The Renaissance : Part III End

162 44 81
                                    

Ready for the last part

Haikhaikhaikhaikhaik/ketawatuancrab/

Vote dulu gess

* * *

Previous. . .

"Dad-" lirih Saeron saat merasakan sebelah tangan Renjun menelusuri bagian dalam rok seragam-nya. Entah sejak kapan telah tersingkap. Oh ya ampun! Ini gila!

Saeron tidak tahu rasanya akan seperti ini. Membuat adrenalinnya berpacu deras dan bolehkah Saeron jujur, ia menikmatinya.

"Kamu harus segera berangkat ke sekolah," kata Renjun dan segera menuju pantry tanpa menatap Saeron lagi.

Gilak! Renjun hampir kelepasan.

* * *

Sepanjang hari Saeron hanya sibuk membayangkan kejadian tadi pagi bersama daddy-nya. Well, yeah, siapa lagi daddy-nya selain Renjun. Err, waktu kecil Renjun memang suka mengecup bibirnya. Iya, mengecup. Tapi ini 'kan beda. Ini. . . Ada banyak lumatan. Blush! Wajah Saeron memanas!

Dan tahu apa, daddy yang sudah dengan lancang mencuri ciuman pertamanya. Ciuman yang Saeron harapkan biaa ia berikan pada pria yang dicintainya kelak.

Pria yang di cintainya? Tunggu! Bukankah Renjun juga salah satu pria yang di cintainya! Tidak! Tidak! Renjun tidak masuk dalam list pria yang di cintainya. Maksudnya bukan. . . Aargh! Bagaimana ya menjelaskannya!! Intinya, Renjun itu di cintai Saeron hanya sebagai ayah. Titik.

Tapi kenapa Saeron menikmati ciuman eer panas yang diberikan Renjun tadi pagi. . . Ekhem! Okay! Lupakan! Itu karena hormon remaja! Ya, benar! Saeron sedang dalam masa puber. Tentunya sentuhan seperti itu mampu membuat hormonnya jadi tidak stabil. 'kan??

"Ternyata kamu punya banyak ekspresi."

Saeron terlonjak kaget begitu mendapati seorang pemuda berdiri di hadapannya. Senyum lebar pemuda itu sungguh menawan juga kulit putihnya yang sangat mencolok. Wajah yang asing dan Saeron belum pernah melihatnya. Apa siswa kelas lain? Soalnya dia memakai seragam yang sama seperti punya Saeron.

"Hi, I'm Chenle. Murid transfer."

Ah! Murid baru ternyata. Kenapa Saeron tidak menyadarinya?

"Tidak mau menjabat tanganku," katanya lagi, membuat Saeron menurunkan pandangannya dan melihat tangan besar Chenle tengah menunggu untuk di jabat.

Saeron tersenyum canggung. "Ya, Huang-"

"Saeron," kata Chenle cepat dan kembali tersenyum.

"Nice to meet you," lanjutnya seraya menggenggam erat tangan Saeron.

Dingin.

Tanpa sadar, Saeron mengernyit lantas menarik cepat tangannya.

Apa ini?

Saeron menatap netra abu-abu Chenle yang selintas terlihat berkilat bercampur merah. Gadis itu mengerjap beberapa kali.

"Kenapa?" Tanya Chenle nampak tenang. Namun entah kenapa terasa mengintimidasi.

Saeron menggeleng dan setelahnya beranjak dari kursi, meninggalkan Chenle begitu saja tanpa banyak kata.

"Cantik," dan senyum menawan itu berubah jadi seringai menyeramkan.

* * *

"Sedang apa?" Tanya Risa saat masuk ke dalam apartemen dan mendapati Renjun tengah berdiri di dekat balkon sambil meneguk wine.

The Various FlavorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang