Seminggu kemudian...
Sabtu pagi sekitar pukul 07.00, Ryan dan Sarah terbangun karena mendengar suara kegaduhan dari luar kamar.
“Hmm, pasti Nadia dan Rey bertengkar lagi nih. Sar, ayo kita cek!”
“Biasalah, Yan. Anak remaja bertengkar sedikit wajar. Ayo!”
Ryan dan Sarah beranjak dari tempat tidur dan segera menghampiri kamar anak-anak mereka.
“Ini ada apa pagi-pagi sudah ribut?”
“Ini, Pa. Rey ganggu tidur Nadia. Masa dia ngajak berenang pagi-pagi gini?”
“Lo harus olahraga, Nad. Mumpung hari Sabtu.”
“Benar kata Rey, Nadia. Kamu kan jarang olahraga, jadi bagus Rey ajak kamu berenang.”
“Tapi, Pa…”
“Sudah, nggak ada tapi-tapian. Sekarang kamu ganti pakaian, dan berenang bareng Rey ya!”
“Ya sudah, bentar gue ganti baju dulu.”
“Oke, gue tunggu di kolam renang.”
Nadia masuk ke kamar berganti pakaian. Sementara itu, Ryan dan Sarah pergi ke dapur.
“Kamu hari ini mau masak apa, Sayang?”
“Ayam goreng bagaimana? Makanan kesukaan Rey.”
“Boleh, biar aku keluarin dulu ayamnya dari freezer.”
Sambil menunggu ayam yang masih beku, Ryan dan Sarah memutuskan untuk minum teh di ruang keluarga sambil melihat Nadia dan Rey yang sedang berenang.
“Mereka sudah bisa saling menerima ya, Sayang!”
“Iya, aku senang lihatnya. Oh, iya aku mau goreng kentang buat camilan mereka.”
“Okay.”
Sarah pergi ke dapur. Ryan beranjak dari tempat duduk keluar ke area kolam.
“Sudah berapa bolak-balik kalian?”
“Lima, Pa,” jawab Nadia.
“Bagus, lanjut terus ya! Nanti ada camilan buat kalian.”
Ryan memutuskan untuk duduk di kursi santai pinggir kolam renang.
“Payah lo, Nad. Gue saja sudah delapan kali. Masa lo baru lima.”
“Berisik lo, Rey. Suka-suka gue dong. Gue bakal susul lo.”
Setelah Rey mencapai sepuluh kali bolak-balik, ia memutuskan untuk beristirahat. Ia langsung keluar dari kolam menuju meja di pinggir kolam.
“Sudah sepuluh kali, Rey?”
“Sudah, Pa.”
“Bagus. Kalau Nadia sudah berapa?”
“Satu kali lagi, sepuluh.”
“Bagus. Semangat!”
Beberapa saat kemudian, Sarah datang membawa sepiring kentang goreng dilengkapi saos tomat dan sambal.
“Nih, Ibu bawain camilan buat kalian.”
“Wah, mantap! Ibu tahu saja kita butuh camilan. Makasih, Bu. Nad, buruan naik! Ada camilan nih. Lo mau nggak? Kalau nggak, gue habisin.”
“Enak aja! Gue juga mau!”
Nadia segera naik.
“Wih, kentang goreng. Mantap! Makasih, Bu.”
“Sama-sama. Ibu masuk lagi ya! Ibu mau siapin sarapan buat kalian.”
“Papa bagi kentangnya satu.”
Setelah itu, Ryan pergi bersama dengan Sarah.
“Rey, ternyata lo punya roti sobek juga.”
“Iya dong. Bagaimana keren ‘kan?”
“Hmm, keren.”
“Jangan-jangan kemarin lo sering ke kamar gue karena mau lihat roti sobek gue?”
“Enak aja! Kepedean lo!”
“Atau nggak lo mau modusin gue?”
“Lo kepedean banget sih! Mending lo makan atau gue habisin semuanya!”
“Enak saja! Gue juga mau.”
Hanya sekitar sepuluh menit, kentang goreng yang dihidangkan ludes.
“Kita lanjut lagi. Minimal 20 bolak-balik lah.”
“20? Nggak kebanyakan?”
“Nggak, lo keberatan? Payah lo!”
“Nggak, siapa takut! Ayo, lanjut!”
Rey dan Nadia melanjutkan aktivitas renangnya. Sementara itu, Sarah sedang memasak ayam goreng di dapur ditemani oleh Ryan.
“Hmm, ayam gorengnya harum banget. Pasti rasanya enak banget. Memang aku nggak salah pilih istri.”
“Ah, Yan. Kamu bisa saja. Bukannya waktu itu kamu pernah bilang, kue yang aku bikin nggak enak rasanya. Kemanisan. Terus kamu bilang kamu bisa masak ga sih.”
“Kue? Oh, kue itu. Kue yang pertama kali kamu buat?”
“Iya, kue itu.”
“Aku tarik deh omonganku waktu itu. Sekarang kamu sudah jago.”
“Oh, iya kamu hari ini nggak ke RM?”
“Nggak dulu deh. Hari Senin baru aku ke sana. Bi Nenes izin sampai kapan?”
“Katanya sih Senin dia balik.”
“Oh, gitu.”
Setelah ayam gorengnya matang, Sarah meniriskannya terlebih dahulu.
“Yan, kamu bisa panggilkan anak-anak? Ayamnya sudah aku tiriskan. Sebentar aku tata di meja makan.”
“Okay, Sayang. Biar aku panggil mereka.”
Ryan menghampiri Rey dan Nadia.
“Rey, Nadia, sarapan sudah siap! Sarapan dulu yuk!”
“Okay, Pa. Ayo, Nad kita naik!”
“Iya, iya.”
“Sudah berapa bolak-balik?”
“20, Pa.”
“Hmm, banyak juga ya! Ya sudah, ayo sarapan dulu!”
“Siap, Pa!”
Rey dan Nadia keluar kolam renang.
“Rey, lo mau sarapan nggak pakai baju dulu?”
“Kagok. Nanti saja gue sekalian mau mandi. Memangnya kenapa gitu?”
“Hmm, nggak.”
“Gue tahu lo kenapa nanya begitu. Lo takut terpesona sama roti sobek gue ‘kan?”
“Idih, kepedean lo! Gue takut lo masuk angin.”
“Banyak alasan. Ngaku saja, Nad.”
“Enak aja!”
“Sudah, sudah, kalian malah ribut. Lebih baik, kita sarapan sekarang. Oh, iya Papa baru tahu kalau kamu punya roti sobek, Rey. Keren.”
“Makasih, Pa.”
Mereka pun langsung menuju ruang makan. Tepat pukul 08.30, mereka memulai sarapannya. Menikmati ayam goreng spesial dan kentang goreng sisa ala Chef Sarah. Selama sarapan berlangsung, tak ada percakapan di antara mereka. Sekitar 20 menit, mereka selesai sarapan.
“Pa, Bu, Rey sudah selesai sarapannya. Sekarang, Rey mau ke kamar mandi.”
“Ya sudah, sana kamu mandi.”
“Nadia juga izin ke kamar ya!”
“Iya, sekarang kalian mandi dan istirahat.”
Rey dan Nadia pergi ke kamar mereka.
To be continued...
©2021 By WillsonEP
3 CHAPTER TERAKHIR
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi
RomanceSetelah menjanda kurang lebih 10 tahun, Sarah memutuskan untuk menikah lagi dengan sahabat lamanya, Ryan. Akan tetapi, pernikahan tersebut mendatangkan masalah besar untuk kedua anak mereka. Kedua anak mereka, Rey dan Nadia saling bermusuhan dan mem...