Enam : Kebahagiaan Ratu

1.7K 395 69
                                    

Saat ini Rose tengah menjamu para nyonya bangsawan di acara minum teh yang rutin ia gelar, untuk mempererat hubungannya dengan mereka. Nyonya bangsawan yang hadir pun hanya mereka yang memang dekat dengannya atau memiliki kedudukan tinggi di pergaulang kelas atas, meskipun itu jelas dibawah Sang Ratu.

"Saya harap kerja sama dalam bidang pendidikan antara kekaisaran kita dengan Kerajaan Timur benar-benar terlaksana dan berjalan lancar." ucap Countess Sophia dengan wajah berseri-seri.

"Benar, saya juga mengharapkan hal yang sama. Putri saya bahkan sedari kemarin terus membicarakan hal ini, belakangan juga dia semakin giat belajar agar kelak bisa terpilih sebagai murid perwakilan yang dikirim ke Akademi Kerajaan Timur." timpal Marchioness Woodenburg.

"Walaupun ini agak memalukan, tapi kita harus mengakui bahwa sistem pendidikan kita masih sangat tertinggal dibandingkan Kerajaan Timur." ucap Countess Sophia.

"Countess, bagaimana bisa Anda malah merendahkan kemampuan negara kita sendiri di depan Ratu?" tegur Duchess Yulia yang mengkhawatirkan perasaan Sang Ratu.

Wajah Countess Sophia seketika berubah panik,   "A-ah, mohon ampuni—,"

"Tidak apa, Countess Sophia, Duchess Yulia." sela Rose seraya tersenyum lembut.

"Mengakui kekurangan yang kita miliki bukan berarti rendah diri, itu berarti kita mengetahui sejauh mana potensi diri kita sendiri."

"Meski saat ini pendidikan kekaisaran kita masih belum semaju Kerajaan Timur, aku akan pastikan pendidikan kekaisaran kita ke depannya akan setara atau bahkan melebihi Kerajaan Timur."

Para nyonya bangsawan kini menatap Rose dengan pandangan terkagum-kagum, di mata mereka Ratu yang tidak tersinggung saja sudah merupakan suatu hal yang luar biasa. Terlebih dengan pola pikir Rose yang terbuka dan selalu berpikiran positif.

Di Kekaisaran Eleanor, hampir semua wanita menghormati dan mengagumi Rose. Sekali pun itu para wanita yang berada di pihak fraksi bangsawan, yang seringkali bertentangan dengan fraksi kaisar yang selalu menjadi pendukung keluarga kekaisaran.

Sejak Rose menduduki posisi Putri Mahkota secara resmi beberapa tahun yang lalu, sedikit demi sedikit dengan kekuasaan yang ia pegang, Rose mulai melakukan perubahan terkait hak-hak yang sebelumnya hampir tidak mungkin didapatkan oleh para wanita. Diantaranya adalah bidang pendidikan serta posisi penerus keluarga. Karena itulah hampir semua wanita menghormatinya, bukan sekadar hormat pada seorang Ratu namun juga atas segala yang telah Rose lakukan untuk para wanita.

"Silahkan nikmati teh dan jamuan yang sudah tersedia." ucap Rose pada akhirnya seraya menunjuk berbagai hidangan yang tersedia di atas meja jamuan.

Setelahnya salah satu dayang Rose menuangkan teh ke dalam cangkir Sang Ratu, kemudian disusul oleh para pelayan yang juga menuangkan teh ke dalam tiap cangkir para nyonya bangsawan yang hadir.

Begitu acara minum teh selesai, satu-persatu nyonya bangsawan pun berpamitan pada Rose dan lantas meninggalkan istana ratu.

"Marchioness, apa ada sesuatu yang ingin anda bicarakan secara pribadi?" tanya Rose pada Marchioness Woodenburg, satu-satunya nyonya bangsawan yang masih belum meninggalkan area perjamuan.

"Ratu, saya benar-benar berterimakasih atas segala kontribusi Anda yang perlahan menghilangkan sistem patriarki di Kekaisaran Eleanor ini." ungkap Marchioness Woodenburg.

"Saya mungkin tidak merasakan bagaimana manisnya pendidikan formal, tapi melihat putri saya yang sejak kecil dapat merasakannya, sudah menjadi kebahagiaan untuk saya." lanjutnya kemudian.

Rose tak dapat menahan senyumnya begitu mendengar ucapan Marchioness Woodenburg, perlahan ia menggenggam kedua tangan Marchioness Woodenburg.

"Aku turut senang mendengarnya, ke depannya aku harap keluarga Marquess Woodenburg juga akan selalu mendukung kemajuan kekaisaran ini."

The Abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang