H-1

70 23 14
                                    

Isa segera di bawa Azka ke UKS. Semua anak kelas XI-IPA 2 jelas khawatir dengan kondisi Isa. Mereka ingin melihat Isa, namun Bu Devi melarang semua nya pergi menjenguk Isa. Hanya sahabat-sahabat nya Isa lah yang pergi menghampiri Isa di UKS.

Dara menendang pintu UKS, Jingga menatap takjub Dara. "WOAH KEREN ABIS!"

Dara berdecak, "Bukan waktu nya buat puji gue, Jingga!"

Jingga mengangguk lalu meraih tangan Dara masuk ke dalam UKS.

"Lo gak papa 'kan, Sa?" tanya Dara dan Jingga khawatir.

Isa terkekeh pelan, "Apaan sih, gue gak papa. Gak usah khawatirin gue,"

Sedetik kemudian wajah nya berubah datar, Isa berdecak kesal. "Kenapa pada kesini sih?! Kenapa gak ikut pelajaran Bu Devi?! Nanti kalau di hukum gimana?!"

Dara tertawa, "Santai, Sa. Bu Devi yang nyuruh kita nyusulin lo." ucap Dara jujur.

Azka menatap semua nya datar, "Gue ke kelas."

Jingga menatap kepergian Azka, lalu menatap ke arah Isa. "Lo yakin, lo sama Azka itu cuman sahabatan?" tanya Jingga.

Isa mengangguk, "Yakin kok."

Jingga menghela nafas pelan, sedangkan Dara malah fokus ke arah benda pipih yang berada di tangan nya. "Lagian, kalau pun kita saling cinta. Kita gak akan pernah mutusin buat pacaran," tutur Isa.

"Buat apa sih pacaran kalau ujung nya cuman jagain jodoh orang?"

"Pacaran itu ibaratkan nih ya, kita ngisi air di ember. Tapi ember nya itu bolong, bocor. Otomatis air nya ke buang dong. Nah, air yang ke buang-buang itu ibaratkan pahala kita. Jadi kayak, kita tuh tetap ngejalanin apa yang Allah perintahkan, tapi pahala nya itu ke buang sia-sia cuman karena pacaran." lanjut nya panjang lebar.

Kurang lebih kayak gitu, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kurang lebih kayak gitu, ya. Btw, itu saya dapet dari temen, hehe.

Jingga mengangguk membenarkan. Memang benar apa yang di katakan oleh Isa.

Dara terdiam, mencerna semua apa yang di katakan Isa. Ia menyimpan hp nya di meja, lalu menatap kedua sahabat nya satu persatu.

Hening. Dara menghela nafas pelan, "Bener apa yang lo bilang, Sa. Udah tau pacaran itu Zina, tapi tetep aja di lakuin." ucap nya memecahkan keheningan di antara mereka.

"Pulang sekolah gue bakal mutusin Daffa." final nya.

Isa meringis, sungguh ia melupakan Dara. Dara sudah lama berpacaran dengan Daffa, "Eh? Maaf Dar, gue gak maksud gitu." ucap nya tak enak hati.

Dara tertawa, "Santai aja kali. Lagian gue uda mikirin ini dari jauh hari," ucap nya sambil terkekeh pelan.

"Lo juga Jingga! Gak usah ngejar-ngejar Angkasa lagi. Jatoh nya kayak cewek murahan," tunjuk Dara ke arah Jingga.

Jingga mencebikkan bibir nya kesal, "Iya! Gue tau, gue udah taubat kok."

"Anjai." ucap Isa dan Dara bersamaan.

Mereka bertiga tertawa kencang di dalam UKS, tanpa memperdulikan siswa-siswi yang melihat aneh mereka dari jendela.

****

Jam pelajaran pertama dan kedua sudah selesai, bell istirahat baru saja berbunyi. "Zka, lo mau kemana?" tanya Azhar.

"Uks." ucap Azka singkat.

Azhar berdecak kesal, lalu menarik kasar tangan Azka. "Gue sama Angkasa ikut!"

Angkasa menatap datar Azhar, belum menjawab tangan nya sudah di tarik duluan menuju UKS.

Sesampai nya di UKS mereka bertiga tidak melihat Isa dkk. "Mereka kemana?"

"Kantin," ucap Angkasa datar.

Mereka segera pergi ke kantin. Dan tepat di meja pojok kantin sudah ada Isa dan Jingga sedang tertawa.

Mereka menghampiri Isa dan Jingga. Azka duduk di dekat Isa. "Udah gak papa?"

Isa mengangguk, "Tadi cuman kecapean doang." ujar nya santai.

"Pesanan nya udah datang!" heboh Dara.

Isa segera menyeruput es teh nya. Lalu mengambil semangkuk bakso yang berada di tangan Dara.

Azhar menatap ingin ke arah bakso Dara, "Ra. Minta dong bakso nya,"

Dara menatap tajam Azhar, "Beli sono, kayak orang miskin aja lo!"

"Lah 'kan gue emang miskin," celetuk Azhar yang mengundang tatapan tajam Azka. "Bercanda bang."

Azka memberikan dua lembar uang merah kepada Azhar, "Beli sana."

Azhar melongo, "Lo dapet duit darimana?" tanya Azhar bingung. Setau diri nya, Azka sedang di hukum tidak di beri uang oleh Ayah nya selama sebulan, karena terciduk ikut balapan.

"Nyokap."

"Udah sana buruan," usir Angkasa.

"Ye santai nape, emang gue babu lo pada apa!"

"Emang lo babu kita," ucap Dara santai tanpa dosa.

Azhar menatap tak sahabat ke arah Dara, "Diem lo!" tukas Azhar.

"Udah sana buruan, banyak omong lo." ucap Jingga.

Azhar pergi menuju warung Mang Jaja. Mang Jaja itu jualan bakso, ia juga memiliki anak perempuan bernama Tika. Kalau kata Azhar gini, "Yaudah gak papa gue di suruh beli bakso ke warung Mang Jaja. Lumayan, sambil nyuci mata."

Isa, Dara, dan Jingga makan dengan khikmad. Angkasa dan Azka memilih untuk membuka hp nya masing-masing, wajah kedua nya sama. Sama-sama datar.

"Alhamdulillah! Kenyang gue," ujar Dara sambil menepuk-nepuk perut nya.

Isa dan Jingga mengangguk. Namun, tunggu. Perut Isa seperti di lilit oleh tali kuat, "Duh! Perut gue sakit!" kata Isa yang membuat kedua sahabat nya dan Azka menatap khawatir Isa.

"Sa? Lo kenapa? Kok bisa sakit sih? Padahal gue sama Dara gak papa," ucap Jingga, Dara mengangguk.

"Aduh, gak tau deh. Gue pengen ke toilet,"

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang