20- MACAM MACAM?

3 0 0
                                    

Happy Reading!
.
Perlakuan mengancam Kiran pada Tasya membuatnya tertegun pelan. Tidak ada angin, hujan, badai, topan dan apapun dan-bisa saja dia seenaknya.

Tasya berdecak sebal, bukan takut atas ancaman Kiran. Namun, ia tidak suka ada yang mengusik hidupnya. Apa salahnya jika hanya ingin hidup aman dan damai bin sentosa?

"Pagi Tasya cantik banget!" Sapa Marissa pagi pagi. "Marissa? Udah rapi aja lo-" celetuknya. "Salah gitu?"

"Enggak sih, lagian lo napa deh. Cerita dong selagi mau ke kelas ni. Kayak melamun gitu lo?" Tebak Marissa.

"Ah, enggak ni. Ada orang aneh banget. Dia nyuruh gw jauhin Putra. Ya gw no-"
"JAUHIN PUTRA?"

Tasya terdiam kaget, "I-iya?"

"Gausah mau, orang sinting binti gak waras tuh." Celetuk Marissa. "Iya iya, gw gak takut juga kok Mar."

"Oiya Sya, gw suka mau nanya nih. Jadi, temen temen lo yang dateng konsultasi ama lo kemana? Pergi gitu nyampakin lo?" Tanya Marissa penasaran. Tasya menghela nafas, mengangguk.

Marissa mengatupkan huruf 'o' di mulutnya. "Parah sih," Tasya berdecak pelan. "Udah ah, biasa aja." Tasya menjawab santai.

"Loh?" Tasya menaikkan satu alisnya menatap Putra yang sudah stay dibangku milikinya. "Kena-"

"Pagi-"

"Iya iya, pagi. Lo ngapa- cabut lo. Nanti ada yang marah lagi." Kata Tasya mengingat sesuatu yang menganggu pikirannya.

"Marah?"
"Iya, sana sana-" Tasya mendorong tubuh Putra ke luar kelas tanpa aba aba. Tanpa perlawanan Putra hanya keluar tanpa bertanya apapun.

"Jahat sih lo asli. Ngusir ngusir orang." Komen Nina dan Bunga sembari berkacak pinggang. Tasya tidak peduli sama sekali, bahkan ia melambaikan tangannya pada Putra ketika ia hendak masuk.

"Sya, lo berlebihan-"
"Siapa yang berlebihan?" Tanya Tasya sendiri. "Pada dasarnya, gw juga gak mau ada gosip gak jelas dari lambe lambe orang sekolah."

"Lo- jangan kemakan omongan Kiran Sya." Kata Marissa. "Omongan Kiran gimana maksud lo?" Tanya Bunga.

"Udah gausah diceritain gak penting. Kita ngecek tugas kemaren aja yuk, ada yang mau gw tanya." Ajak Tasya menuju ke bangku membuat Bunga,Nina dan Marissa hanya mengangguk pelan.
.
Jam istirahat tiba. Teman teman Tasya berniat untuk mengisi kesenangan cacing cacing perut mereka sekarang.

Bagi Tasya, istirahat itu harus dinikmati. Urusan makan bisa nanti, dia akan mencoba melanjutkan tulisan di aplikasi dunia oranye nya. "Sya," panggil Nina.

"Hum?"
"Jajan yuk," ajaknya. Tasya menggeleng. "Sya, ngapain kali disini. Gak enak bener, awas lo ni-"

"Emang gw mau nitip- nih 5 ribu aja." Tasya tersenyum dengan mata berbinar binar. Bunga berdecak sebal. "Iya dah."

Setelah beberapa menit kepergian teman temannya. Tasya mengeluh bosan, tiba tuba saja pikirannya bosan sekali. Sepertinya otaknya buntu secara tiba tiba.

"Sendiri aja?" Putra datang menghampirinya.

"Iya nih, kenapa lo?" Tanya Tasya. "Enggak cuman mau nemenin lo, hari lo gak berwarna kayaknya." Ujarnya.

"Maksud lo, lo mau ngewarnain hari gw?"

"Pede amat lo," decaknya. "Enggak gitu, gw pernah baca. Kalo ada orang yang mau bawarin warna hari gw gausah mau. Karena gw bisa kok mandiri gw warnain sendiri. Lagian gw suka warna hitam, abu abu suka lah." Jelasnya.

"Bocah ajaib emang lo ya,"

"Oiya ngapain lama lama lo disini. Nanti, ada yang marah," kata Tasya menyindir keras. "Marah gimana? Gak ngerti gw."

