Tujuh Belas : Jawaban

865 156 25
                                    

"Saya berjanji Anda akan selalu menjadi satu-satunya wanita di sisi saya, apapun yang terjadi ke depannya."

Mata Rose sempat terbelalak, namun detik selanjutnya seulas senyuman getir muncul pada wajahnya yang kini terlihat pucat.

"Apa kamu tahu? Sebelum menikah denganku, kaisar saat ini yang juga merupakan keponakanmu menjanjikan hal yang sama padaku." ucap Rose setelahnya.

Mungkin kata-kata yang mereka ucapkan tidak lah sama, namun keduanya sama-sama menjanjikan hal yang sama. Kesetiaan mereka sebagai seorang pria.

Rose masih ingat jelas bagaimana Jethro menjanjikan kesetiannya sama seperti apa yang Dwayne janjikan padanya saat ini, saat menjelang hari pernikahan mereka.

"Rose, aku berjanji kamu akan selalu menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai. Satu-satunya wanitaku, apapun yang terjadi ke depannya."

Selama 5 tahun pernikahan mereka, Jethro memang menepati janjinya. Namun di tahun kelima setelah janji itu terucap, pria itu mengingkarinya dengan menjadikan Fasyalla sebagai selirnya dan bersikap seakan mencampakan Rose begitu saja.

"Tapi saya bukan lah—,"

"Hentikan, Sir Dwayne."

Rose dengan cepat menyela Dwayne, ia bahkan tidak membiarkan Dwayne untuk sekadar memberikan pembelaan terhadap dirinya sendiri.

"Aku menghargai kekhawatiranmu, tapi biar aku sendiri yang mengurus keselamatanku. Yang pasti, aku tidak mungkin diam saja saat nyawaku berada dalam bahaya." lanjut Rose setelahnya.

"Beri aku waktu untuk membuat keputusan, ini bukan lah perkara yang bisa aku putuskan dalam waktu singkat."

Apa yang baru saja Rose ucapkan seakan menyadarkan Dwayne, bahwa tampaknya ia sudah terlalu terburu-buru dalam melangkah dan berakhir membuat wanita pujaannya merasa tidak nyaman.

"Baiklah, kalau memang itu yang Anda inginkan." balas Dwayne pada akhirnya seraya mencoba mengulas senyum di wajahnya, meski tampak begitu kaku dan dipaksakan.

Lalu setelahnya selama beberapa saat ruangan itu menjadi hening, tak ada yang berbicara diantara keduanya.

"Malam ini saya akan langsung berangkat ke Kerajaan Timur, karena ada yang harus saya selesaikan di sana. Jadi, saya mungkin tidak akan bisa bertemu Anda dalam waktu yang cukup lama."

Kini, Rose mengetahui kenapa pria itu sampai menunggunya di perbatasan istana utama dan Istana Ratu untuk melakukan pembicaraan dengannya malam ini juga, sesuai dengan dugaannya sebelumnya. Meski begitu, Rose hanya bungkam dan tidak mengatakan apa-apa.

"Mungkin hal ini akan terdengar tidak masuk akal, tapi,"

Selama beberapa saat Dwayne menjeda ucapannya, entah kenapa matanya yang saat ini masih terpaku pada Rose memancarkan kekhawatiran.

"Kalau Anda membutuhkan saya, Anda hanya perlu bersiul sebanyak tiga kali sambil memanggil nama saya dalam hati Anda. Apa pun yang terjadi dan kapan pun itu, saya pasti akan datang."

Rose kontan mengerutkan keningnya, jelas bingung dengan apa yang baru didengarnya. Bagaimana bisa hanya dengan bersiul dan memanggil nama Dwayne dalam hatinya, pria itu akan datang padanya?

Dwayne kemudian bangkit berdiri seraya membungkukkan tubuhnya pada Rose.

"Kalau begitu, saya izin undur diri. Terimakasih karena telah meluangkan waktu Anda yang berharga, Yang Mulia Ratu." ucap Dwayne setelahnya, lalu berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu.

Baru saja tangan Dwayne menyentuh gagang pintu, pergerakannya seketika terhenti saat Rose tiba-tiba saja bersuara.

"Berhati-hati lah dalam mengambil keputusan, Sir Dwayne. Aku sungguh tidak ingin harus menjadi lawanmu."

The Abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang