H-1

35 10 5
                                    

Azka segera melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi setelah dapat kabar dari Fernan, bahwa Isa di larikan ke rumah sakit. Untung jalanan sepi.

Ia juga sudah menghubungi teman-teman nya untuk menyusul ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, ia cepat-cepat mencari ruangan yang sudah di beri tahu oleh Fernan. "Om, gimana keadaan Isa?" Tanya Azka yang baru saja sampai.

Fernan menggeleng pelan, "om titip Isa, ya. Om mau beli makanan dulu." Azka pun menganggukkan kepala nya, lalu masuk ke dalam ruangan Isa setelah meminta izin kepada Fernan.

Azka duduk di kursi sebelah Isa. Ia menatap lekat-lekat wajah Isa, tidak ada cacat sedikit pun di wajah nya. Hanya saja wajah nya pucat dan rambut nya tidak selebat kemarin. "Sebenarnya lo kenapa, Sa?"

Azka menghela nafas pelan, ia beranjak dari kursi nya. Azka menghentikan langkah nya yang ingin keluar ruangan saat mendengar suara rintihan kecil dari belakang. Ia berbalik dan mendapati Isa yang mencoba untuk duduk.

Azka menghampiri Isa lalu membantu nya untuk duduk, "ada yang sakit? Biar gue panggilin dokter, ya."

Isa menahan pergelangan Azka, membuat langkah Azka terhenti. Isa menggeleng, kemudian berkata, "lo temenin gue aja." Azka pun hanya mengangguk pasrah, lalu duduk di samping Isa.

Keheningan menyapa mereka berdua, mereka terus berkutat dengan pikiran nya masing-masing.

"Lo kenapa?" Tanya Azka memecah keheningan.

Isa menoleh ke arah sumber suara, kemudian menggeleng. "Gue gak pa--"

"Bohong!" Potong Azak cepat, "plis, Sa. Jangan bohongin gue, cukup Ayah lo yang sering lo bohongin."

Isa menatap sendu Azka, setetes air mata jatuh mengenai tangan Azka. "G-gue sakit, Zka."

Saat itu juga tangis Isa pecah, Azka menarik Isa ke dalam dekapan nya. "Shhtt, udah ya. Lo jangan mikirin yang aneh-aneh."

"Tapi gue sakit, Zka. Gue sakit!" Teriak Isa parau.

"Penyakit itu?" Tanya Azka dan di jawab anggukan oleh Isa.

Azka mengusap puncak kepala Isa lembut, "udah, ya. Yakin lo bisa sembuh."

"Gue capek, Zka..."

"Hidup dengan penuh kebohongan, itu nyiksa gue." Azka mengangguk, "kenapa lo gak jujur aja sama Om Fernan?" Tanya Azka yang mampu membuat Isa terdiam.

"G-gue gak bisa," Azka menghela nafas berat.

Cukup lama Azka terduduk dengan posisi menghadap ke arah Isa dan dia hanya bisa pasrah. Tak lama terdengar suara dengkuran halus yang berasal dari Isa.

Azka menghela nafas lega, ia memindahkan kepala Isa ke bantal.

Brak.

Isa terbangun karena kaget oleh suara pintu yang sudah terbuka. Sama hal nya dengan Azka, ia melihat ke arah pintu dan mendapati Azhar jatuh mengenaskan dengan posisi Angkasa, Dara, dan Jingga yang berada di atas nya. Namun, wajah Angkasa tetaplah datar walau terjatuh menimpa Azhar.

"W-woi minggir! Gue susah nafas ini." Kata Azhar susah payah.

Jingga yang berada di paling atas pun tersadar dan segera menyingkir. Anak kelas XI IPA 2 hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah absurd teman nya itu.

Algi selaku ketua kelas XI IPA 2 masuk lebih dulu bersama Anna dengan buah-buahan yang berada di tangan nya, melewati Azhar yang masih tergeletak di lantai.

Azka berdiri dari duduk nya dan memberikan luang untuk Anna berbicara dengan Isa. "Nih buat, lo." Anna menyerahkan buah tangan kepada Isa.

"Eh? Padahal gak usah repot-repot," Anna tertawa kecil. "Oya, selamat ulang tahun ya, Sa."

Isa tersenyum tipis, "makasih."

Algi yang berada di belakang mereka, menoleh ke belakang dan memberikan intruksi kepada salah satu teman mereka--Anggun untuk mengambil sesuatu diluar. Anggun yang sudah mendapat intruksi pun mengangguk cepat dan berbalik untuk mengambil sesuatu.

Algi dan 4 orang lain nya, yang tak lain adalah Angkasa, Azhar, Dara, dan Jingga menghampiri Isa lalu bersalaman dan memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Isa.

Anna mundur ke belakang, Dara dan Jingga segera maju untuk memeluk Isa. "Habede, ya." Ucap Dara dan Jingga.

Isa mengangguk, "makasih."

"Tadi tuh kita udah siapin pesta kecil-kecilan buat lo, eh malah lo-nya masuk rumah sakit." Celetukan Dara berhasil mengundang tatapan tajam dari Azka.

Jingga menyenggol lengan kanan Dara, "mulut lo lemes banget, si." Bisik Jingga.

Dara membekap mulut nya sendiri, suasana menjadi canggung karena tatapan tajam dari Azka mampu membuat Dara dia tak berkutik. "Eh, anu.. maksud nya tuh, em, apa ya. Itu, anu, gue--"

"Pantat gue astaga..." Lirih Azhar yang berada di belakang mereka.

"Udah gak bohay lagi." Celetukan Azhar mampu membuat suasana yang tadi nya canggung menjadi cair.

Jingga menghela nafas lega, untung ada Azhar. Jika tidak, ruangan itu akan terbakar karena kemarahan Azka.

"Apaan sih lo, Zhar. Jijik banget gue denger nya." Cerocos Dara.

Azhar memutar bola mata nya malas, "ye kalo iri tu bilang, neng. Ya gak, Angkasa?"

Angkasa menoleh lalu kembali melanjutkan game nya. "Game teros, capek deh gue sama lo." Cibir Azhar.

Isa geleng-geleng kepala di buat nya, "ALGI!" Pekik Anggun dari arah belakang yang membuat mereka terlonjak kaget kecuali Azka dan Angkasa. Karena mereka memakai airphone.

Algi menghampiri Anggun, "kenapa?"

Anggun panik, "itu bolu nya hancur." Bisik Anggun panik.

Algi membulatkan bola mata nya, "KOK BISA?!" Tanya Algi setengah berteriak.

Isa tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, "kenapa sih, Al?"

"Nggak, itu si Anggun gak sengaja mau nabrak kucing pas bawa mobil gue dan berakhir mobil gue yang rusak karena dia banting stir ke arah pohon mangga." Jelas Algi ngawur, haha.

Isa hanya ber-oh ria saja, lalu kembali melanjutkan ghibah bersama Dara, Jingga, dan Anna. Algi menghampiri Azka dengan langkah pelan, "ikut gue sebentar."

Azka menaikkan sebelah alis nya seolah bertanya, 'kemana?'

"Udah ikut ajalah, ayok." Algi menarik baju Azka.

"Sa, gue mau keluar dulu ya." Pamit Algi.

Setelah sampai di parkiran Azka melepas paksa tangan Algi yang berada di tangan nya. "Ngapain sih?"

"Itu, tadi kata Anggun bolu nya rusak."

"Hah? Kok bisa? Kalian gimana, sih?! 'Kan gue udah bilang, jagain bolu nya!" Kesal Azka.

Algi mendengus, "tadi gue taruh di dalam bagasi mobil." Algi menuntun Azka ke belakang.

Membuka bagasi mobil nya, dan yang lebih mengejutkan nya ialah. Tertera nama Anna di atas bolu yang sudah tak terbentuk itu.

"Anna?"

H-1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang