H-1

26 8 2
                                    

Dara dan Jingga menghela napas lega saat keluar dari kelas. Peluh keringat bercucuran dipelipis mereka. "Gila tuh guru! Mana soalnya panjang-panjang lagi!"

"Yaudahlah, sekarang udah kelar ini." Ujar Jingga santai.

Jingga menaikkan sebelah alisnya bingung saat Dara menghentikan langkahnya. "Kenapa, Dar?" Dara diam, kemudian menunjuk kearah laki-laki yang tengah mengobrol berdua dengan seorang perempuan dikoridor pojok kelas XI IPS 1.

Jingga mengikuti arah pandang Dara, tepat saat matanya berhenti ia membulatkan bola matanya. Menahan keterkejutan itu, "ngapain si Azka berdua'an sama Anna?" Tanya Dara. Jingga menghendikkan bahunya, pertanda tidak tahu.

"Eh, eh mau pergi kemana tuh!" Seru Dara, baru ingin melangkah mengikuti kemana arah perginya Azka. Tangannya segera ditahan oleh Jingga. "Udah deh, Dar. Jangan diikutin."

"Tapi ini gak bisa dibiar--"

"Shut up!" Jingga meletakan telunjuknya dibibir Dara, "berisik lo ah! Katanya laper! Udah ayo ke kantin!" Jingga melangkah maju lebih dulu dari Dara.

Dara mencebikkan bibirnya, kesal sendiri dengan tingkah Jingga. "Lah, itu 'kan bukan jalan kekantin," gumam Dara bingung saat melihat Jingga malah berbelok.

Jingga menoleh kearah belakang, Dara masih diam ditempat dengan tampang bingungnya. "Woi! Cepetan, nanti ketinggalan jejak mereka!" Dara tersadar dari lamunan nya, ia segera menghampiri Jingga.

Dara menepuk lengan Jingga keras saat sampai didepan Jingga. "Tadi aja nyuruh gue buat gak usah ngikutin, eh malah lo-nya juga 'kan yang buntutin mereka!" Ujar Dara ngegas.

Jingga menyengir, "udah ayok!"

•••

Dara dan Jingga bersembunyi didekat belakang tembok kelas X IPA 3. "Ih, gak kedengeran bangsul!"

"Ya sama! Makanya lo jangan berisik deh, Dar. Nanti makin gak kedengeran, gue cuman bisa denger dikit doang!"

"Iye iye."

Jingga sudah siap memasang telinganya, untuk mendengarkan obrolan Azka dan juga Anna.

"Lo gak mau jujur aja?"

Anna berdecak, "jelas-jelas bukan gue pelakunya! Lo kenapa gak percayaan banget si?!"

Azka menghela napas. "Terus siapa? Kita gak bisa rayain ultah Isa karna bolunya rusak. Diatas bolu yang rusak juga terpampang jelas nama lo, Na."

"Cuman itu? Cuman karna ada nama gue yang nempel dibolunya, jadi lo semua nuduh gue, iya?!" Pekiknya tertahan.

"Gila lo! Gak lo, gak semua anak kelas XI IPA 2. Semuanya sama aja! Dengan entengnya lo fitnah gue gini?!"

"Gue gak fitnah lo, Na. Gue cuman nanya."

"Terserah. Mau lo percaya atau nggak, gue gak peduli. Intinya bukan gue yang rusakin bolu Isa!" Sentaknya lalu pergi dari sana.

Azka mengusap wajahnya gusar. "Anjing!" Umpatnya.

Jingga menegakkan tubuhnya, "kenapa, Jing?" Tanya Dara.

Jingga menoleh, menyentil dahi Dara keras. "Ngapain lo ngatain gue gitu?"

Dara meringis, "gue bukan ngatain lo. Tapi itu panggilan 'Jing' dari 'Jingga'. Taulah lo, gue nanya apa dijawab apa."

"Jadi gimana?"

Jingga menarik tangan Dara untuk menjauh dari tempat persembunyian mereka. "Yang gue denger itu soal permasalahan bolu Isa yang rusak kemarin. Cuman feeling gue, yang rusakin itu Sasya, secara 'kan dia gak suka banget sama Isa."

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang