H-1

48 18 7
                                    

Note: Part ini gj.

_______________

Isa segera beranjak dari kasur nya menuju kamar mandi. Namun, ia berhenti tepat di depan cermin.

Seperti biasa, ia akan mengaca terlebih dahulu sebelum mandi. "Kenapa orang kalau baru bangun tidur itu kecakepan nya malah nambah, sih?"

"Eits, kalau gue beda. Mau baru abis bangun tidur kek, belum mandi kek, tetep aja cakep!" Ia terkekeh.

Setelah nya, Isa segera meluncur masuk ke dalam kamar mandi, untuk mandi. Ya iyalah mandi, ya kali makan.

"Gue jadi lebih demen mandi pagi, nih!" Isa tertawa. "Apa sih random banget, anjir!"

Kini Isa telah rapih dengan seragam sekolah nya. Ia segera mengambil tas nya, lalu beranjak keluar kamar.

Seperti biasa, Fernan sudah menyiapkan bekal untuk Isa. Fernan berbalik ketika mendengar suara derap langkah kaki menuju dapur. Ia tersenyum, lalu segera memberikan kotak bekal nya kepada Isa.

"Ayah antar, ya?" tawar Fernan.

Ia takut Isa akan telat karena tidak menemukan angkot, apalagi saat ini masih sangat pagi. Di depan komplek nya sulit untuk menemukan angkot.

Isa menatap datar Fernan, "Gak usah. Isa naik angkot," ucap nya segera pergi keluar rumah.

Fernan menghela nafas berat, kenapa sulit sekali untuk membujuk Isa?

****

Isa berdecak kesal, karena sedari tadi tidak ada angkot satu pun yang lewat. "Bisa-bisa gue telat ini!" gerutu nya.

Ia baru kepikiran, kenapa tidak menelfon Azka saja. "Semoga di angkat deh."

"Halo?" Suara dari seberang sana. Isa bernafas lega.

"Syukur deh lo angkat telfon gue. Jemput gue depan komplek cepet! Gak ada angkot ini,"

Isa dapat mendengar helaan nafas kasar dari seberang sana, "Ayah lo udah nawarin lo buat di antar ke sekolah 'kan? Kapan lo berubah nya si, Sa?!"

"Berubah jadi sepiderman?" tanya Isa ngawur.

"Gue otw." lanjut nya sedikit kesal.

Isa menahan tawa nya, lalu segera mematikan panggilan nya sepihak.

"Lama!" ketus nya kepada Azka yang baru saja sampai.

Azka menatap malas Isa. "Buruan nanti telat."

"Sabar!"

"Eh, antar gue ke danau dulu," ucap nya.

"Nanti telat."

"Gak akan, masuk jam setengah delapan. Sekarang baru jam tujuh."

Azka menghela nafas pelan, "Oke."

Di sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

"Buruan turun, jangan lama-lama."

Isa menatap Azka, "Lo ikut ya?" mohon nya.

Azka menggeleng kuat, "Please." mohon nya lagi sambil menunjukkan puppy eyes nya.

Azka berdecak kesal, lalu mengangguk.

Sesampai nya di danau, Isa memilih duduk di pinggir danau. Azka juga duduk di sebelah Isa.

Hening, Isa menatap kosong ke arah danau. "Azka," panggil Isa lemah.

"Lo tau? Gue ngerasa bersalah banget kasar sama Ayah," ucap nya pelan.

Azka menatap Isa, "Seharus nya gue gak berlebihan kayak gini."

Ia menghela nafas pelan, sebelum kembali melanjutkan perkataan nya. "Gue udah kelewatan sampai bentak Ayah gitu. G-gue salah, gue kasarin Ayah cuman pengen buat dia benci sama gue. Tapi itu semua gak bikin Ayah benci sama gue." ucap nya sambil menangis.

Azka setia mendengarkan apa yang di katakan Isa, "D-dia gak nyerah buat bujuk gue. Gue salah Azka, hiks!"

"GUE BENCI DIRI GUE YANG BERPENYAKITAN INI!" teriak nya parau.

Azka segera menarik Isa ke dalam dekapan nya, "Lo kuat, Sa. Lo emang terlalu berlebihan sampai kasarin Om Fernan gitu. Alasan lo kasar sama Om Fernan biar bikin dia benci sama lo, cuman karena penyakit itu 'kan? Seharusnya gak gini, Sa."

"G-gue tau gue salah, hiks! T-terus gimana? Gue mau dia benci gue, gue gak mau dia nangisin gue. Kalau gue udah gak--"

Perkataan nya harus terpotong, kala Azka membekap mulut Isa. Azka menatap tajam Isa, "Jangan pernah bilang kayak gitu lagi!" ucap nya dingin.

Isa menatap mata tajam Azka, lalu mata nya kembali mengeluarkan cairan bening.

"Udah ayok ke sekolah."

Isa menghapus air mata nya, lalu berkata. "Gue gak mau lo nangis, kalau gue pergi, Zka."

"Lo gak akan pergi kemana-mana."

****

Sekarang kelas XI-IPA bising oleh teriakan-teriakan perempuan, dan gendangan meja laki-laki.

"SEPERTI MATI LAMPU!" teriak Dara kencang.

"YA SAYANG!" balas semua murid.

Semua murid laki-laki memukul meja kelas kuat-kuat. Konser konser.

"SEPERTI MATI LAMPUUUU~" lanjut Dara lagi.

"CINTA KU TANPAMU!" kini Azhar yang bernyanyi.

"YA SAYANG!" balas semua murid tak kalah kencang.

"BAGAI MALAM TIADA BER--"

"ADA APA INI?!" teriak Pak Budi membuat semua murid berlarian menghampiri meja mereka masing-masing.

Isa dan Jingga tertawa kecil. Dara meringis, "Sialan banget tuh si botak malah datang." gumam nya.

"Azhar! Dara! Keluar kalian!" Dara pasrah. Ia melangkah keluar kelas. Namun tidak dengan Azhar.

Guru yang sering di panggil Pak Botak itu, kini menghampiri meja Azhar. Azhar mendongakkan kepala nya, "K-kenapa ya, Pak?" tanya Azhar polos. Lebih tepat nya sok polos.

Pak Budi menatap tajam Azhar. Murid yang satu nya ini memang rada sengklek.

"Keluar kamu!" sentak nya sambil memukul meja Azhar kencang menggunakan penggaris panjang.

Azhar refleks mengumpat, "Anjing!" ia membekap mulut nya.

Memukul-mukul mulut nya itu, "Sialan kenapa sampai kelepasin sih," gumam nya.

Pak Budi membulatkan bola mata nya, berani sekali bocah tengik ini. "Keluar kamu keluar!" ucap nya lagi sambil memukul-mukul tangan Azhar menggunakan penggaris yang biasa ia pakai untuk murid yang terkena razia atau terlambat.

"Iya Pak ini saya mau keluar, lumayan juga bisa jajan ke kantin." Ia cekikikan sendiri.

Pak Botak membulatkan bola mata nya. "Sudah! Keluar kamu! Saya perhatikan dari dalam!"

Azhar menatap Azka dan Angkasa. Namun seperti nya mereka sama sekali tidak perduli. Kini ia menatap Isa dan Jingga, mereka memilih melihat ke arah lain.

Azhar menghela nafas pelan, "Dasar botak, tua bangka!"

"HAH?! BILANG APA KAMU?!" bentak Pak Budi.

"KABUR!" teriak nya, lalu ngacir keluar kelas duluan.

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang