18- SIAPA?

3 1 0
                                    

Alohaa, Sudah siap dengan part selanjutnya?
Jadi kalian tim siapa?
Happy Reading^-^
.

"Jadi, untuk rapat OSIS kali ini kita tutup. Ada yang mau bertanya?" Ujar Frans, selaku ketua OSIS. Semua menggeleng dan paham.

"Lo gak mau langsung pulang Sya?" Tanya Frans. Tasya menggeleng pelan. "Saking lamanya ngumpul, ruang OSIS jadi kurang di bersihin." Tasya mengelap meja yang sempat ketumpahan teh.

"Udah biar gw aja," tawar Frans. "Ah- gausah gausah ini memang murni salah gw. Kesenggol." Tasya berujar.

"Gak pulang?" Tanya Tasya. "Gak enak liat lo bersih bersih." Jawabnya.

"Gak apa apa, udah selesai kok." Kata Tasya menggandeng tas nya. "Orang orang udah pada pulang, kalau gak ada jemputan pulang sama gw aja. Gak apa apa," Tasya tersenyum tipis.

Tasya menatap parkiran. Satu orang laki laki yang sedang duduk di motornya itu tersenyum padanya. Mengisyaratkan untuk pulang dengannya.

"Ah, sorry banget nih ya Frans. Putra nungguin., gw pulang ama dia. Maaf ya!" Kata Tasya. "Ah, enggak apa apa. Hati hati,"

"Hati hati juga,"

🌹🌹🌹

"Lama ya nungguinnya?" Kata Tasya.
"Enggak apa apa, ayo naik!" Tasya mengangguk.

"Frans tadi ngajak bareng, cuman gara gara lo nyuruh bareng jadi kayak gitu deh." Kata Tasya tiba tiba. Putra manggut manggut mengerti.

"Mau langsung pulang aja, atau ada mau mampir?" Tanya Putra. "Enggak ada kok, nanti lo lama lagi nunggunya." Kata Tasya.

Kendaraan beroda dua itu melaju melintasi jalan raya yang lumayan ramai. Beruntungnya, mereka tidak sampai terjebak macet.

"Nah, sampai." Kata Putra. Tasya mengangguk, dia menatap kurir paket yang ada di depan rumahnya.

"Pak, paketnya buat siapa?" Tanya Tasya. "Buat Elisha Tasya neng, apa neng sendiri orangnya." Tasya mengiyakan.

"Dari Aysar neng. Tinggal tanda tangan." Ujar kurir itu. Setelah beberapa menit akhirnya kurir itu pergi melaju kembali.

"Dari siapa sya?" Tasya menggeleng. "Aysar? Siapa tuh?" Kata Tasya. "Hati hati, takutnya aneh aneh lagi isinya. Nanti kabarin gw aja kalo gimana gitu."

"Iya iya," angguk Tasya lalu melambaikan tangan ke arah Putra dan motornya.

"Aysar, paket dari siapa sih ini?"
🌹🌹🌹

Tasya menyudahi acara mengunyah nya. Ya, dia baru saja selesai makan. Rasanya raganya jadi sulit digerakkan saking kenyangnya.

Tasya mengecek notifikasinya, banyaknya notifikasi dunia oranye. Karena cukup lama ia menggantung menyelesaikan ending. Okay, ia akan mempublish nya sekarang.

Gadis cantik itu tersenyum tipis, oh iya dia masih penasaran dengan paket itu. Dia harus membukanya sekarang.

Ruangan bernuansa biru ocean itu adalah kamar seorang Elisha Tasya. Ia mengambil paket kotak coklat itu di atas meja belajarnya. Dan mengambil posisi duduk di sofa dekat jendela kamarnya.

Okay, ia akan mencoba membukanya dengan hati hati menggunakan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Okay, ia akan mencoba membukanya dengan hati hati menggunakan tangannya. Isinya, sebuah flower crown biru cantik, journal dan sebuah dream catcher yang ada lampunya.

Mata Tasya terbuka sempurna. Dia memang menyukai barang barang seperti ini. Biru, kesukaannya.

Tapi, keinginan ini hanya karena ia suka. Tasya bukan orang pemaksa. Ia akan membeli barang sebutuhnya. Walaupun gaji mamanya dan uang peninggalan papanya masih ada. Itu tidak membuatnya harus hidup enak.

Suka belum berarti ingin memiliki, begitulah ia. Namun, jika di kasih seperti ini. Siapa yang tidak mau?

Sebenarnya dia mampu saja membeli barang barang seperti ini namun jika tidak dibutuhkan untuk sekarang untuk apa? Dia sudah cukup mengeluarkan uang saat merenovasi ruang konsultasinya.

Aysar? Jadi siapa dia?
🌹🌹🌹

"Kafka," ujar Tasya pelan di depan pintu. Laki laki bernama Kafka itu mengangguk. "Masuk yuk," ajak Tasya.

"Rumah lo ada siapa?" Tanya Kafka. "Gak ada siapa siapa? Mama di butik." Jawabnya polos. "Ah, gausah kita ngomong di teras aja." Ujar Kafka.

"Iya iya,"

Tasya dan Kafka kini tengah duduk santai setelah Tasya membaw teh hangat dan biskuit di ruang tengah. Tumben, terakhir Kafka datang di ruang konsultasi.

"By the way, kenapa? Tumben dateng," ujar Tasya. "Gw denger denger lo tutup ruang konsultasi. Iya kah?" Tanya Kafka. Tasya mengangguk, "Gw- gak pantes Kaf."

"Kenapa kayak gitu?" Tanya Kafka. "Enggak apa apa," jawabnya. "Hft, katanya kalau cewek itu ngomong enggak apa apa. Pasti ada apa apa," ujarnya ditutup dengan menyeruput teh.

Tasya tersenyum miris.

"Kenapa? Anya? Fira? Siapa sih yang pernah dateng anak smp kita ke elo?" Kata Kafka. "Udah ah, Kaf. Gausah di balas. Gw bukan orang yang berpengalaman."

"Bahasa lo Sya, ber-pe-nga-la-man. Sya, denger nih ya. Gw bukan orang pwmbicara yang baik sih. Suka ngawur juga. Cuman, selagi kita bisa jadi pendengar yang baik. Lo ngasih mereka nasehat kalau itu gak jadi solusi buat mereka. Balik lagi aja deh ke mereka. Kali aja memang bukan jalan mereka kali. Lo kan ngasih tau yang baik baik juga kan. Arka aja baik baik aja kan sama Ariska?"

Salah lo Kaf, mereka bisa rusak gara gara gw.

"Bai-k kok."

"Nah, lo bisa nilai sendiri. Semua masalah di dunia ini tuh bukan salah lo kali. Lo-"
"Iya iya Kaf, gw gak sepenuhnya nyalahin diri  kok."

"Lo mah, cuman ngomong. Waktu smp juga pernah liat gaya gaya lo kali Sya. Gak boleh stres lagi loh lo. Lo mau pingsan lagi?"ujar Kafka dan tertawa.

"Lagi? Oh- lo!?"
"Ya- gw yang angkat lo waktu upacara kelas 2 smp itu," kata Kafka lalu menyilangkan tangannya. Tasya tersenyum malu mengingatnya.

"Lo stres kan waktu itu, dan badan lo anget." Kata Kafka. "Ah, maaf maaf."
"Badan lo lumayan berat juga sih," ujarnya lalu tertawa. "KAFKA!"

Kenangan di masa lalu itu banyak yang indah, cerita cerita lucu jaman smp bahkan sampai sekarang. Terus, kenapa tetap harus kepikiran yang pahitnya sih kalau ada yang manisnya?
🌹🌹🌹

"Ganti baju deh lo, lima menit. Cepetan!" Omel Bunga, Nina dan Marissa didepan pintu setelah Kafka pamit pulang.

"Ah, males. Kalian aja yang hangout ya! Gw gak apa apa kok disini." Bunga, Nina dan Marissa menggeleng tidak. Harus ikut, pikir mereka.

"Oke," pasrah Tasya. "Lima menit Sya,"

Lima menit kemudian Tasya sudah siap dengan sneaker putihnya dan sling bag abu abunya. "Ayo berangkat,"

"Hft, lima menit satu detik. Ayo," kata Bunga lalu melangkah ke mobil. "Udah tenang Bunga rada rada aneh karena pms." Ujar Marissa lembut. Tasya ber-oh ria.

"Kita kemana?" Tanya Tasya. "Ke Mall, udah lama kan kita gak belanja. Hum?" Ujar Bunga, dia menyetir kali ini. Tasya berdehem, ia agak benci belanja.

"Udah ikutin aja dia, memang kayak gitu." Bisik Nina dan Marissa. Lagi lagi membuat Tasya ber-oh mengiyakan saja.
.
.
.
Hola, gimana sikap kalian kalau ngikut temen yang kayak Bunga! Tapi seru gak sih? Makasih yang udah vote, jangan lupa buat share biar cerita ini mengembang!

Instagram-revaniza_6107
Ba-bye, bebs!
Stay safe, keep healthy!

Kutunggu Kau Putus (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang