04 | Baik-baik saja

8 3 1
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Shezan menatap tiga orang dihadapannya ini dengan santai. Tak ada sedikitpun niatan untuk menuruti perintah siswi yang mengancamnya itu. Biarkan She melakukan ini kali ini, dia tidak ingin terus menerus jadi babu. Meski ada sedikit ketakutan dalam hatinya, She tetap berani. Disini dia sama-sama membayar uang sekolah, lalu untuk apa ia takut?

"Lo berani sama gue sekarang, hah?!" bentak siswi itu, sebut saja Rani namanya.

"Siapa lo perlu gue takutin? Lo bukan Tuhan," jawab She santai.

"Asal lo tahu! Bokap gue donatur di sekolah ini. Gue bisa aja bilang ke bokap gue buat keluarin lo dari sekolah ini. Enggak pantas juga lo sekolah di tempat kaya gini."

"Lebih enggak pantas lagi kalau sok berkuasa gunain kekuatan orang tua enggak, sih?"

"Beneran mau gue keluarin lo, hah?!"

"Dengan alasan apa lo keluarin gue? Karena gue enggak mau kerjain tugas lo, iya? Yang ada mempermalukan diri lo sendiri. Gue juga yakin orang tua lo juga enggak mau belain lo kalau sikap lo kaya gini."

Plak!

Bunyi tamparan itu terdengar sangat nyaring di telinga Shezan. Bisa dipastikan dibalik belas tamparan yang berwarna merah itu sangat terasa lukanya. She tersenyum getir, mana yang katanya SMA menjadi masa paling indah di sekolah? Ah ya, mungkin memang bukan di tempat ini She dihargai.

"Udah puas, kan? Kalau udah minggir, gue mau ke kelas."

"Eits tidak segampang itu. Lo harus tetap ngerjain tugas gue."

"Enggak mau. Itu urusan lo bukan urusan gue."

"Gue enggak terima penolakan cepet kerjain tugas gue!"

"Dih, siapa lu nyuruh-nyuruh gue?" tanya She dengan santai. Wajah Rani berubah masam dan merah menahan marah.

"Kenapa? Mau nampar gue lagi? Silakan! Emang sudah biasa, kan lo gue perlakuin kaya gini?!"

"Mana tamparan lo? Mana?! Lo pernah mikir enggak, sih, orang tua lo kerja banting tulang buat lo, biar lo kecukupan fasilitas dari segi apapun. Bahkan orang tua lo bayar sekolah lo yang mahal biar anaknya bisa sukses melalui pendidikan. Tapi apa yang lo lakuin? Lo berbuat semena-mena mentang-mentang orang tua lo donatur di sekolah ini. Mikir, Ran! Di luar sana masih banyak anak-anak yang pengen ngerasain sekolah tapi enggak bisa karena terhalang faktor ekonomi."

"Satu lagi, mulai sekarang jangan minta ke gue lagi buat ngerjain tugas lo. Gue capek. Terserah lo mau ngancem apa ke gue. Mau keluarin gue dari sekolah? Silakan! Kalaupun bukan karena orang tua gue, gue udah milih pindah sekolah dari dari dulu karena enggak betah sama kelakuan lo semua!"

"Oh iya, gue emang bukan anak dari keluarga kaya raya kaya lo, tapi bukan berarti lo bisa berbuat semena-mena sama gue! Gue duluan, Assalamu'alaikum."

She berjalan menerobos barisan siswa-siswi yang menjadikannya tontonan gratis. Dengan wajah kesalnya, dia tak menghiraukan teriakan protes sebab ia tabrak. Biarlah, siapa suruh berdiri menghalangi jalan.

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang