Prolog.

150 41 64
                                    

Halo kawand. 🙆🏻‍♀️

-semesta gak salah, Tuhan gak jahat,
mungkin takdir nya yang terlalu kejam?-

HAPPY READING!
__________________

"Mulai sekarang, Ayah gak usah antar-jemput Isa sekolah lagi!" sentak Isa.

Senyuman yang terpatri di wajah Fernan, memudar. Ia melihat wajah Isa yang memerah padam menahan amarah dari kaca spion motor lama nya.

"Yaudah gak papa, Ayah paham kamu pasti malu 'kan di antar-jemput Ayah ke sekolah pake motor ini?"

"Selain itu, Isa juga malu punya Ayah yang kerjaan nya cuman jadi tukang ojeg!" Fernan mengangguk. Ia sudah biasa dengan ucapan nyelekit yang keluar dari bibir Isa itu.

****

"Kalau gue pergi, lo semua bakal tetap bisa ketawa kayak gini?" tanya Isa yang berhasil menghentikan semua aktifitas anak-anak di kelas.

Jingga menatap tak suka ke arah pembicaraan Isa, "Lo ngomong apaan sih?" Hening.

Tidak ada yang membuka suara lagi, Isa tersenyum miris.

****

"Gue tau ini bakal susah buat di lewatin. Tapi gue yakin, kalau gue bisa!" Teriak Isa di rooftop sekolah.

Azka berdecih, "Gue gak yakin," Isa mendelik tak suka.

"Diem lo!" ketus Isa.

****

"Hidup itu ribet, kalau gak mau ribet. Gak usah hidup," ucap Azka tajam.

"Hidup emang ribet. Terkadang, Tuhan selalu ngasih masalah, tanpa tau kita hidup aja udah susah." ujar Isa tanpa mengalihkan pandangan nya dari langit malam.

Azka melirik Isa sekilas, "Makanya itu, gak usah hidup."

****

"Kalau besok Isa pergi, Azka tolong kasih ini ke Ayah, ya?" pinta Isa, lalu memberikan sebuah kotak berwarna hitam kepada Azka.

Setetes air mata Azka jatuh mengenai tangan Isa. Isa tersenyum tipis, mengusap pipi Azka lembut. "Azka jangan nangis, Azka 'kan cowok. Masa nangis, sih?" Isa terkekeh ketika melihat wajah merah Azka.

___________________
Ok.

Prolog aja dulu.

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang