16- BERSAMA PUTRA

5 2 0
                                    

Happy terjun!
.
"Putra!" Sapa Tasya didepan kelas. "Kayaknya lo bersemangat banget ya! Bagus kalau gitu," ujarnya. Tasya membalas dengan senyuman khasnya.

"Btw Putra, kita mau kemana?" Tanya Tasya. "Lo suka beli es krim dimana? Lo bilang mau makan es krim kan?" Kata Putra. "Iya, biar mood gw cepet baikan. Gw setiap hari merasa gak punya moodbooster lagi,"

"Hm, gitu ya? Deket lapangan bunga raya banyak banget counter makanan dijalanan santainya. Kayaknya lo bakal suka kesana," tebak Putra. "Kita bakal coba, gw udah gak sabar kesana!"
***
"Gw rasa bakal suka banget deh disini, lo sering kesini?" Tanya Tasya. "Lumayan, jogging santai. Seru juga," jawabnya.

"Oh pasti enak ya,beberapa mahasiswa atau mahasiswi juga banyak kesini. Belum lagi pelajar biasa kayak kita." Jawab Tasya. Putra mengangguk, "Lo mau disitu? Ada jual cemilan dan makanan kecil juga." Tawar Putra.

Tasya mengangguk, "Ngikut aja, gw gatau daerah ini."

"Bagus deh vibesnya, gw suka. Vintage ala ala gitu," kata Tasya kagum. "Lo seneng?" Tanya Putra. "Banget!"

Putra mengangguk dan tersenyum.

"Oiya, gimana perasaan lo? Enakan?" Kata Putra. "Enakan gimana?"

"Tentang Arka masih?" Tanya Putra memastikan. Sebenarnya Putra juga bisa menebak sih, bahwa Tasya sudah menyukai sahabatnya sendiri. Tapi, memang Tasya nya yang sepertinya tidak sadar.

Bagaimana tidak orang orang tidak tau. Setiap Tasya mendapati postingan Arka dan pacarnya, ia bisa kehilangan mood seketika dan nada bicaranya parau. Walaupun Putra baru mengenal Tasya tidak lama.

Ditambah dukungan Nina, Marissa dan juga Bunga yang nampak berpengalaman. Marissa, cewek cantik bucin yang berpacaran dengan cowok humoris. Nina, saran dan dukungannya selalu kena ke hati. Dan Bunga, orang yang berpengalaman karena pernah disakiti satu orang.

Semua orang wajar bukan mencintai dan menyayangi. Toh, kita juga tidak tau entah kemana hati kita akan berlabuh. Mungkin, pelabuhan kita, pelabuhannya, atau pelabuhannya. Itu terjadi begitu saja.

"Udah ah! Putra... Jangan bicarain itu,gw gak mau Ariska makin sakit dengan gw yang terlalu bergantung sama Arka." Jawabnya seadanya.

"Emang lo bergantung sama Arka? Atau lo merasa begitu?" Tanya Putra. "Eng-gak-" ujarnya gugup.

"Lo jujur biar lega, lo itu udah suka ama sahabat lo sendiri. Dan lo harus sadar itu, kalau lo nggak mau jujur ama perasaan lo sendiri gimana lo mau tau? Gimana lo mau buat biar Ariska gak sakit hati. Kalau lo sendiri gatau kapasitas lo," ujar Putra pelan.

"Ini pesanannya ya, sudah semua..." ujar Pramusaji yang menghidangkan pesanan mereka.

"Lo bisa..." ujar Putra pelan. Tasya menghela nafas dan menyendok satu es krim coklat. "Iya, gw suka Arka."

"Nah,"
"But- cuman suka. Gak cinta, yang lainnya cuman perasaan khawatir gw ama dia karena sahabatan lama. Itu aja kok!" Katanya jujur. "Gw terima..."

"Terima apa?"
"Ja-jawaban lo kan memang gitu kan aslinya?" Tanya Putra. Tasya manggut manggut. "Kan- jadi awkward gini, gw gak suka terjebak di suasana kayak gini.."

"Udah, yang penting lo lega." Kata Putra. "Hum makasih yakinin gw ya Putri!"
"Putra,"
"Iya Putra,," kata Tasya sambil cekikikan.

"Oiya, jangan kasih tau siapa siapa. Okay?"kata Tasya sambil menyodorkan kelingkingnya. "Janji, sip!"
***
"Ariska..." kata Arka sambil mengetuk pintu kamar Ariska. Perempuannya itu sudah menghindarinya tanpa diketahui olehnya dan  itu telah membuat Arka sangat khawatir tentangnya.

"Dia tadi langsung masuk kamar den, gak mau keluar. Belum makan juga," ujar asisten rumah tangga Ariska."Gitu ya bi, nanti saya bilangin ama dia."

"Makasih ya den, bibi minta tolong juga."

Arka tersenyum simpul dan langsung mengubah wajah khawatir nya lagi. Kalau sampai perempuannya sakit, dia benar benar menyalahkan dirinya.

"Ka, jangan kayak gini. Kita udah janji buat saling percaya kan?" Tanya Arka. Kriet, akhirnya setelah beberapa detik wajah cantik yang sembap itu keluar.

Ariska keluar dan mengambil posisi duduk di ruang makan. Rambut nya dia gerai, sudah memakai kaus off-shoulder juga hotpants berbahan denim.

"Kenapa?" Tanyanya parau. "Kita bicarain sama sama, kita selesain sama sama." Yang bertanya diam saja tanpa suara. Arka menghela nafasnya, dan mengelus rambut Ariska.

"Kita mulai ini sama sama, dan kita bahas kayak gini sama sama ka." Ujarnya. "Lo ngulang yang sama ka..." kata Ariska parau.

"Gw salah dimana ka, gw minta maaf kalau gw terlambat jemput lo waktu itu. Gw salah," kata Arka.

"Gw udah bilang Arka, udah gw bilang dari pertama kita buat hubungan dan gw tau ada Tasya didalamnya gw udah bilang. Lo serius untuk ini?" Ujar Ariska agak tegas.

"Kenapa harus bawa bawa Tasya sih ka?" Tanya Arka tidak terima. "Karena ini bukan tentang kita aja, gw udah bilang jangan kasih gw harapan atau janji yang semisalnya lo bener bener gak bisa lo tepati..."

"Gw tepatin janji,"
"Tapi telat- lo antar Tasya. Sa-ha-bat lo!"

"Salahnya dimana Ariska? Gw telat beberapa menit." Ujar Arka. "Kalau gw udah mau mati dan keadaannya kayak gitu. Lo harus bisa memilih lebih tegas. Gw ragu, mungkin. Tapi- cewek mana yang suka cowoknya dekat cewek lain."

"Ariska?"

"Ka, lo berhenti dari maaf lo itu. Gw sakit dengernya. Alasan lo cuman Tasya,"

"Tapi ka, Tasya sahabatan ama gw udah lama. Kita ngerti satu sama lain, gak ada perasaan terlibat Ariska. Dan gw gak bisa ningkatin penempatan pacar diatas sahabat. Gw udah bikin rata, dan toh sebenarnya kalau dalam praktik pacar yang gw duluankan."

Ariska menghela nafas pasrah dan meminum segelas air, " Arka. Kita boleh bicarain ini nanti lagi? Gw masih pertimbangkan ucapan temen gw kalau cewek dam cowok bersahabat jarang ada kata murni persahabatan antar mereka..."
.
.
.
.
.
Hola, udah panjang? Iya dong!
Aku takut jadi publikasi terakhir sebelum aku masuk ponpes. Semoga selalu suka cerita ini, voment, share juga biar berkembang!

Instagram-revaniza_6107
Stay safe keep healthy!👍😃

Kutunggu Kau Putus (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang