15 | Kerjasama

1 0 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Setelah perdebatan berkedok obrolan dengan kakek boba tiga tadi, akhirnya Bian bertemu dengan Koh Tejo. Bian sengaja memanggil kakek tadi dengan panggilan 'kakek boba' karena Bain tidak tahu nama kakek itu. Lagi pula, Bian juga tidak mau tahu dan bertanya karena lelah berdebat dengan kakek boba. Capek kalah lebih tepatnya.

"Jadi kamu yang kemarin malam chat saya?"

"Iya, Koh."

"Darimana kamu tahu kalau saya pindah kesini?"

"Saya di kasih tahu sama tetangga Koh Tejo."

Koh Tejo mengangguk. Seperti mempunyai beban pikiran yang cukup berat. Terlihat dari tatapannya yang sedikit kosong.

"Kenapa, Koh? Apa kedatangan saya mengganggu?"

"Ah, tidak-tidak. Saya harap kamu tidak memberi tahu siapapun kalau saya tinggal disini, ya?"

Bian mengangguk, "Baik, Koh."

Sebenarnya Bian masih kepo dengan alasannya. Ingin bertanya tetapi Bian rasa itu menyangkut hak pribadi pria chindo itu.

"Dulu ada yang ngancem saya. Awalnya saya tidak tahu alasannya. Begitu saya tahu, ternyata orang yang ngancem saya itu salah orang. Saya sudah memberi tahu bahwa dia salah orang, tetapi tidak percaya."

Bian mengangguk paham. "Jadi alasan Koh Tejo pindah kesini untuk menghindari tuduhan tersebut begitu?"

"Iya, saya minta kamu jangan beri tahu siapapun sampai masalah ini selesai."

"Baik, Koh, Bian mengerti."

"Em, tapi kalau ruko itu nanti Bian sewa, Bian bakal kena enggak ya, Koh?"

Koh Tejo menggeleng. "Kamu pakai yang sebelahnya lagi, pintu gerbang warna biru, disitu aman."

"Baik, Koh. Terima kasih atas bantuannya, Koh."

Perbincangnya dengan Koh Tejo selesai dan membuat Bian senang dengan keputusan akhirnya. Bian tidak menyangka jika Koh Tejo sebaik ini. ia pikir, Koh Tejo seperti Koko chindo galak seperti yang pernah ia temui dulu. ternyata tidak, dugaannya salah besar. Besok-besok, ia akan lebih hati-hati lagi dalam menilai orang lain.

Harga sewa ruko itu pun juga tidak mahal. Sangat pas untuk ukuran pelajar seperti Bian yang sangat menghemat uang untuk biaya sekolah. Di tambah lagi ia harus membayar biaya rumah sakit ibunya.

"Terima kasih ya, Koh. Bian seneng banget."

Koh Tejo menggangguk seraya tersenyum dan mengelus kepala Bian. "Jangan lelah rawat ibu kamu, ya," pesannya pada Bian.

"Pasti, Koh. Kalau begitu, Bian pamit dulu ya, Koh. Sekali lagi terima kasih."

Bian pamit untuk segera pulang setelah menggenggam kunci ruko yang akan ia sewa. Diciumnya tangan Koh Tejo saat ia berpamitan untuk pulang. Tak lupa juga kakek gaul yang memancing perdebatannya beberapa menit yang lalu.

Bian sebenarnya masih sedikit dongkol, tapi ia tepis. Gitu-gitu kakek gaul juga membantunya bertemu dengan Koh Tejo. Kakek itu tiba-tiba menahannya untuk tidak pulang. Bian tetap kekeuh ingin pulang. Berbagai cara ia coba agar lepas dari kukungan kakek gaul.

"Saya mau pulang, kek."

"Nanti dulu ngobrol sama kakek."

"Bilang aja, kek, kakek mau apa dari Bian."

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang