11 | Resep

6 0 0
                                    

Assalamu'alaikum temen-temen ^^

SELAMAT MEMBACA

SEMOGA SUKA, YA ^^

--- >•< ---

Bian memasang wajah masam. Kakinya sudah lelah ingin pulang, tapi Arfa mengajaknya berkeliling lebih jauh pasar tradisional tempat mereka berpijak sekarang.

"Lo mau cari apalagi sih, Fa?"

"Gue lupa namanya, bentar lagi."

"Besok aja lah kalau libur kerja gue anterin. Itu keburu di tunggu sama orang cafe."

"Bentar doang elah, gue udah bilang ke Isham."

"Kalau gini caranya lo ngajak gue bolos kerja. Gue masih butuh uang."

"Lo pikir gue enggak?"

"Makanya ayo balik cafe."

"Bilang aja lo capek pengen rebahan di cafe," translate Arfa.

"Nah itu lo tahu."

"Tapi makan dulu, ya? Gue lapar," tawar Arfa tersenyum jahil.

Bian memandang Arfa makin kesal. Pasalnya jika ia tidak buru-buru balik ke cafe, urusan di cafe juga tidak akan selesai. Artinya, ia akan telat ke rumah sakit.

"Lo enggak kasihan sama gue kalau telat jenguk ibu?!" protes Bian.

"Lo mau dimarahin ibu lo gara-gara belum makan?"

Bian berdecak sebal, dirinya sangat lemah jika bersangkutan dengan ibunya. "Yaudah iya. Jangan lama-lama!"

"Gue tahu tempat makan ayam geprek yang enak banget. Sini ikut gue," Arfa menarik tangan Bian dengan langkah cepat.

"Buru-buru amat kenapa sih, Fa? Santai dikit napa!"

Arfa menghentikan jalannya dan membuat Bian menabrak punggung Arfa. Arfa berbalik menatap Bian datar. "Tadi siapa yang nyuruh gue cepat-cepat biar enggak telat jenguk ibunya?"

Bian tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. "Ya jangan buru-buru juga lah, kaya di kejar setan aja."

"Lo setannya!"

"Mana ada setan yang gantengnya kaya gue!"

"Ada lah, kan lo sendiri setannya."

"Lo emang mau temenan sama setan?"

"Enggak lah, lo kira gue indigo?"

"Indibego sih lo cocoknya."

***

"Kan bwener kwata gweh kwlaw aam geprweknya ewnak!" (Kan bener kata gue kalau ayam gepreknya enak!)

"Telen dulu baru ngomong."

Arfa tersedak, tangannya meraih gelas kaca putih yang berisi es eh."

"Belum berdoa ya lo?" tuduh Bian.

Arfa makin tersedak. Ucapan Bian sangat tetap sasaran. Arfa melotot kaget, buru-buru ia menelan makanan dan mengambil minum.

"Iya lupa, hehe."

"Berdoa dulu, enggak baik makan belum berdoa!"

"Iya-iya ini berdoa nih," jawab Arfa mengangkat tangannya.

(DOA MAEM NEK LALI DOA)

Bian membenarkan ucapan Arfa. Ayang geprek yang sedang ia makan sangat enak dari sekian banyaknya ayam geprek yang pernah ia rasakan.

Senja di Ujung KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang