02 | Marah

32 9 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Shezan mengambil satu persatu buku miliknya yang jatuh berantakan sebab perlakuan orang tak punya hati. Iya, memang benar, tak punya hati. Itu menurut Shezan. Tapi dia hanya berani mengatakan hal demikian dalam hati. Mana mungkin orang seperti Shezan berani blak-blakan di depan orangnya langsung? Yang ada malah dia yang semakin di tindas.

Lalu jari kanannya membenarkan posisi kacamata yang sedikit melorot. Masih harus melewati koridor kelas sebelas agar dia bisa sampai kelas dan terhindar dari ejekan yang dia dengan saat ini.

Bahkan saat dia jatuh seperti ini pun, tak ada satupun yang peduli dengannya. Aneh bukan? Tapi menurut Shezan tidak aneh lagi. Mirisnya orang jaman sekarang teracuni budaya luar dengan sikap individual dan melupakan budaya tolong menolong.

Buku Shezan yang berantakan di lantai itu satu persatu diambil oleh seorang siswi. She tau karena melihat rok yang di kenakan. She masih diam di tempat, lalu mendongak melihat siapakah pahlawan kesiangan yang mau merelakan diri untuk menolongnya.

Entahlah, Shezan pikir penolong itu hanya kasihan padanya. Siswi dengan badan gendut, kacamata bulat yang bertengger, jerawat yang menyebar di wajahnya. Mana ada yang benar-benar tulus menolongnya?!. Tuh, kan, She jadi berprasangka buruk pada semua orang.

Siswi yang berdiri di depan Shezan itu mengulurkan tangannya. Shezan menatap uluran tangan dan wajah siswi itu bergantian. Ini beneran ada yang menolongnya atau dia yang hanya halusinasi?.

"Mau nggak gue tolong? Keburu pegel nih tangan gue," ucap siswi itu menyadarkan She bahwa dia sedang tidak halusinasi.

Shezan menggelengkan kepalanya, lalu menerima uluran tangan itu, "Makasih, ucapnya setelah berdiri sempurna.

"Berat banget sih, lo."

"Kalau nggak ikhlas gausah bantu kali, gue juga nggak minta lo bantuin," ucap She pelan. Sangat pelan takut siswi di depannya ini mendengar.

"Bersyukur dong ada yang bantuin lo, tuh lihat pada ngelihat lo doang nggak ada yang bantu!" jawab siswi di depan She yang ternyata juga mendengar.

"Lain kali kalau jatuh langsung bangun! Suka banget lo kayanya di jadiin bahan bully sama siswa lain!" ucap siswi itu dengan nada tinggi.

"Sampai kapanpun sekali gue di bully, tetep aja di bully. Percuma gue lawan nggak ada yang bela juga," jawab Shezan sambil mengambil buku yang berserakan di lantai koridor.

"Makanya lo lawan! Kalau terus-terusan diem, selamanya lo di injak!"

"Yaudah iya, makasih udah nolongin," ucap She yang tak ingin memperpanjang perdebatan.

Siswi yang menolong She tadi melangkah pergi. She segera bangkit lalu berjalan cepat ke kelasnya. Tampilannya yang memakai kacamata bulat dan membawa tumpukan buku menambah kesan kutu buku pada diri Shezan.

Shezan masih ingat wajah siswi tadi. Tidak salah lagi, siswi yang baru saja menolongnya tadi adalah orang yang sama saat menyuruhnya bangkit waktu dirinya jatuh di pinggir jalan kemarin.

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang