“Lo sudah pakai baju belum?”
“Sudah.”
Nadia mulai membuka kedua matanya.
“Mana HP gue?”
“Tuh, ambil di meja belajar.”
“Kok mati?”
“Gue matikan. Teman-teman geng lo berisik. HP sudah lo pegang ‘kan? Sekarang lo keluar dari kamar gue.”
“Iya, gue juga tahu. Lo baru jadi penghuni rumah ini saja sudah merasa paling berkuasa. Ini rumah gue, bukan rumah lo. Lo jangan ngatur-ngatur gue!”
“Gue tahu ini rumah lo, tapi gue juga butuh privacy. Ini kamar gue. Sekarang lo keluar. Ayo!”
Rey langsung menarik lengan Nadia.
“Nggak usah tarik-tarik. Lepas! Gue bisa sendiri.”
“Okay, gue lepasin. Ayo, kita makan malam!”
Mereka langsung menuju ruang makan.
“Kalian sudah bangun rupanya. Ayo, Rey, Nadia, kita makan malam.”
“Iya, Bu. Nadia juga sudah lapar banget makanya kebangun.”
“Kalian sudah makin akrab ya, Rey, Nadia. Bagus-bagus.”
“Iya dong, Pa. Nadia dan Rey ‘kan sudah jadi saudara.”
“Betul banget, Pa. Rey juga nggak nyangka, ternyata Nadia itu bisa baik juga.”
“Iyalah, gue memang baik dari lahir. Lo saja baru tahu.”
“Sudah, sudah. Kita mulai makan malamnya ya! Ibu sudah masak sayur brokoli dan tempe goreng.”
“Mantap, tempe goreng. Nad, lo harus cobain ini! Sini biar gue ambilin. Nih, lo harus cobain tempe goreng buatan Ibu. Lo pasti suka.”
“Thanks, gue coba.”
Nadia mulai mencicipi tempe goreng yang diberikan Rey.
“Bagaimana, Nadia? Tempe gorengnya enak ‘kan? Kamu suka?”
“Enak, Bu. Ini tempe goreng terenak yang pernah Nadia makan.”
“Syukurlah, kalau kamu suka. Ayo, tambah lagi! Sayur brokolinya juga jangan lupa.”
“Tuh ‘kan lo pasti suka.”
“Papa senang lihat kalian akrab gini. Ayo, kita mulai makan malamnya!”
Mereka memulai makan malamnya.
To be continued...
©2021 By WillsonEP
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi
RomanceSetelah menjanda kurang lebih 10 tahun, Sarah memutuskan untuk menikah lagi dengan sahabat lamanya, Ryan. Akan tetapi, pernikahan tersebut mendatangkan masalah besar untuk kedua anak mereka. Kedua anak mereka, Rey dan Nadia saling bermusuhan dan mem...