05 | Baik-baik saja (2)

7 4 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

Semoga suka, ya ^^

--- >•< ---

"She baik-baik saja, Bu."

Ibu She mengelus kedua pipi She lembut. Meski penglihatannya tidak sejelas saat muda dulu, Ibu She cukup jeli membedakan pipi bekas tamparan dan bukan.

Dilihatnya kedua pipi She yang sama-sama berwarna merah. She menyadari bahwa Ibunya mulai curiga dengan kedua pipinya.

"She bantu tutup toko ya, Bu. Udah mau Maghrib," ucapnya mengalihkan perhatian Ibunya.

Bukan ibu She jika tidak mencari tahu tentang anaknya. Ibu She menahan tangan She saat beranjak dari duduk. "Pipi kanan kamu kenapa kok sama merahnya?"

She menghela nafasnya. Percuma ia menghindar jika ujungnya apa yang ia rahasiakan terkuak.

"Bukan apa-apa, Bu. Tadi kelamaan tidur di atas meja di kelas jadi merah gini."

"Ibu enggak suka kamu bohong, She."

"Enggak papa, Bu. She bantu tutup toko, ya?"

"Duduk dulu, jujur sama Ibu itu pipi kamu kenapa?"

"Cuma ketampar aja, Bu. Enggak papa, kok."

"Kamu bilang cuma?"

"She, Ibu sudah berkali-kali bilang, kalau kamu di perlakukan tidak pantas bilang ke Ibu, She. Ibu akan bilang ke pihak sekolah."

"Percuma, Bu, enggak akan ngaruh. Dulu She pernah lapor, nyatanya beasiswa She malah di cabut."

Ibu She diam dengan tatapan dalam menatap anak tunggalnya itu. Hatinya terasa teriris mendengar jawaban anaknya. Ibu She tahu anaknya mendapatkan perlakuan yang tidak pantas sejak dulu. Namun berulang kali melapor tidak ada tindakan lebih lanjut dari pihak sekolah.

"Kenapa kamu enggak minta pindah ke Ibu?"

"Bu, biaya sekolah disana mahal. She mau bertahan karena waktu itu dapat beasiswa. Kalaupun sekarang She harus pindah sekolah, sayang banget, Bu, udah banyak biaya yang Ibu keluarin setelah beasiswa She dicabut. She enggak papa."

"Maafin Ibu ya, She. Ibu belum bisa kasih kamu apa yang kamu inginkan."

"Bu, She enggak butuh apa-apa. She cuma minta sama Ibu harus sehat terus. Doain She biar bisa kuliah di perguruan tinggi impian She. Doa ibu lebih penting dari segalanya bagi She."

"Uang kamu gimana?"

"Enggak papa, nanti She bisa nabung lagi."

"Nanti ibu ganti, ya?"

"Enggak perlu, Bu. She bisa nabung lagi kalau uang jajan She sisa."

"Enggak, pokoknya harus mau. Kamu bisa tabung buat keperluan kamu. Beli barang yang kamu inginkan, ya?"

She mengangguk, lalu memeluk Ibunya kuat. "Doain She ya, Bu, biar bisa kejar cita-cita She."

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang