14 | Kakek gaul

1 0 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Sudah ada mungkin hampir dua puluh kali Bian memanggil nama dan mengetok pintu rumah pemilik ruko yang Bian incar. Selepas menghubungi pemilik ruko itu, Bian mengunjunginya pagi ini. Untung saja hari minggu, jadi ia libur dan bisa membereskan urusannya.

Tak ada jawaban sejak dua puluh tiga menit Bian berdiri di depan rumah bercat coklat di depannya. Jalan depan rumah pun sepi. Hanya ada beberapa warga yang memang tinggal bersebelahan dengan rumah tempatnya berpijak sekarang.

Bian kembali menghubungi bapak pemilik rumah itu. Tapi sayang, nomor yang di hubungi tidak ada jawaban juga.

Bian menjambak rambutnya frustasi. Lalu duduk di kursi depan rumah itu. Masih mencoba untuk berfikir positif mungkin saja orangnya baru keluar dan tidak membawa hp.

"Permisi, mas," ucap seorang pria, Bian yakin itu tetangga sekitar.

"Iya, ada apa, pak?"

"Masnya cari siapa, ya?"

"Saya cari Koh Tejo, pak."

"Waduh, Koh Tejo sudah tiga tidak menempati rumah ini, mas."

Bian sedikit terkejut. Ia sudah mengira sebelumnya saat melihat banyak debu di rumah ini. Namun ia berusaha berfikir positif.

"Kalau boleh tahu, beliau pindah kemana ya, pak?"

"Masnya ada keperluan apa? Kalau tidak terlalu penting saya tidak boleh memberi tahu, mas."

"Bagi saya penting, pak. Saya mau menyewa ruko milik Koh Tejo yang di depan gang, pak."

"Mas sudah menghubungi Koh Tejo sebelumnya?"

"Sudah, pak, beliau bilang saya di suruh ke rumah untuk membicarakannya."

"Kalau begitu, mari masnya ikut saya ke rumah. Nanti saya beri tahu tempat tinggal Koh Tejo yang sekarang."

Senyum Bian merekah. Tak henti-hentinya dalam hati mengucap syukur karena Allah telah memberinya petunjuk. Bian mengangguk dan berjalan di belakang bapak yang memberitahu dirinya. Bian tebak, bapak yang di depannya pemimpin di desa ini.

***

Bian menatap ragu rumah yang ada di depannya ini. Terlihat menyeramkan baginya. Dari saat ia mengunjungi tempat ini, sudah ia pastikan berkali-kali bahwa alamat yang di beri tahu oleh bapak tadi sudah benar. Tapi mengapa tempat ini terlihat sepi?

"Astagfirullah!" ucap Bian terkejut pundaknya disentuh.

Bian berbalik, tepat di belakangnya ada kakek tua yang memegang sapu. Sepertinya untuk membersihkan halaman rumah ini. Bian menghembuskan nafas lega, ia kira tidak ada orang disini.

"Adek cari siapa?" tanya kakek itu.

"Saya mencari Koh Tejo. Apakah betul ini tempat tinggal beliau?"

Kakek itu memicing curiga. Tatapannya sangat mencurigai Bian.

"Maaf, sebelumnya, kek, saya sudah janjian dengan beliau kemarin malam," ucap Bian yang mengerti arti tatapan kakek itu.

Bian menunjukkan room chat dengan Koh Tejo. Bian tidak tahu kakek itu paham atau tidak dengan teknologi, yang pasti ia sudah menunjukkan bukti.

"Handphone mu masih android, ya?" ucap kakek itu tiba-tiba. Bian tak menjawab, ia hanya menunjukkan wajah kebingungan dengan kedua alis yang bertaut.

Kakek itu mengambil handphone miliknya yang ada di saku. "Nih, lihat, handphone kakek udah boba tiga!" ucap kakek itu bangga mengangkat handphone bobanya ke atas.

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang