"Yang Mulia Ratu! Rombongan Yang Mulia Kaisar telah kembali dari perburuan!" seru sesosok wanita yang baru saja memasuki ruangan Sang Ratu dengan langkah terburu-buru, sampai-sampai ia sendiri harus mengangkat kedua ujung gaunnya dengan cukup tinggi.
Bertepatan setelah dayang itu menyelesaikan ucapannya, wajah Rose selesai dirias oleh para dayang yang lainnya. Tepat saat dayang-dayang akan beralih menata rambutnya, Rose langsung mengangkat salah satu tangannya. Memberi isyarat bagi para dayang untuk berhenti sejenak.
Rose lantas menoleh ke arah Dyana, dayang yang baru saja menyampaikan berita mengenai kepulangan kaisar. Alis Sang Ratu seketika terangkat saat menyadari wajah dayangnya itu terlihat gelisah, entah karena apa. Seakan ada kabar lain yang tidak baik, selain kabar kepulangan Sang Kaisar.
"Raut wajahmu terlihat tidak baik, Dyana." ucap Rose.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Rose kemudian.
"I-itu... S-saya dengar rombongan berburu Yang Mulia Kaisar kembali dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan saat keberangkatan." ucap Dyana dengan cara berbicara yang agak terbata.
Kening Rose sempat mengerut, sebelum kemudian wanita itu kembali melanjutkan,"Tidak usah berbelit-belit, Nona Dyana."
Dyana sesaat menenggak paksa salivanya, andai bisa memilih, ia hanya ingin menyimpan kabar ini. Namun cepat atau lambat, ia tahu bahwa Sang Ratu akan segera mengetahui kabar tersebut.
"Katanya ada wanita cantik yang bergabung dengan rombongan Yang Mulia Kaisar."
Dyana sesaat menghentikan ucapannya, meski ragu, sejenak ia mendongak untuk melihat raut wajah Sang Ratu. Ia bisa melihat para dayang tampak begitu terkejut dengan kabar tersebut, namun lain halnya dengan Sang Ratu. Tak ada perubahan ekspresi dari wajahnya.
"Beberapa prajurit mengatakan bahwa selama masa perburuan, Yang Mulia Kaisar seringkali menghabiskan malam di tenda wanita itu."
Untuk kedua kalinya Dyana sesaat menghentikan ucapannya sekaligus menelan paksa saliva yang terasa menyangkut di tenggorokannya, di saat yang sama ia juga mencoba memilah kata terbaik untuk disampaikan pada Sang Ratu.
"L-lalu sekarang wanita itu ikut masuk ke dalam istana kaisar dan para pelayan Istana Kaisar diberi perintah untuk memberinya perlakuan khusus." lanjut Dyana pada akhirnya.
Rose masih tak bergeming selama beberapa saat, pun raut wajahnya yang tak mengalami perubahan barang sedikitpun.
Sesaat Rose menghela napas pelan,"Sepertinya ke depannya istana ini akan jauh lebih ribut."
"Aku harus segera menjamu kedatangan Yang Mulia Kaisar." lanjut Rose kemudian.
Para dayang yang langsung memahami maksud dari ucapan tersebut, lantas kembali melanjutkan penataan rambut Sang Ratu yang sempat tertunda.
[][][]
Semua orang yang melihatnya pun tahu, bahwa atmosfer di ruang makan keluarga kekaisaran saat ini jauh dari kata nyaman. Entah sejak kapan pastinya, ruang makan keluarga kekaisaran yang dulunya dipenuhi kehangatan oleh canda dan tawa dari sepasang penguasa Kekaisaran Eleanor itu kini tampak begitu dingin. Baik Ratu maupun Kaisar, tak ada seorang pun yang buka suara, keduanya hanya bungkam sembari menunggu para pelayan selesai mengantarkan hidangan untuk sarapan mereka.
Begitu semua hidangan telah selesai dihidangkan, Rose langsung memberi isyarat agar para pelayan, dayang, dan termasuk ajudan kaisar yang berdiri mengelilingi ruangan untuk meninggalkan ruang makan. Setelah semua orang pergi, kini tinggal tersisa Rose serta suaminya di dalam ruangan megah tersebut.
"Jadi, siapa wanita itu?" tanya Rose pada Jethro, langsung berterus terang dengan hal yang ingin ia bicarakan sekaligus membuat perasaannya tak nyaman, setelah mendengar ucapan Dyana beberapa waktu yang lalu.
Jethro tak langsung menjawab pertanyaan Rose. Selama beberapa saat ia diam tanpa balas menatap Rose yang tengah menatapnya, sebelum kemudian menenggak sedikit air putih yang ada pada gelasnya.
"Wanita itu akan menjadi urusanku, kamu tidak perlu memikirkannya." balas Jethro, masih dengan matanya yang menghindari netra Sang Ratu.
Rose bahkan belum menyebutkan siapa yang ia maksud dalam ucapannya, karena ia sendiri juga belum mengetahui apapun mengenai wanita itu. Tapi tampaknya Jethro langsung tahu siapa yang tengah Rose bicarakan.
Salah satu alis Rose terangkat, respon yang diberikan Jethro di saat yang sama juga justru seakan membenarkan mengenai rumor yang beredar. Ada sesuatu diantara Sang Kaisar dengan wanita itu.
"Apa Anda berniat menjadikan wanita itu sebagai seorang selir?" tanya Rose kembali.
Jethro yang baru saja memegang garpu dan pisau di kedua tangannya, seketika menghembuskan napas kasar. Mata pria itu perlahan beralih menatap Rose dengan tatapan tajam.
"Ratu, aku tidak tahu dari siapa kamu mendengar hal itu. Tapi sampai saat ini aku belum berniat memiliki selir."
Rose menyadari bahwa Jethro menjawab pertanyaan yang diajukannya dengan setengah menggeram, pertanda bahwa emosinya mulai mengawang. Meski begitu, Rose tak lantas bungkam.
Hatinya masih tidak tenang, jawaban yang Jethro berikan tidak memuaskannya. Jethro tidak menyanggahnya ataupun membenarkan pertanyaannya sebelumnya secara tegas.
Belum. Bukankah itu berarti ada kemungkinan bahwa itu akan terjadi?
Rose juga masih belum mengetahui hubungan apa yang ada diantara kaisar dan wanita itu, serta tujuan Jethro membawanya masuk ke dalam lingkungan istana. Itulah hal utama yang membuat hati Rose masih belum merasa lega.
"Kalau begitu untuk apa anda membawa wanita itu masuk ke dalam istana Kaisar dan menyuruh para pekerja memperlakukannya secara khusus?"
TANG!
Rose seketika terperanjat saat Jethro tiba-tiba saja menjatuhkan garpu dan pisau tepat di atas piring dan menimbulkan bunyi denting yang begitu keras.
"Ratu, sekali lagi aku tekankan. Wanita itu bukan urusanmu." ucap Jethro, kali ini dengan suara yang penuh penekanan dan menyiratkan peringatan pada Rose untuk berhenti menanyakan hal yang sama.
Mata Jethro saat ini memang terarah pada piringnya sendiri, namun Rose tahu bahwa saat ini ada kilat amarah pada mata Sang Kaisar.
"Tidak bisakah kita sarapan dengan tenang seperti biasanya?" lanjut Jethro kemudian, suaranya jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
Rose terdiam cukup lama sebelum kemudian wanita itu menganggukan kepalanya, diikuti kedua tanganya yang bergerak mengambil garpu dan pisau ke dalam genggamannya.
"Baiklah, jika itu memang kehendak Yang Mulia."
Saat ini Rose memilih untuk mengalah dan tak bertanya lebih jauh lagi. Karena ia sendiri pun meyakini, cepat atau lambat ia akan segera mengetahui siapa dan apa tujuan kaisar membawa serta wanita itu.
[][][]
📩Kolom untuk diskusi dan bertanya.
Kalau hari ini bisa tembus 45 vote, aku langsung double up❣️
Ah, iya omong-omong alur cerita ini mungkin bakal agak lambat. Karena aku mau memperkenalkan pelan-pelan karakter Rose sebagai Ratu dan orang-orang di sekitarnya itu kayak gimana. Tapi aku harap kalian gak bakal bosen dan tetap menikmati alur ceritanya💚
Sampai jumpa di part kedua!✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Abandoned Queen
Fiksi Penggemar"Dengan ini aku menjatuhi hukuman mati pada Ratu Roseanne Theodor atas percobaan pembunuhan pada istri kaisar beserta calon darah daging kaisar!" Ketika hati Sang Kaisar telah berpaling dari Sang Ratu, sampai akhirnya membuat nyawa Sang Ratu berada...