"Jadi gimana, Mbak Netta?" desak Beny, staf bagian teknik di kantor Yori. Karena usianya lebih muda, aku memanggil dengan namanya saja, sama seperti Yori memanggilnya.
Aku memijit kening dengan dua tangan, gawai Yori tergeletak di pangkuan. Ternyata efek amnesia ini banyak juga. Mereka sedang mengerjakan proyek dan sekarang menunggu gambar-gambar denah. Biasanya Yori memang memintaku membuatnya. Jadi aku ini semacam staf bayangan, karena tidak mau bergabung officially dengan mereka. Aku kan sudah terdaftar sebagai karyawan di perusahaan lain.
"Ya udah, saya coba kerjain ya. Kirim ke email aja. Nanti saya kirim lewat WhatsApp."
Beny berterima kasih, lalu menanyakan kabar bosnya.
"Masih belum ingat apa-apa, Ben. Apalagi kalau yang baru-baru. Tentang kecelakaannya saja dia belum ingat."
"Wah, begitu ya. Jadi yang Bapak ingat, apa aja Mbak?"
"Ruang-ruang di rumah dia ingat, nggak pernah nyasar. Mungkin karena rumah kami kecil juga ya, hahaha. Ketemunya lu lagi, lu lagi."
"Tipe 4L ya, Mbak," candanya, tertawa. "Mama saya juga pernah amnesia. Nggak lama sih. Tapi sempat nyasar waktu masih lupaan."
"Wah, tapi ketemu juga ya?"
"Iya, saya keliling naik motor. Adik saya keliling juga. Kakak saya nelponin tetangga, siapa tahu ada yang lihat." Dia menarik napas. "Saran saya, pintu dan pagar tetap dikunci dan kuncinya Mbak jauhkan dari Bapak."
Ide bagus. Aku lakukan nanti. Kembali aku bertanya. "Amnesianya karena apa? Jatuh juga?"
"Oh, bukan. Mama saya sakit. Kata dokter, obatnya bisa bikin Mama lupa banyak."
"Ooo ... sakit apa? Saya boleh tahu? Terus sekarang gimana mamamu, udah baik?"
Terdengar embusan napas sebelum dia menjawab. "Kanker, Mbak. Sekarang ya sudah sembuh. Sudah dipanggil pulang sama Allaah."
"Innalillahi ..." Aku menutup mulut dengan tangan. "Maaf ya, Ben, saya nggak tahu..."
"Nggak apa Mbak, udah lama kok."
Gara-gara cerita Beny, aku segera mencari tahu cara mengembalikan memori. Tak mau ambil resiko dia terjatuh karena keseimbangannya yang belum pulih. Tambahan lagi, Yori sensitif banget sekarang. Sedikit-sedikit marah. Mungkin karena dia merasa badannya tidak enak, tapi tetap saja aku merasa sedih, belum lagi capek.
Mumpung Beny belum kirim gambar yang akan kukerjakan, aku membuka mesin pencari dan mengetikkan kata kunci yang terpikir. Langsung saja terpampang judul-judul artikel yang kucari. Wah! Ini dia!
Selanjutnya, aku tenggelam dalam tulisan-tulisan itu, mulai dari strategi mengembalikan ingatan sampai para seleb dunia yang menderita Alzheimer serta Demensia. Paling tidak aku menikmati sore kali ini. Yori masih lebih banyak berbaring. Kadang memanggilku kalau mau ke kamar mandi. Masih saja dia malu kalau aku melihatnya membuka celana. Lucu, tapi mau bagaimana lagi. Dan dia memang bisa mandi sendiri. Aku hanya perlu menjaga di pintu yang tidak dikunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tingly Little Things
RomanceMenurut Netta, pernikahannya dengan Yori sudah cukup bahagia tanpa harus ada anak. Apalagi keduanya bekerja. Kalau ada anak, sudah pasti dia yang harus berhenti kerja. Netta tidak mau. Dia cinta pekerjaannya. Tidak ada yang harus berubah selama mere...