Trying My Best (II)

57 15 12
                                    

Renjun mendudukkan dirinya di kursi gazebo minimarket yang seminggu ini absen ia kunjungi. Punggungnya dia sandarkan secara kasar dan kepalanya didongakkan membiarkan sinar rembulan menghujani wajahnya.

Dia sadar bahwa tudung jaket yang tidak pernah terlepas dari kepalanya kini telah jatuh dan berhasil membuat wajahnya terekspos bebas. Dia sudah tidak peduli dengan apapun. Dia tidak peduli jika nantinya akan ada orang yang berteriak ketika melihat wajahnya yang seperti monster karena penuh lebam dan luka.

Dugh

Suara benda yang diletakkan di meja depannya menarik atensi Renjun. Renjun menoleh dan mendapati seorang perempuan yang dia tau bahwa itu adalah penjaga minimarket ini tengah menatapnya dengan tatapan yang entah dia tidak paham apa maksud dari tatapan tersebut.

Renjun menatapnya datar sampai akhirnya alisnya menyatu karena bingung ketika tangan perempuan itu bergerak bebas seolah merangkai kata. Kebingungannya bertambah kala si perempuan tiba-tiba lari ke dalam minimarket meninggalkannya begitu saja.

Hanya beberapa menit berselang, perempuan itu sudah kembali di hadapan Renjun dengan tangan yang sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Maaf tadi aku pake bahasa isyarat dan buat kamu bingung. Tadi aku tanya apa kamu baik-baik aja?

Renjun membaca dengan seksama kata-kata yang ada di ponsel yang perempuan itu sodorkan kepadanya.

Melihat keterdiaman Renjun. Perempuan itu menarik ponselnya dan mulai mengetik sesuatu lagi disana.

I'm mute but i'm not deaf. Kamu bisa ngomong biasa ke aku.

Kembali perempuan itu ulurkan ponselnya dan membiarkan Renjun membacanya.

"Bukan urusan lo" kata Renjun singkat dan langsung berdiri hendak pergi dari hadapan si penjaga kasir. Tapi lengannya ditahan sebelum Renjun sempat melangkahkan kakinya.

Dengan tergesa perempuan itu mengambil plester dan obat luka yang tadi dia letakkan di meja lalu membuka tangan Renjun dan meletakkannya disana.

Tangan perempuan itu bergerak menunjuk wajahnya sendiri dan bibirnya melafalkan kalimat sederhana berharap agar Renjun dapat mengerti apa yang dia maksud. Setelah itu dia menunjuk name tag yang tergantung di baju kerjanya yang segera dia benarkan setelah menyadari bahwa sejak tadi name tag nya dalam keadaan terbalik.

Renjun yang melihatnya pun hanya dapat menangkap bahwa perempuan di depannya berkata agar Renjun mengobati luka diwajahnya agar tidak infeksi dan memberitahukan namanya dari gerakannya yang menunjuk name tag dan dirinya sendiri secara bergantian beberapa kali sebelum akhirnya perempuan itu tersenyum sembari menepuk pundak Renjun dua kali dan berlalu meninggalkan Renjun untuk kembali ke tempatnya.

"Saeron" gumam Renjun.


🍂


Pranggg

"JALANG KAYAK LO NGGA PANTES NGINJEK RUMAH GUE!"

Renjun menambah volume musik yang didengarnya lalu dengan acuh dia melewati keributan dua orang yang biasa disebut sebagai panutan untuk anak-anaknya.

Pemandangan orang tua yang saling membentak, saling melempar barang, dan saling memaki sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Renjun.

Seperti pagi ini, dimana pada umumnya orang tua akan menyambut sang buah hati, sarapan bersama dengan obrolan hangat yang terselip, dan berakhir saling memberi semangat untuk memulai hari. Tapi itu tidak berlaku bagi Renjun. Paginya selalu disambut dengan keributan dan pecahan barang yang tercecer di lantai entah hasil keributan semalam atau keributan yang mereka lakukan kala itu.

The Various FlavorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang