12 | Back to Work

77 15 0
                                    

Karena menurutku Yori sudah bisa menjaga diri supaya tidak terjatuh di manapun, aku minta izin padanya untuk ke kantor lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena menurutku Yori sudah bisa menjaga diri supaya tidak terjatuh di manapun, aku minta izin padanya untuk ke kantor lagi.

"Aku nggak akan lembur. Jam lima teng pulang. Boleh ya?" Aku duduk di pinggir tempat tidur dan mengelus lututnya. Tampang Yori seperti anak kecil yang mainannya diambil paksa.

"Aku suka ada orang di dekatku." Dia merajuk. Bantalnya dipeluk erat di dada.

"Nggak enak kelamaan izin, Mas. Masih ada tanggung jawab proyek sebelum ngerjain tender berikutnya."

"Apa sebelum ini kamu orang yang sibuk?"

Aku mengangguk. Yori terlihat kecewa berat. Heran juga. Padahal apa sih yang aku lakukan selama ini. Cuma duduk bareng, nonton, sama-sama masak di dapur, dan duduk di teras kalau malam cerah. Itu semua bisa aku lakukan pulang kerja nanti.

"Gimana, Mas? Aku masih butuh gajiku juga. Kita kan pengin punya anak. Duitnya harus banyak."

"Anak?" Bola mata Yori membesar. Aku mengangguk, tatapanku tidak putus dari wajahnya. Tepatnya, dari bibir yang sedang dia gigit itu.

"Hm. Ya sudah. Jangan lembur, ya?"

Yes!

"Nggak lembur, kok. Jam dua belas aku telepon," kukecup keningnya, "memastikan Mas aman-aman aja dan udah makan siang. Semua udah kusiapin di meja makan," imbuhku.

"Oke." Yori mengangkat tangan dan mengelus pipiku lambat-lambat. Matanya bersinar lembut. "Oke," ulangnya, lebih pelan. "Sori ya Netta. Udah terbiasa ada kamu di rumah setiap hari, jadi kaget mau ditinggal."

"Dulu juga kita gini, kok. Aku selalu pergi duluan karena kantorku lebih jauh. Kamu pergi ke kantormu jam setengah sembilan. Aku selalu pulang belakangan karena jarak dan kemacetan. Kamu udah di rumah jam setengah enam."

Tangan Yori berhenti mengelus. "Itu rutinitas kita?"

Aku mengangguk. Tubuhku condong ke wajahnya, maksud hati mau mengecup pipi. Tapi Yori lebih cepat. Dia menyambar bibirku. Aku hampir menjauh waktu tiba-tiba teringat dulu dia juga suka minta cium di bibir dulu setiap kali aku pamit. Seperti saat ini. Bedanya, dulu aku kesal setiap kali dia memperlambat kepergianku. Sekarang aku malah menikmatinya.

Jangan-jangan ini karma!

Lalu setelah beberapa lama, ciuman lembut itu berakhir. Kubuka mata dan pandanganku jatuh ke bibirnya.

"Ada apa?" tanya Yori sambil mengusap pipiku dengan jari. "Apa dulu aku jarang cium kamu?"

Aku menggeleng. "Justru kamu selalu begitu, Mas. Tiap kali aku mau pergi, kamu pasti minta cium dulu."

Mata Yori berbinar. "Syukurlah. Berarti aku suami normal. Istriku cantik banget dan aku nggak tahan untuk nggak mencium bibirnya."

"Gombal." Spontan saja kata itu terucap demi menyelamatkan mukaku yang panas. Yori terkekeh dan ya ampun aku bahagia banget melihatnya. Apa dia sudah mulai ingat padaku?

Tingly Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang