H-1

34 13 38
                                    

Hai, ada yang kangen tida? oh tentu tida 😍🤙

ea jamet, ga ko.

Kalo ada typo, tandain ya.

HAPPY READING!
__________________

Jam pelajaran pertama tidak ada keributan di dalam kelas seperti biasanya, hanya ada kedamaian yang menyelimuti kelas XI-IPA. Hening, aman, dan damai. Xixi.

Bell pelajaran kedua pun berbunyi, Pak Budi pamit undur diri. Dan di gantikan oleh Bu Santi, guru matematika. Pelajaran yang amat tidak di sukai oleh semua murid kecuali Isa, Azka, dan Angkasa. Ketiga anak itu malah menyukai pelajaran matematika. Kalau kata Isa gini, "Sukai pelajaran yang menurut lo susah. Nanti juga pasti bisa."

Pak Budi juga sudah menyuruh Dara dan Azhar untuk masuk kelas, "padahal gak papa di hukum lagi juga," celetuk Azhar.

Dara melirik sinis Azhar, "lo aja kali. Gue mah ogah!" Tandas nya lalu segera berlari menuju kelas.

Azhar mendengus kesal. Sesampai nya di kelas, hening menyapa kedatangan Azhar. Azhar menatap semua murid satu persatu, lalu berdehem. "Lo pada kenapa ngeliatin gue kayak gitu?"

"Di belakang lo." Jingga menunjuk ke arah belakang Azhar.

Azhar berbalik dengan sangat pelan, "ASTAGHFIRULLAH SETAN!" Pekik nya mengundang tatapan tajam dari Bu Santi. Semua murid menahan tawa nya.

Bu Santi menarik kuat-kuat telinga Azhar, "coba ulangi, kamu bilang apa tadi?!"

Azhar menggeleng takut, "nggak ada, bu. Seriusan deh," ujar nya sambil mengangkat 2 jari.

"Duduk sana!" Titah Bu Santi.

"Tadi nya, Ibu cuman mau ngejelasin materi doang, tapi karena Azhar udah bikin mood Ibu hilang. Ibu mau kalian mengerjakan ulangan harian ini." Bu Santi membagikan kertas ulangan harian yang berisi 50 soal pilihan ganda.

Semua anak mendengus kecewa, banyak yang menyoraki Azhar. Azhar menatap sinis semua nya, "Seneng 'kan lo, Har?" Tanya sinis si gadis yang mengenakan kacamata, Anna.

"Ngapain seneng? Gue aja denger nya udah angkat tangan duluan," ujar Azhar santai.

"Kudu nya lo doang yang ngerjain!" Sahut murid lain.

Azhar memutar bola mata nya, malas. "Ya 'kan semboyan kelas kita itu gini," Azhar menggantung kalimat nya, sebelum kembali bersuara lagi. "Satu kena, yang lain juga harus kena."

"Ya 'kan itu salah lo! Jadi kita-kita yang kena imbas nya!" Semua murid menyoraki Azhar.

Nyali Azhar menciut, ia merasa tersudutkan. "Jangan keroyokan kalau berani!"

Bu Santi memukul-mukul meja, sehingga atensi semua murid kembali menatap ke arah depan. "Sudah, cepat kerjakan soal nya. Ibu ada rapat. Jangan berisik, dan jangan saling contek." Peringat Bu Santi lalu pergi dari sana.

"Sa, gue nyontek dong, plis." Mohon Dara.

Isa terkekeh, "apa sih yang nggak buat, lo."

Mata Dara seketika berbinar kala mendengar ucapan Isa. "Tapi bohong." Lanjut Isa di akhiri tawa kecil.

Dara menatap datar Isa, "mampus." Ejek Jingga. Dara menatap sinis Jingga.

"Sa! Liat dong, aaa." Rengek Anna. Semua murid mengangguk cepat. Mereka juga ingin mendapatkan nilai yang bagus. Tapi kenapa harus dengan cara menyontek?

Isa menggeleng kuat, "gak."

"Gak denger tadi Bu Santi bilang apa?" Tanya Azka yang mampu membuat semua nya terdiam.

****

"Capek banget, mana soal nya banyak lagi." Keluh Dara yang baru saja keluar kelas, pergi menuju kantin.

Jingga hanya mengiyakan saja. "Isa." Panggil seseorang dari belakang.

Mereka bertiga membalikkan badan nya. Isa menaikkan sebelah alis nya, "lo Isa, 'kan?" Tanya perempuan itu.

"Iya gue Isa, maaf lo siapa ya?"

Perempuan itu tersenyum miring, "akhir nya ketemu lo juga." Ucap nya, tapi Isa merasa itu seperti sindiran.

"Lo lupa sama gue? Jangan sok polos deh."

Isa mengernyit bingung, ia masih tidak paham apa yang di maksud oleh perempuan itu. Pakaian ketat, rambut di warna, gigi saja di pagar. Behel behel.

"Maksud lo apa?" Dara menatap tajam perempuan di depan nya.

Jingga menahan tangan Dara. "Sabar dulu, Ra."

"Gue Sasya."

"Mantan pacar Azka." Ucap nya penuh penekanan di setiap kata.

"Halah cuman mantan 'kan? Terus masalah lo sama Isa apa?!" Geram Dara. Cuman mantan kok bangga.

"Lo pindah sekolah kesini?" Tanya Isa.

"Iya. Kenapa? Gak suka?" Isa menggeleng.

"Lo itu cuman anak tukang ojeg, gak cocok bersanding sama Azka yang jelas-jelas dia itu anak orang berduit." Ucap nya meremehkan Isa.

Dara yang sudah tersulut emosi pun segera menarik kasar rambut Sasya. "Maksud lo apa, anjing?!"

"Lepas!" Namun, bukan melepaskan. Tarikan nya malah semakin kuat.

"Lepasin, Ra." Ucap Isa pada akhir nya.

Dara pun melepaskan tarikan nya, dan terdapat beberapa helai rambut di tangan Dara.

"Anjing ya, lo!" Semua murid SMA Lentera Bangsa berbondong-bondong menghampiri kericuhan yang terjadi di koridor kelas XI-IPS 1. Udah kayak yang mau bagi-bagi sembako, euy!

Baru saja ingin membalas, tangan nya lebih dulu di cekal kuat oleh Azka yang baru saja datang dari belakang. Di temani Azhar dan juga Angkasa.

"Ngapain lo disini?"

Sasya tersenyum manis. Lalu menunjuk Isa, "dia narik rambut gue, Zka." Adu nya.

Isa masih diam tak berkutik, hingga memutuskan untuk kembali bersuara. "Lo cocok jadi pemain drama indosiar."

Semua siswa-siswi yang mendengar ucapan Isa menahan tawa nya. Sasya menatap tajam semuanya, "maksud lo apa?"

Isa menaruh telunjuk nya di dagu, nya. Seperti orang sedang berfikir. Ia kemudian menjentikkan jari nya, "pakaian lo ketat, rambut warna-warni udah kayak pelangi, gigi juga di pager kayak rumah aja."

Sasya menggeram marah, sedangkan Dara dan Jingga menatap takjub ke arah Isa. Baru saja ingin melayangkan tamparan kepada Isa, tangan nya lebih dulu di tahan oleh Azka. "Sekali lo nyentuh Isa, habis lo sama gue!"

Azka menepis kasar tangan Dara lalu beralih meraih tangan Isa dan pergi dari sana.

Dara tersenyum kemenangan, "sekali lo ngusik kita, gue jamin nyawa lo bakal melayang saat itu juga." Bisik Dara tajam.

"Sial!"

                            ____________________

Berasa lagi ghosting anak orang, saya 😍🤙

Next ga? Spam next ayo!

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang