Trying My Best (III)

74 17 13
                                    

Renjun berjalan ringan memasuki minimarket. Tangan kanannya mendorong pelan pintu masuk dan menghasilkan bunyi lonceng yang berada tepat di atas pintu.

Kringgg

"Selamat datang di minimarket kami"

Suara mesin otomatis berbunyi dan seseorang di balik bunyinya suara itu melambai riang dengan senyum lebarnya di balik kasir.

"Hai" sapa Renjun sembari membalas lambaian Saeron lalu berlalu untuk mengambil apa yang dia butuhkan.

Satu bulan berlalu dengan cepat. Sejak kejadian Saeron menolongnya dengan sirene abal-abal, kini mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Lebih tepatnya Renjun yang mulai terbuka akan kehadiran Saeron.

Jika boleh jujur, Renjun nyaman akan kehadiran perempuan dengan segala keistimewaannya itu. Cara Saeron menatapnya, cara Saeron mengisi ruang kosong di sebelahnya walau hanya berdiam diri, cara Saeron membaca situasi kapan dirinya ingin sendiri dan kapan dirinya butuh ditemani.

Renjun juga nyaman dengan cara mereka berkomunikasi. Berawal hanya dengan saling mengetikkan isi pikiran di note ponsel. Lalu berlanjut dengan dirinya yang kagok menggunakan bahasa isyarat yang dipelajarinya otodidak dan Saeron yang berbaik hati membenarkan dan menjelaskan dengan caranya. Saeron yang ekspresif juga menumbuhkan sesuatu yang menghangatkan diri Renjun.

Pada intinya, Renjun senang akan kehadiran Saeron. Bahkan walaupun hanya ada kesunyian di antara mereka, Renjun tetap senang.

🍂

Saeron berjalan di bawah tetesan air hujan yang dihalau payung bening di atasnya. Lampu jalanan menjadi penerang langkahnya malam ini.

Langkah kaki yang awalnya dia percepat kini beralih melambat kala sesuatu melintas di pikirannya.

Renjun nyariin aku ngga ya? Aku lupa bilang kalo hari ini aku ambil libur.

Saeron tersenyum sembari berkata di dalam hati. Dia juga sudah meniatkan diri untuk bercerita panjang lebar tentang kegiatannya hari ini kepada Renjun esok.

Tidak seperti biasanya, malam ini jalanan terlihat lebih lengang karena hujan yang memang awet menghujani bumi sejak tadi sore.

Saeron kembali mempercepat langkahnya namun instingnya tiba-tiba memerintahkan tubuhnya untuk berlari ketika netranya menangkap seseorang yang berdiri di atas pagar jembatan.

Larinya semakin cepat bahkan payungnya dia lepaskan begitu saja saat menyadari siapa yang tengah membahayakan diri sendiri di depan sana. Renjun.

"EUNG EUNG!" Tenggorokannya dia paksa untuk berteriak walaupun hanya untaian kata tidak jelas yang keluar dari mulutnya.

Dengan tenaga yang dia punya, Saeron berusaha menarik Renjun itu dari atas pagar jembatan.

"LEPASIN! BIARIN GUE MATI!" Teriak Renjun putus asa sembari melepaskan Saeron yang berusaha menariknya turun.

Bruk

Saeron berhasil menarik Renjun turun dan mereka berakhir terduduk di trotoar dengan hujan deras yang masih menemani.

Sepersekian detik kemudian, Saeron langsung membawa Renjun ke dalam pelukannya. Saeron berusaha menyalurkan ketenangan lewat usapan tangannya di punggung Renjun.

Renjun menangis di pundak Saeron. Tangannya tidak bergerak membalas pelukan Saeron tapi dirinya melepaskan semua beban yang ia punya di pundak Saeron, Renjun menumpahkan tangisnya di sana.

"Hiks gue capek Sae. Gue capek sama hidup gue. Gue capek hidup cuma buat dibenci, dimaki, direndahin. Gue ngga punya sesuatu yang orang lain sebut rumah hiks. Ngga ada yang nerima gue sae bahkan orang tua gue aja nyuruh gue mati. I've tried my best to survive in this cruel world but i can't do this anymore. I'm tired" Saeron membiarkan Renjun menumpahkan segala bebannya. Sesekali Saeron menggeleng untuk memberitahukan bahwa apa yang ada dipikiran Renjun tidak benar.

The Various FlavorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang