Duapuluh Lima : The Day

699 145 19
                                    

"Jadi, terima tawaranku dan bergabunglah dengan pasukanku dalam pemberontakan." lanjut Dwayne kemudian.

Selama beberapa saat Rose tercengang akan apa yang baru didengarnya. Mengetahui Dwayne yang bahkan sudah memiliki pasukan, entah sejak kapan, sepertinya pria itu memang sudah mempersiapkan rencana pemberontakkan dengan begitu matang.

Begitu tersadar dari lamunannya, Rose sesaat mengerjapkan matanya, sebelum kemudian ia menganggukan kepalanya dengan begitu yakin.

"Aku menerima tawaranmu, Dwayne de Cladious. Aku akan membantumu melengserkan Jethro dari takhta kaisar saat ini sekaligus melakukan kudeta di Kekaisaran Eleanor." ucap Rose dengan kesungguhan yang tampak jelas pada matanya.

"Kekuatan militer Grand Duchy pasti akan sangat membantu—,"

"Aku sudah menemui Grand Duke Dallington dan Marchioness Milstone, mereka langsung sepakat bergabung dengan pasukan pemberontak saat aku menjanjikan keselamatanmu."

"Ah, begitu."

Rose tidak terkejut mengetahui ayahnya yang begitu menyayanginya bergabung dalam pemberontakan untuk dirinya. Namun saat mendengar Jeanette juga turut serta, senyum kelegaan terbit pada bibirnya. Marchioness Milstone benar-benar menepati janji dan ucapannya.

"Sebenarnya, meskipun kamu tidak memanggilku malam ini, aku dan pasukan pemberontak sudah sepakat untuk memulai pemberontakan besok."

"Besok?!" pekik Rose tidak percaya, bersamaan dengan kedua matanya yang membelalak.

Mendengar hari pemberontakan yang sudah ditentukan besok, Rose tentu saja terkejut bukan main. Tepat pada hari dimana ia harusnya kehilangan nyawanya.

Dwayne lantas menganggukkan kepalanya, "Karenanya, sesuai dengan rencana kami, aku baru akan membebaskanmu besok setelah pasukan pemberontak berhasil masuk ke dalam istana."

Begitu mendengar hal tersebut, wajah Rose seketika berubah murung dan perlahan menundukkan wajahnya seraya melepaskan tangannya dari genggaman Dwayne. Tak dapat dipungkiri, ada rasa takut dalam dirinya bahwa mungkin ia sudah kehilangan nyawa dan kepalanya pada saat Dwayne tiba di istana besok.

Bagaimana jika Dwayne datang terlambat dan semuanya sudah berakhir?

Padahal Rose pikir, kedatangan Dwayne malam ini adalah untuk menyelamatkan dan membebaskannya saat ini juga. Karenanya, ia tak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.

Menyadari adanya ketakutan serta kekecewaan pada diri Rose akan ucapannya, Dwayne lantas menangkup lembut wajah Rose dengan kedua tanganya dan membuat wanita itu kembali menatapnya.

"Rose, percayalah. Aku janji, aku akan datang menyelamatkanmu pada waktu yang tepat. Aku tidak akan pernah membiarkan guilotine menyentuh tubuhmu." lanjut Dwayne kembali dengan tatapan dan cara bicaranya yang penuh kesungguhan.

Sesaat Rose hanya menatap Dwayne tanpa mengatakan apa-apa. Pada akhirnya, kesungguhan yang pria itu tunjukkan padanya berhasil membuat Rose luluh dan kembali mempercayainya.

Rose perlahan bergerak melepaskan dan menurunkan kedua tangan Dwayne dari wajahnya, sesaat ia menggenggam tangan pria itu masih dengan matanya yang tertuju pada pria yang sama.

Tak lama, seulas senyuman lembut terbit pada bibir wanita itu. Mata Dwayne terbelalak, saat secara mengejutkan tiba-tiba saja Rose memeluk tubuhnya.

"Aku mempercayaimu, Dwayne. Aku yakin kamu akan memegang janjimu." ucap Rose kemudian.

Bagaimanapun, ia juga tidak memiliki pilihan lain. Hanya Dwayne satu-satunya harapannya yang tersisa saat ini. Karenanya, ia memutuskan untuk mempercayai pria itu sepenuhnya.

The Abandoned QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang