Beberapa bulan kemudian, semua persiapan pernikahan Sarah dan Ryan telah selesai. Hari ini Ryan dan Sarah akan melangsungkan pernikahan mereka.
“Nah, make-up sudah selesai, Bu.”
“Terima kasih, Mba.”
“Ibu cantik sekali hari ini. Bagaimana Ibu sudah siap?”
“Makasih, Rey. Ibu masih tegang, Rey. Kalau kamu sudah siap punya Ayah baru?”
“Asal Ibu bahagia, Rey siap punya Ayah baru. Semoga pernikahan Ibu dan Om Ryan lancar ya!”
“Amin.”
—OoO—
Sekitar pukul 09.30 pagi, pendeta selesai berkhotbah. Pendeta memanggil Ryan dan Sarah naik ke panggung. Pendeta milai menanyakan beberapa pertanyaan peneguhan. Setelah itu, tiba saatnya Ryan dan Sarah mengucapkan janji pernikahan secara bergantian.
“Sarah Lestari, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu senang maupun susah, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita, sesuai hukum Allah yang Kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”
“Ryan Dirgana Pratama, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu senang maupun susah, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita, sesuai hukum Allah yang Kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”
Setelah mengucapkan janji pernikahan, mereka berdua saling menyematkan cincin pernikahan. Sekarang, mereka telah sah menjadi pasangan suami istri.
“I Love You, Sarah.”
“I Love You too, Ryan.”
—OoO—
Setelah acara selesai, Ryan, Sarah, Rey, dan Nadia pulang ke kediaman Ryan. Ryan dan Sarah memutuskan tidak mengadakan resepsi pernikahan. Bukan apa-apa, Sarah merasa pernikahan mereka yang kedua ini tidak perlu dirayakan besar-besaran, cukup di gereja saja. Selain itu, umur mereka sudah tidak lagi muda.
“Mulai hari ini, kalian tinggal di sini ya, Sar, Rey.”
“Iya, Yan.”
“Iya, Om. Eh, maksud Rey… Iya, Pa.”
“Sekarang kalian boleh istirahat. Nadia, tolong antarkan Rey ke kamar yang sudah Papa tentukan.”
“Kamar yang mana, Pa? Nadia nggak tahu.”
“Kamar seberang kamarmu, Nadia.”
“Kamar Rey seberang kamar Nadia, Pa?”
“Iya, Nadia. Kamu antar Rey ya! Papa dan Mama mau ke kamar dulu.”
Ryan dan Sarah meninggalkan mereka berdua masuk ke kamar.
“Nad, kamar gue yang mana? Gue mau istirahat nih. Malah diam saja. Ayo!”
“Iya, iya. Ayo ikut gue!”
Nadia dan Rey langsung menuju kamar mereka.
“Ini kamar lo dan ini kamar gue.”
“Okay, thanks Nadia. Gue masuk sekarang ya?”
“Iya, suka-suka lo deh. Ingat jangan berisik! Gue mau istirahat juga.”
“Iya, Nadia bawel. Gue juga mau istirahat. Siapa juga yang mau teriak-teriak.”
“Ya sudah, gue ke kamar. Selamat istirahat.”
“Lo juga.”
Mereka masuk ke kamar masing-masing.
“Ternyata, Nadia nggak semenyebalkan yang gue kira. Dia bisa baik juga.”
Di sisi lain, Ryan dan Sarah sudah berada di atas tempat tidur. Mereka baru saja selesai mandi dan bersih-bersih.
“Sar, aku bahagia sekali hari ini. Akhirnya kita bisa menikah juga.”
“Iya, Yan. Aku juga bahagia.”
“Sekarang kita istirahat ya! I love you, Sarah.”
“I love you too.”
Tak lama, Ryan mulai mendaratkan bibirnya pada bibir Sarah. Beberapa detik kemudian, Ryan melepaskan ciumannya itu.
“Sekarang kita istirahat ya, Istriku!”
“Iya, Suamiku.”
To be continued...
©2021 By WillsonEP
Vote, comment jangan lupa!
Terima kasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi
Romance[EKSKLUSIF] Setelah menjanda kurang lebih 10 tahun, Sarah memutuskan untuk menikah lagi dengan sahabat lamanya, Ryan. Akan tetapi, pernikahan tersebut mendatangkan masalah besar untuk kedua anak mereka. Kedua anak mereka, Rey dan Nadia saling bermus...