Duapuluh Tiga : Keputusan

658 130 20
                                    

Bulan sudah berada di puncak tertingginya saat penggeledahan terhadap Istana Ratu selesai dilakukan. Para pelayan langsung bergerak membereskan semua kekacauan akibat penggeledahan para kesatria penyelidik.

Rose kini tengah menenangkan diri dengan mandi berendam air hangat seorang diri, tanpa para dayang yang biasanya membantu menyeka tubuh.

Helaan napas berat perlahan keluar dari bibir Rose, bersamaan dengan kedua matanya yang perlahan terpejam.

Sungguh, sampai saat ini Rose benar-benar sulit untuk memahami dan mempercayai hasil penggeledahan istananya beberapa saat yang lalu.

"Yang Mulia Ratu, atas perintah Yang Mulia Kaisar, karena ditemukan benda yang bisa menjadi bukti kejahatan terhadap keluarga kaisar, anda dilarang untuk meninggalkan Istana Ratu sampai hari persidangan."

Rose benar-benar tidak mengerti bagaimana racun yang ditemukan pada cangkir teh permaisuri, ditemukan juga pada sebuah botol kecil yang baru pertama kali ia lihat dan entah bagaimana ada pada ruang pribadinya.

Pada akhirnya, hanya ada satu hal yang terpikirkan oleh Rose. Ada yang telah menjebaknya dalam situasi saat ini dan hanya ada satu orang yang Rose curigai sebagai dalang utama dari tuduhan terhadap dirinya. Fasyalla, Sang Permaisuri itu sendiri.

Yang masih menjadi tanda tanya dalam pikirannya, bagaimana botol racun itu bisa ada pada kamar pribadinya?

Rose tidak ingin mencurigai para pekerja di istananya sendiri, mengingat mereka adalah orang-orang yang ia pilih seorang diri untuk menempati istananya setelah dirinya menempati posisi Ratu.

Namun nyatanya, bukan hal yang tidak mungkin juga salah satu dari mereka telah mengkhianatinya dan bekerja sama dengan Fasyalla.

Setelah selesai berendam dan membersihkan diri, Rose langsung memanggil kembali para dayangnya menggunakan lonceng yang ada di kamarnya.

"Aku ingin kalian mengumpulkan semua pekerja di Istana Ratu sekarang juga."

Malam ini, Rose berencana untuk menginterogasi para pekerja di istananya. Terutama, para pelayan dan dayang yang memiliki akses untuk keluar masuk kamar pribadinya.



***



Keesokan harinya, Rose hanya bisa menghela napas panjang kala melihat dari jendela ruang kerjanya, betapa banyaknya kesatria penjaga yang berada di sekitar istananya.

"Bagaimana kondisi permaisuri?" tanya Rose pada Countess Matrina, tanpa melihat atau sekedar berbalik menghadap sekretarisnya yang ada di belakangnya.

"Yang Mulia Permaisuri sudah sadar sejak pagi tadi, kandungan beliau juga baik-baik saja, tapi saya dengar beliau masih terbaring di ranjangnya."

Selain melarang Rose untuk meninggalkan istananya sampai waktu persidangan tiba, kini jumlah kesatria penjaga bertambah dua kali lipat setelah malam perjamuan. Jelas bukan untuk menjaganya sebagai Ratu melainkan untuk menjaganya sebagai tersangka utama percobaan pembunuhan terhadap permaisuri.

"Lalu, situasi pergaulan kelas atas saat ini bagaimana?" tanya Rose lagi, kali ini seraya berbalik untuk duduk kembali di kursi kerjanya.

"Tidak sedikit bangsawan yang masih berpihak dan mempercayai anda, Yang Mulia Ratu."

Rose lagi-lagi hanya bisa menghela napas. Tidak sedikit bukan lah jawaban yang memuaskannya. Baru satu hari, namun sepertinya beberapa bangsawan mulai berpaling darinya.

Kesaksian palsu pelayan itu serta penemuan botol racun pada kamarnya, memang benar-benar membuatnya terlihat sebagai seorang pelaku utama peracunan terhadap permaisuri.

The Abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang