H-1

30 10 2
                                    

"HAPPY BIRTHDAY PUTRI AYAH!" Pekik Fernan gembira, yang baru saja muncul dari dalam dapur sambil membawa bolu ulang tahun yang sangat sederhana.

Isa masih bergeming di tempat nya, ia masih bingung. Seperkian detik Isa baru menyadari bahwa hari ini ia ulang tahun!

Fernan yang melihat putri nya diam bak orang bisu, ralat seperti patung pun menepuk pundak Isa pelan. "Hey? Hari ini kamu ulang tahun loh, ini bolu buat kamu." Fernan memberikan bolu nya kepada Isa, Isa menerima nya.

Namun, senyum Fernan memudar kala Isa menjatuhkan bolu itu ke lantai.

"Buat apa, Yah?" Fernan diam, ia tidak mengerti apa yang di maksud putri tercintanya itu.

Sedangkan Isa menatap kosong ke arah depan, "Ayah gak usah repot-repot kasih Isa bolu."

"Karena Isa gak butuh itu." Sambung nya.

"Tapi Nak--" Isa memotong perkataan Fernan.

"Isa cuman butuh Ibu."

Kini Isa menatap mata Fernan, "udah 17 tahun Isa gak tau Ibu kandung Isa siapa."

"Ayah gak pernah ngasih tau sedikit pun tentang Ibu! Bahkan, saat Isa minta foto Ibu aja Ayah gak kasih." Lirih nya. Suara Isa memelan.

"Ayah tau? Isa selalu nunggu Ayah buat ceritain semua tentang Ibu! Tapi, sampai detik ini pun Ayah masih belum mau cerita sama Isa!" Bentak Isa keras.

Fernan menunduk, "maaf, tapi Ayah gak bis--"

"Ayah bukan nya gak bisa, tapi gak mau." Isa menatap sendu Fernan. Marah, kecewa, lelah, menjadi campur aduk semuanya.

Fernan mendongak untuk menatap Isa, lalu menggeleng pelan. "Ini bukan saat nya kamu tau semua tentang Ibu, Sa."

"Terus kapan, Yah? Isa harus nunggu berapa tahun lagi buat Ayah cerita sama Isa?"

"Berapa, Yah? Harus nunggu Isa mati dulu, baru Ayah cerita?" Fernan menggeleng kuat.

Ia mengambil tangan Isa, namun di tepis kasar oleh sang empu. "Maaf, Sa. Maafin Ayah."

Isa menatap marah Fernan, "di saat semua anak lain merayakan hari ulang tahun nya dengan orang tua mereka, disitulah Isa merasa gak punya orang tua!"

deg.

Hancur sudah pertahanan Fernan, air mata yang sedari memaksa nya untuk keluar, akhir nya terpaksa keluar.

"Yah..." Suara Isa bergetar.

"Isa nyesel lahir di keluarga ini."

Isa berbalik, lalu pergi menuju kamar dan meninggalkan Fernan yang berdiri mematung. "Maaf..."

Fernan menunduk, menatap nanar bolu yang sudah tak terbentuk. Kemudian ia memungut sisa-sisa bolu yang tidak hancur itu untuk di berikan kepada kucing.

Setelah membersihkan lantai, ia berjalan dengan langkah pelan menuju kamar Isa, "kamu pantas bahagia, Sa."

"Tapi tidak dengan Ayah." Lanjut nya, kemudian pergi dari sana.

•••

Isa menutup pintu kamar nya, kemudian berbalik. Ia membekap mulut nya menahan tangis.

Ia berdiri, lalu melangkah menuju kamar mandi. Membasuh wajah nya, ia melihat wajah nya yang sudah pucat seperti mayat.

Isa kembali menitikkan air mata nya, masih tidak percaya dengan apa yang ia perbuat tadi kepada Fernan. "M-maaf..."

"Maaf Isa udah keterlaluan banget sama, Ayah. Padahal niat Ayah baik buat kasih surprise ke Isa." Ia kembali terisak.

Isa berjalan menuju kasur nya dengan langkah pelan, tak lama ia merasakan pusing yang amat sakit. Pandangan nya memburam, lalu...

Brak.

Belum sampai di kasur Isa sudah lebih dulu jatuh pingsan.

Sedangkan disisi lain, Azka dan semua teman kelas nya tersenyum bangga atas hasil kerja keras mereka selama setengah hari ini membuat pesta kecil untuk Isa nanti. "Gue jemput Isa dulu, ya." Pamit Azka.

Semua teman kelas nya mengangguk, lalu kembali ke aktifitas nya masing-masing seperti merapihkan meja dan kursi. Tak lupa juga menjaga bolu nya agar tidak jatuh atau rusak nantinya.

Azka segera bergegas menuju parkiran, kemudian menaiki motor nya. "Kok perasaan gue gak enak, ya." Gumam nya.

Azka mencoba untuk tak memperdulikan hal itu, baru saja ingin memakai helm nya. Ponsel Azka berbunyi menandakan ada yang menelpon diri nya. Azka menaikkan sebelah alis nya saat Fernan menelpon diri nya. Ia segera mengangkat panggilan nya takut ada sesuatu yang penting, yang ingin Fernan bicarakan. "Halo?"

"Halo, Nak Azka bisa bantu om? Kamu ada dimana?" Azka dapat mendengar kekhawatiran dari nada bicara Fernan.

"Bisa om, bantu apa? Azka mau jalan ke rumah Isa, om."

"Isa.. dibawa ke rumah sakit, Zka."

_________________

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang