13 | Bisnis

1 1 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Bian memastikan matanya masih dalam kondisi baik. Dirinya sangat yakin seribu persen bahwa penglihatannya tidak bermasalah sejak lahir. Niat Bian mengunjungi panti sore ingin menikmati sunset dan memikirkan ide apa yang harus ia buat untuk rencana usahanya.

Namun rencananya untuk menikmati sunset gagal saat ia bertemu dua gadis di panti sore ini. Bian masih ingat dua wajah sahabat kecilnya. Tidak lupa sedikitpun. Meski mereka berpisah saat usia masuk ke jenjang sekolah menengah pertama dan sekarang mungkin sudah banyak perubahan pada dua sahabatnya itu, namun ia mempunyai ingatan yang cukup baik.

Apalagi saat dia menemui Diva yang sedang berbincang dengan dua gadis yang membuatnya salah fokus. Tidak salah lagi, Bian yakin sisi dan acha.

Tapi tunggu, ada hal yang membuat Bian ragu mengakui mereka sahabat kecil Bian. Mengapa mereka tidak menyapa Bian sama sekali? Ataukah mereka sudah lupa dengan dirinya? Tidak, Bian sangat yakin mereka masih ingat Bian. Persahabatan orang tua mereka sangat kuat. Itulah yang menyebabkan mereka bertiga bersahabat sejak kecil.

Ah, sudahlah, mungkin Bian salah orang. Tapi satu sisi Bian masih memperhatikan keduanya. Salah satu gadis yang Bian yakini itu Acha menurutnya sedikit aneh. Gadis itu buru-buru memakai masker saat Bian mendekat. Bian jadi tidak enak, apakah gadis itu pernah terluka karena Bian? Ataukah ada perlakuan Bian yang tidak Bian sadari telah melukai gadis itu?

Oh, iya, jangan lupakan satu gadis yang begitu mirip dengan sisi, sahabat kecilnya. Bian tidak terlalu memperhatikan, karena dia juga harus menjaga pandangan agar tidak menimbulkan hal yang tak diinginkan.

Bian sangat yakin mereka berdua sahabat kecilnya yang terpisah. Tapi tunggu, Bian teringat peristiwa kebakaran itu. Ada rasa ragu jika ia mengklaim dua gadis itu sahabat kecilnya yang berpisah. Otak Bian jadi terpikirkan, mana mungkin Bian bisa bertemu secepat ini sedang kejadian waktu itu benar-benar merubah semuanya.

"Lo berdua mirip sisi sama acha. Gue yakin itu kalian berdua, tapi kenapa gue masih ada keraguan?" gumamnya pelan.

Bian mengusap wajahnya. Ia binggung dengan situasi ini. Ah, sudahlah lebih baik ia kembali ke rumah sakit untuk menemani ibunya dan bersiap untuk malam nanti ia akan mempersiapkan untuk membuka usaha.

***

Bian benar-benar merealisasikan tekadnya untuk membuka usaha mie petir. Libur kerja yang ia dapatkan hari ini ia manfaatkan untuk men-design logo untuk usahanya. Selesai shalat isya' berjamaah di masjid dan mengaji, Bian memulai semuanya.

Bian mulai membuat logo yang ia sudah rancang sebelumnya. Dengan serius, Bian fokus pada handphonenya membuat logo se menarik mungkin. Walau hanya bermodal ponsel, tak menghalangi tekad Bian untuk berjuang membiayai ibunya.

Lima belas menit berkutat dengan ponsel dan melawan mata yang berhadapan dengan cahaya ponsel, akhirnya logo yang Bian design selesai. Warna coklat mendominasi logo yang ia buat.

Bian tersenyum dengan hasilnya. Walau sedikit berbeda dari yang sudah ia rancang sebelumnya, tapi tak apa. Hasil yang ia dapatkan juga cukup memuaskan.

Kali ini, lokasi yang membuat Bian binggung. Ia sama sekali tak punya kenalan yang mempunyai ruko atau tempat untuk berjualan. Kepalanya terasa pusing memikirkan hal itu. Ternyata di luar dugaannya. Ia pikir semua rencana yang ia susun akan mudah untuk di realisasikan. Nyatanya tidak.

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang