Walaupun feedback di chapter sebelumnya masih belum sampai target, tapi ya akhirnya aku mutusin buat update lagi~
***
Sementara itu, Rose dan Arienne yang masih berada di sekitar benteng istana, bergabung dengan tim medis dan berusaha membantu para prajurit pemberontak yang terluka dengan alat-alat medis yang ada.
Rose baru saja membalut luka salah seorang prajurit yang terluka di tangannya, saat Arienne menghampirinya.
"Nona, saya sudah menerima isyarat bahwa seluruh istana sudah berada di bawah kendali Tuan Dwayne." ucap Arienne.
Rose langsung menganggukkan kepalanya seraya bangkit berdiri,"Ayo kita ke tempat Dwayne."
Arienne tiba-tiba saja menggenggam kedua tangan Rose, "Tolong tutup mata anda, nona. Saya akan membawa anda untuk berpindah tempat menggunakan sihir."
Meski sempat terlihat terkejut dengan pernyataan Arienne, namun Rose pada akhirnya menutup matanya. Detik selanjutnya, selama beberapa saat ia bisa merasakan adanya energi hangat yang mengelilingi tubuhnya.
"Kita sudah sampai, nona."
Begitu Rose membuka matanya, ia dan Arienne sudah berada di dalam ruangan singgasana istana kaisar yang kini dipenuhi oleh bau amis darah, selaras dengan lantai tempatnya berpijak yang juga tampak kemerahan berlumur darah.
Sementara itu, Fasyalla hanya bisa menitikkan air matanya melihat tubuh Jethro yang kini sudah terbaring tak bernyawa di atas lantai.
Dwayne dengan mudah mengalahkan Jethro dalam duel adu pedang, melalui tusukan-tusukan yang pedangnya yang berhasil mengenai bagian-bagian vital pada tubuh Jethro.
"Y-yang Mulia..." Fasyalla berucap lirih dan perlahan jatuh terduduk, tepat di hadapan jenazah Jethro.
"Bagaimana dengan nasib saya, Yang Mulia? Bagaimana dengan nasib anak kita?" ucap Fasyalla kembali, masih dengan suara lirihnya dan air mata yang terus membasahi kedua pipinya.
Di tengah duka dan rasa putus asa yang tengah ia rasakan, tiba-tiba saja seseorang menarik kasar rambutnya hingga membuat tubuhnya ikut terseret sosok tersebut.
"Akh! Apa-apaan ini?!" jerit Fasyalla seraya menahan sakit pada seluruh badannya, terutama pada bagian kepalanya.
Sosok yang melakukan hal tersebut akhirnya menghentikan melepaskan tangannya dari rambut Fasyalla, setelah berhasil menyeretnya ke tengah ruangan singgasana.
"Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan pada wanita ini?" tanya Marchioness Milstone, sosok yang telah menyeret tubuh Fasyalla dengan menjambaknya dan membawanya ke hadapan Rose.
Rose seketika menyeringai, kala melihat betapa kacaunya penampilan Fasyalla yang kini terduduk tak berdaya tepat di hadapannya.
"Haruskah aku membuat apa yang kamu tuduhkan padaku menjadi nyata, Permaisuri?" ucap Rose kemudian seraya mencengkram kuat wajah Fasyalla dengan satu tangannya.
Meski menunjukkan wajah yang penuh dengan kebencian, namun Fasyalla tak membalas dan hanya menutup mulutnya. Sadar bahwa saat ini ia jelas tidak bisa melakukan apa-apa.
"Potong lidahnya dan buang tubuhnya ke perbatasan laut kekaisaran." putus Rose pada akhirnya seraya melepaskan dengan kasar wajah Fasyalla dari tangannya dan langsung mendapat anggukan patuh dari Jeanette.
"T-tidak! Aku mohon Ratu! Tolong—,"
Jeanette dengan cepat membungkam mulut Fasyalla dengan menggunakan tali tambang, tak membiarkan wanita itu untuk kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Abandoned Queen
Fanfiction"Dengan ini aku menjatuhi hukuman mati pada Ratu Roseanne Theodor atas percobaan pembunuhan pada istri kaisar beserta calon darah daging kaisar!" Ketika hati Sang Kaisar telah berpaling dari Sang Ratu, sampai akhirnya membuat nyawa Sang Ratu berada...