"Udah lama deket ama Haura?" Tanya Tasya to the point ia tutup ponselnya. "Memang kan gw deket ama Haura gitu. Tapi gw gak ada label apa apa kali."

"Label label, lo pikir produk apa?" Tanya Tasya melengos. "Emang kenapa? Lo cemburu?"

Enggak siii, cuman gimana ya. Cuman lo satu satunya harapan gw buat bisa lupain Arka. Lo doang.

"Enggak sih, gak berhak juga kan?" Kata Tasya melirik Putra sedikit.

"Abis publish Sya?" Tanya Putra. "Enggak sih, baru ngetik beberapa kata dan eh- lo datang." Jawabnya santai.

"Gw ganggu emangnya ya?"

"Ya,maybe yes maybe no gak kedua duanya."
"Dah ah, sana lo. Gw gak mau orang orang pikir kalau gw ada diantara hubungan lo sama Haura yang padahal gak ada ikatannya sama sekali."

"Hfft, iya deh. Lagian udah mau bel masuk,gw- duluan ya." Kata Putra lalu mengelus rambut hitam pekatnya.

Baru saja mulut Tasya ingin bergumam tapi terbungkam begitu saja setelah mendapat perlakuan Putra. Enggak, dia gak usah terpesona sama Putra.
.
Tasya merutuki dirinya, tidak ada yang menjemputnya pulang sekolah ini. Tadi, Bunga sudah menawari malah ia tolak. Bodohnya ia,

Tasya menatap Putra dari kejauhan. Kebetulan sekali pikirnya, toh Putra biasanya pulang sendiri juga satu arah dengan rumahnya.

"Pu-"

Tapi,barusan saja ia termangu melihat Haura memanggil Putra dan menghampirinya. Okay,mereka sedekat itu memang.

"Cemburu Sya?"

"Ngapain lo disini Kiran, kayak cenayang aja tau gw dimana mana." Kata Tasya ketika Kiran tiba tiba sudah ada di belakangnya.

"Ya, tau aja. Bye-"

Tasya melengos pelan,dia tidak akan takut sama sekali dengan Kiran. Karena itu bukan masalahnya. Ya, mungkin dia akan mencari kendaraan yang pas untuk mengantarnya pulang.
.
"Sya? Gak pulang? Nunggu jemputan?" Tanya Frans sambil membawa motornya. Tasya terdiam beberapa saat.

"Em, sebenarnya gw-"

Tin! Tin!

"Tasya? Gw kebetulan lewat sini liat lo belum pulang. Nunggu kak Raisa? Yaudah ama gw aja." Tasya membulatkan matanya kala menatap Rasya. Gimana bisa laki-laki itu sampai berada di sekolahnya? Apa laki-laki ini menguntitnya?

"Frans, boleh gak pulang bareng. Urgent banget abisnya,boleh?"

"Tapi dia-"
"Gak penting, gw naik ya?" Kata Tasya menaiki motornya meninggalkan Rasya disana dengan motornya juga.
.
Motor yang dikendarai oleh Frans itu berhenti didepan pagar putih milik Tasya. Gadis itu segera turun kala Frans berhenti. "Makasih ya Frans, maaf ya ngerepotin banget."

"Iya gak apa apa,kita kan sering pulang telat. Kalau kapan kapan bareng juga gak apa-apa kali Sya. Ya- tapi tergantung ada acara mendadak atau gak gitu." Jawab Frans.

"Iya iya, pokoknya makasih banget ya. Gak ada yang marah ya kan?"

"Siapa yang marah? Bunda dirumah kali?" Kata Frans mengundang tawa keduanya. "Oh iya, lagian tadi kenapa Sya kalau boleh tau? Lo kayak ketakutan?"

"Enggak ketakutan. Gw gak suka sama kehadiran dia aja, yaudahlah ya  gak penting juga. Yaudah, nanti bunda lo nungguin anak kesayangannya nih. Pulang gih,"

"Ngusir gw Sya?"
"Ya enggak kali Frans, gimana sih lo-"
"Iya iya, gw- pulang dulu ya. Lo baik baik-" kata Frans pada Tasya.

Tasya tersenyum tipis dan mengangguk sebagai jawaban.
.
.
.
.
.
.
Hai! Makasih udah baca Ku Tunggu Kau Putus ampe bab ini. Jangan lupa buat vote ya, info lebih lanjut tentang up bisa cek di.
Instagram:at-rvanizaa.nr
Ba-bye!

Kutunggu Kau Putus (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang