03 - Lamaran Dadakan

64 11 3
                                    

Sejak pertemuan Ryan dan Sarah kemarin-kemarin, Ryan hampir setiap hari datang ke rumah makan. Kali ini, Ryan datang sebelum rumah makan buka. Sekitar pukul 08.00 pagi.

“Sar, selamat pagi!”

“Ryan? Kamu ngapain ke sini pagi-pagi. Kamu nggak ke kantor?”

“Aku mau bicara sesuatu. Bisa kita bicara sebentar?”

“Boleh, ayo kita duduk!”

Sarah dan Ryan duduk.

“Apa yang mau kamu bicarakan?”

“Aku mau jujur, Sar. Aku sebenarnya suka sama kamu sejak lama.”

“Kamu suka sama aku?”

“Iya, aku suka kamu. Kamu mau nggak menikah sama aku?”

“Menikah? Maaf, Ryan kalau masalah ini aku harus bicara dulu sama Rey. Kamu sudah bilang masalah ini ke anakmu?”

“Hmm, aku juga belum ngomong sama anakku.”

“Aku juga suka sama kamu, Yan, tapi waktu itu aku nggak berani bilang. Aku takut persahabatan kita rusak karena cinta.”

“Aku juga nggak berani jujur karena takut kamu menolak.”

“Aku bilang ke Rey dulu ya! Kalau dia setuju, aku mau nikah sama kamu. Kalau dia nggak setuju, aku nggak akan paksa dia.”

“Oke, aku tunggu jawabannya. Aku pamit dulu. Bye, Sar!”

Ryan beranjak dari tempat duduknya keluar rumah makan.

“Hmm, aku harus bicarakan ini ke Rey. Apa dia setuju aku menikah lagi?”

Setelah berbicara dengan Ryan, Sarah kembali ke dapur untuk mengawasi dan membantu para karyawan mempersiapkan menu yang akan mereka jual hari ini.

—OoO—

Sekitar pukul 14.00, Sarah memutuskan untuk pulang lebih cepat. Entah kenapa, ia tiba-tiba merasakan kurang enak badan.

“Vel, saya titip ya! Saya mau pulang.”

“Baik, Bu. Lebih baik Ibu istirahat. Saya lihat muka Ibu agak pucat.”

“Terima kasih, Vel. Saya permisi dulu.”

Sarah pulang menggunakan ojol. 20 menit kemudian, ia tiba di rumahnya.

“Aku harus istirahat.”

Sarah memutuskan untuk langsung ke kamar. Bersih-bersih dan istirahat. Akhir-akhir ini Sarah terlalu sibuk dengan pesanan paket pernikahan. Beberapa saat kemudian, Rey pulang.

“Hmm, Ibu sudah pulang? Tumben banget. Biasanya jam segini masih di RM. Apa Ibu sakit?”

Rey langsung menghampiri Sarah ke kamarnya.

“Bu, Rey pulang.”

“Eh, kamu sudah pulang, Sayang. Bagaimana sekolahnya?”

“Sekolah Rey lancar, Bu. Ibu kenapa? Ibu sakit?”

“Hmm, Ibu hanya sedikit kelelahan saja, Rey. Hanya butuh istirahat saja.”

“Ibu sudah makan?”

“Be…lum, Ibu tadi sibuk banget nggak sempet.”

“Astaga, Ibu. Punya RM, tapi lupa makan bagaimana sih? Biar Rey siapin makan ya? Rey nggak mau Ibu sakit. Tunggu sebentar ya, Bu.”

“Iya.”

Rey keluar kamar mempersiapkan makanan untuk ibunya. Rey menyiapkan nasi goreng spesial. Setelah semuanya siap, Rey kembali ke kamar Sarah.

“Bu, ini Rey sudah masak nasi goreng spesial buat Ibu. Ibu makan ya? Rey suapin.”

“Makasih, Rey. Ibu bangga sama kamu.”

Rey mulai menyuapi sang ibu. Selagi Rey menyuapi dirinya, Sarah kembali teringat ajakan Ryan untuk menikah. Apa dia bicara sekarang saja atau nanti? Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Sarah memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut.

“Rey…”

“Ibu mau tanya sesuatu boleh?”

“Ibu mau tanya apa?”

“Hmm, Ibu mau tanya…”

“Iya, Bu. Ibu mau tanya apa sama Rey?”

“Kalau Ibu nikah lagi, pendapat Rey gimana?”

Rey terdiam sejenak.

“Nikah lagi? Ibu mau nikah lagi? Sama siapa?”

“Nggak, Rey. Ibu hanya tanya pendapatmu. Apa pendapatmu?”

“Jujur, Rey agak berat terimanya. Kasihan Ayah, Bu.”

“Oh, gitu pendapatmu. Ya sudah, Ibu mau istirahat. Kamu mandi sana. Jangan lupa kerjain tugas-tugas.”

“Iya, Bu. Ini nasi gorengnya tidak dihabiskan?”

“Nanti Ibu habiskan. Ibu mau istirahat dulu.”

“Ya sudah, Rey pamit ke kamar ya! Ibu istirahat. Nasi gorengnya Rey taruh di meja makan.”

“Oke.”

“Selamat istirahat, Bu,” pamit Rey sambil mencium kening sang ibu.

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Bagaimana chapter kali ini?
Tuliskan komentarmu!
Jangan lupa vote dan comment :)
👇🏻⭐Vote sekarang (。•̀ᴗ-)✧

Nikah LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang