Tiga : Beban Sang Ratu

1.5K 380 25
                                    

[][][]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



[][][]

Rose kini sudah terbaring di atas ranjangnya. Selama waktu yang cukup lama ia menatap langit-langit gelap kamarnya dengan pandangan kosong. Tak berselang lama, helaan napas panjang keluar dari bibir wanita itu, disusul matanya yang perlahan terpejam.

Sedetik setelahnya, Rose kembali membuka matanya seraya menoleh ke sisi ranjangnya yang kosong. Jemarinya perlahan mengelus lembut sisi kosong pada ranjangnya, sorot matanya kian terlihat sendu.

"Aku... Sepertinya memang tidak dalam keadaan baik-baik saja." ucap Rose bermonolog dengan suara yang begitu lirih, diikuti terbitnya seulas senyuman getir pada kedua sudut bibirnya.

Hampir enam bulan berlalu, sejak kali terakhir Rose tidur satu ranjang dengan Jethro, suaminya sekaligus Sang Kaisar.

Beberapa tahun terakhir hubungannya dan Jethro memang mulai merenggang. Ia pikir, semua terjadi karena dampak dari kesibukkan sekaligus tanggung jawab mereka sebagai Kaisar dan Ratu.

Setelah malam intim dengan Jethro beberapa bulan yang lalu, waktu itu Rose pikir hubungan mereka akan kian membaik. Namun pada akhirnya, malam itu menjadi kali terakhir Rose tidur satu ranjang dengan suaminya. Kali terakhir dirinya berada dalam pelukan hangat Jethro, kali terakhir Jethro mendaratkan kecupan-kecupan lembut pada dirinya, dan kali terakhir ia merasakan perlakuan penuh kelembutan Jethro.

Rose benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tak berselang lama setelah malam intim mereka berlalu, perlahan ia mulai merasakan adanya perubahan sikap dalam diri Jethro padanya.

Jethro tak lagi memandangnya dengan sorot mata hangat seperti biasanya, cara berbicaranya pada Rose seringkali terdengar agak ketus dan dingin, bukan sekali dua kali Jethro menghindari pertemuan dengannya di luar urusan pekerjaan, serta berbagai perubahan sikap lainnya.

Hingga puncaknya adalah sekarang, Jethro tiba-tiba membawa masuk wanita lain ke dalam istana kaisar sepulangnya dari hobi berburunya. Tanpa menjelaskan apa tujuannya membawa wanita lain tersebut ke dalam istananya pada Rose.

Ini jelas bukan hal biasa, karena Jethro bahkan memerintahkan orang-orang istananya untuk memberikan perlakuan khusus pada wanita itu. Wanita yang bahkan hingga saat ini masih disembunyikan keberadaannya oleh Jethro.

Adanya desas-desus bahwa Jethro memberi perlakuan khusus dan diam-diam tengah mencarikan dayang untuk wanita itu, membuat orang-orang yang mendengarnya mulai berasumsi bahwa wanita itu kelak akan menjadi selir pertama Sang Kaisar.

Layaknya bangsawan pada umumnya, awalnya Jethro dan Rose dijodohkan karena kepentingan politik. Namun seiring waktu keduanya mulai mengenal lebih dalam satu sama lain dan perlahan benih cinta tumbuh diantara keduanya, setidaknya itu yang Rose rasakan.

Rose mencintai Jethro, jelas suatu kebohongan besar jika ia mengatakan bahwa dirinya tidak terluka mengetahui Jethro membawa wanita lain tanpa tujuan yang belum ia ketahui, di saat orang-orang di sekitarnya berasumsi bahwa wanita itu akan menjadi selir pertama Sang Kaisar.

Namun, posisinya sebagai seorang Ratu, tak mengizinkan Rose untuk sekadar menunjukkan perasaan terlukanya. Ia dituntut untuk menyembunyikan segala perasaan yang dirasakannya.

Seorang Ratu harus selalu terlihat kuat dan tidak boleh menunjukkan perasaannya, itu lah salah satu yang Rose pelajari saat ia masih menjadi Putri Mahkota dan tengah menjalani pendidikan sebagai Calon Ratu. Membuat Rose harus mati-matian menyembunyikan perasaan terluka dalam hatinya.

Hati Rose menjerit merindukan Jethro, namun di saat yang sama hatinya juga dalam keadaan terluka karena pria yang sama. Hal yang paling menyakitkan, Rose tak dapat berbuat apa-apa akan kedua hal tersebut.

"Jethro... Aku merindukanmu," Rose berujar lirih, lalu diluar kehendaknya, air matanya tiba-tiba saja menitik dari kedua kelopak matanya.


[][][]



"Yang Mulia Ratu, Duke Troy, perwakilan dari Kerajaan Timur sudah datang." ucap Cyron—dayang Rose yang baru saja kembali menghampirinya.

Rose langsung menganggukan kepalanya, ia lantas menyuruh para pelayan dan dayang untuk bersiap di posisinya menyambut kedatangan tamu kehormatan tersebut.

Para pelayan berbaris dari ujung taman hingga ke area tengah taman, tempat dimana Rose berdiri, membentuk ruang khusus untuk dijadikan jalan menuju Sang Ratu. Sementara para dayang berdiri tepat di belakang Rose.

"Selamat datang, Duke Troy." ucap Rose pada akhirnya, begitu pria dengan tubuh tinggi tegap, berkulit putih, dan berambut hitam legam itu memasuki area perjamuan di taman.

"Saya Travis Troy dari Kerajaan Timur memberi salam pada bulan Kekaisaran Eleanor." ucap Duke Troy seraya sedikit menundukkan kepalanya dengan salah satu tangannya yang terlipat di dada.

Walau tubuhnya tidak membungkuk sebagai bentuk salam yang seharusnya pada keluarga kekaisaran, namun sebagai perwakilan dari Kerajaan Timur, salam yang diberikan oleh Duke Troy pada Ratu diluar kerajaannya sudah cukup.

"Kamu bisa berdiri, Duke Troy." ucap Rose kemudian, setelah Duke Troy menyelesaikan salamnya.

"Tolong panggil saya Travis saja, Yang Mulia Ratu."

"Baiklah jika itu keinginanmu, Sir Travis."

Setelahnya, Rose mempersilahkan Sir Travis untuk duduk di meja perjamuan yang sudah ia persiapkan di taman tersebut. Walau sebenarnya, meja perjamuan itu jauh lebih kecil dibandingkam biasanya. Karena hari ini, hanya akan ada Ratu Kekaisaran Eleanor dan Duke Troy dari Kerajaan Timur yang melakukan pembicaraan.

"Bagaimana kabar Raja Kerajaan Timur? Aku dengar kemarin beliau sempat jatuh sakit." tanya Rose, mulai membuka pembicaraan diantara keduanya dengan saling bertanya kabar.

Di saat yang sama, dua pelayan pun kini tengah menuangkan teh ke dalam cangkir kedua cangkir yang ada di atas meja perjamuan.

"Berkat perlindungan dan kasih sayang dewa-dewi, beliau sudah sepenuhnya pulih seperti sedia kala, Yang Mulia Ratu."

"Aku turut lega mendengarnya." ucap Rose, diikuti terbitnya seulas senyuman pada bibirnya.

Setelah teh dan jamuan lainnya di meja perjamuan telah selesai disediakan oleh para pelayan, Rose lantas memberi isyarat pada mereka untuk mundur dan mulai menjaga jarak dengan meja perjamuan. Bertujuan agar ia dan Sir Travis dapat melakukan pembicaraan lebih leluasa.

"Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita langsung membahas mengenai rencana kerja sama dalam bidang pendidikan antara Kekaisaran Eleanor dan Kerajaan Timur?"

[][][]

📩Kolom untuk diskusi dan bertanya.

The Abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang